Para misionaris sejak awal bermisi di daerah suku Bunaq menggunakan jembatan pendekatan antropologi budaya sebagai pintu masuk pewartaan nilai-nilai luhur khabar Gembira Tuhan yang menyelamatkan manusia kedalam tata hidup Suku Bangsa Bunaq. Ada dua hal pokok yang berkaitan erat dengan harga diri suku Bangsa Bunaq yang ditemukan oleh para misionaris dalam bermisi. Pertama, manusia suku bangsa Bunaq sungguh merasa berharga di mata sesama. Harga diri itu ditakar oleh semua yang melekat pada diri suku bangsa Bunaq. Masyarakat Suku Bunaq merasa berharga kalau memiliki kuasa dalam masyarakat. Hal ini pada masa kerajaan, para raja dan keturunan raja, merasa diri sebagai yang paling berharga di mata publik. Mereka mendapat pelayanan dan jaminan istimewa dalam hidupnya. Mereka memiliki para pelayan yang setia melayani mereka. Masyarakat Suku Bunaq juga merasa berharga kalau memiliki harta kekayaan yang berlimpah. Hal ini dirasakan oleh para saudagar yang ada dalam masyarakat suku Bunaq. Mereka merasa berharga karena kebutuhan material terjamin. Masyarakat suku Bunaq juga merasa berharga kalau mendapat pendidikan formal yang tinggi. Mereka ini mendapat posisi-posisi penting dalam masyarakat. Dengan demikian mereka mendapat penghormatan istimewa. Secara global, baik mereka yang digolongkan sebagai pemilik kuasa, pemilik kekayaan materi dan pemilik pendidikan tinggi, sama-sama menerima penghargaan yang sama dari masyarakat suku Bunaq.
Hal kedua, yang sungguh menentukan pemberian penghargaan yang layak diterima oleh seseorang yaitu seorang harus mempunyai moralitas pribadi yang baik di mata publik. Seorang yang berkuasa, berharta, berpendidikan, akan lebih dihargai kalau moralitasnya sangat baik di mata publik suku Bunaq. Sebaliknya seorang yang berkuasa, berharta, berpendidikan tetapi moralitasnya bobrok maka orang itu akan ditolak, bahkan dijadikan sebagai buah bibir rakyat suku Bunaq dari golongan sederhana sampai kelas menengah ke atas. Oleh karena itu seorang akan menerima penghargaan yang sempurna kalau seseorang itu memiliki moralitas yang baik, berpendidikan, berkuasa, dan memiliki harta kekayaan yang memadai.
Konteks pemahaman umum Suku Bunaq yang demikian menjadi lahan yang perlu diolah, agar menjadi tanah yang subur untuk menanamkan nilai keselamatan yang dibawah oleh para misionaris SVD. Secara manusiawi prosedural para misionaris memurnikan penghargaan diri Suku Bunaq berdasarkan hal-hal lahiriah sementara, menuju satu penghargaan diri yang utuh, menjunjung tinggi nilai-nilai abadi yang dibutuhkan oleh semua manusia dari aneka suku Bangsa. Nilai itu adalah nilai moral yang berfondasikan ajaran iman Kristiani dan nilai kemanusiaan universal. Pemurnian yang demikian mengantar seorang Suku Bangsa Bunaq untuk menakar harga dirinya secara sehat. Orang merasa berharga karena memiliki harkat dan martabat kemanusiaan dan merasa memiliki citra Allah. Harta kekayaan, kuasa atau jabatan atau pangkat, serta pendidikan tinggi, hanyalah sebagai sarana untuk menampakkan jati diri pribadi manusia yang semakin beriman dan semakin menjunjung tinggi kemanusiaan, dalam relasi dengan Tuhan dan manusia. Inilah nilai yang dibawah dan ditanam dalam diri umat.
P. Beny Mali, SVD, Sebuah Refleksi atas Sharing ttg Pendekatan Para Misionaris SVD di Suku Bunaq – Lamaknen, dengan Guru Agama Lingkungan Asueman, di Asueman, Pada tanggal 20 Mei 2007
Hal kedua, yang sungguh menentukan pemberian penghargaan yang layak diterima oleh seseorang yaitu seorang harus mempunyai moralitas pribadi yang baik di mata publik. Seorang yang berkuasa, berharta, berpendidikan, akan lebih dihargai kalau moralitasnya sangat baik di mata publik suku Bunaq. Sebaliknya seorang yang berkuasa, berharta, berpendidikan tetapi moralitasnya bobrok maka orang itu akan ditolak, bahkan dijadikan sebagai buah bibir rakyat suku Bunaq dari golongan sederhana sampai kelas menengah ke atas. Oleh karena itu seorang akan menerima penghargaan yang sempurna kalau seseorang itu memiliki moralitas yang baik, berpendidikan, berkuasa, dan memiliki harta kekayaan yang memadai.
Konteks pemahaman umum Suku Bunaq yang demikian menjadi lahan yang perlu diolah, agar menjadi tanah yang subur untuk menanamkan nilai keselamatan yang dibawah oleh para misionaris SVD. Secara manusiawi prosedural para misionaris memurnikan penghargaan diri Suku Bunaq berdasarkan hal-hal lahiriah sementara, menuju satu penghargaan diri yang utuh, menjunjung tinggi nilai-nilai abadi yang dibutuhkan oleh semua manusia dari aneka suku Bangsa. Nilai itu adalah nilai moral yang berfondasikan ajaran iman Kristiani dan nilai kemanusiaan universal. Pemurnian yang demikian mengantar seorang Suku Bangsa Bunaq untuk menakar harga dirinya secara sehat. Orang merasa berharga karena memiliki harkat dan martabat kemanusiaan dan merasa memiliki citra Allah. Harta kekayaan, kuasa atau jabatan atau pangkat, serta pendidikan tinggi, hanyalah sebagai sarana untuk menampakkan jati diri pribadi manusia yang semakin beriman dan semakin menjunjung tinggi kemanusiaan, dalam relasi dengan Tuhan dan manusia. Inilah nilai yang dibawah dan ditanam dalam diri umat.
P. Beny Mali, SVD, Sebuah Refleksi atas Sharing ttg Pendekatan Para Misionaris SVD di Suku Bunaq – Lamaknen, dengan Guru Agama Lingkungan Asueman, di Asueman, Pada tanggal 20 Mei 2007