Sabtu, April 30, 2011

Kotbah Kamis Putih Thn A 2011

“AKU INI HAMBA TUHAN”

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Beberapa tahun terakhir beberapa “hamba” di beberapa Negara menerima perlakuan yang tidak manusiawi. Pekerja Rumah Tangga yang bekerja tidak sesuai pikiran majikan, majikan seenaknya menyiksanya tanpa merasa ada beban kontrol dari saudara dan saudarinya yang jauh di Negeri seberang. Siksaan seorang majikan terhadap hamba yang melayaninya terungkap jelas beberapa waktu lalu melalui menyetrika wajah pembantu Rumah Tangga.

Meskipun demikian sadisnya majikan atas diri hambanya, hamba menyerahkan diri seutuhnya pada penyiksa karena seluruh hidupnya bergantung pada majikan. Hamba menjalankan tugas sebagai seorang hamba yang harus memenuhi segala harapan dan permintaan majikannya sekalipun permintaannya itu sangat tidak manusiawi lagi. Hamba mencintai hidup sebagai rahmat Tuhan yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan melaksanakan segala keinginan dan kebutuhan majikannya.

Dunia dapat merekam penyiksaan keji pada hamba itu karena pers berhati nurani menyuarakan kaum tak bersuara kepada dunia. Berkat kenabian pers itu dunia pun mengenal dan mengetahui perbuatan sadis satu majikan dari sekian ratus majikan yang kebobrokannya tidak sempat terungkap ke panggung dunia.

Peristiwa ini membuat kita tersadar dan berujar bahwa kita tidak pernah menemukan seorang majikan menyetrika pakaian hambanya. Yang ada adalah majikan menyetrika wajah hambanya. Sebuah perbuatan tidak manusiawi sekaligus menodai kemanusiaan seorang hamba yang sekaligus juga adalah secitra Allah.

Pikiran Allah bukanlah pikiran manusia. Allah bukan tampil sebagai seorang raja atau majikan yang hanya siap selalu untuk dilayani. Allah kita adalah seorang hamba yang siap sedia melayani semua orang melintas batas. Allah kita melayani pemimpin dalam diri pemimpin, Petrus, ketua kelompok dua belas murid Yesus sampai Yudas pengkhianat diriNya. Allah melayani dari kelas atas sampai masyarakat pinggiran yang dilupakan.

PelayananNya menunjukan jati diri Allah adalah Hamba Allah yang melayani melintas batas. Bercerita tentang Allah adalah hamba mempunyai sejarahnya sendiri. Allah menjadi hamba bukan sesuatu yang jatuh atau turun dari langit seketika atau seperti kecepatan kilat yang disusul gemuruh yang menggetarkan alam sekitar. Kedatangan Allah Maha Tinggi menjadi Allah imanen terlaksana dalam rupa seorang hamba. St. Maria yang menerima khabar Gembira Tuhan dari Malaekat Gabriel mengafirmasinya dalam kata-kata seorang hamba tulen tanpa kepentingan pribadi apa pun selain kepentingan Allah yang menghendaki misiNya menyelamatkan seluruh dunia. Afirmasi seorang Maria sebagai hamba dalam fiatnya “ Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Fiat ini memiliki konsekuensinya yang sangat multidimensional dari kehidupan selanjutnya dari yang dikandung melalui fiatnya yang sarat seorang hamba.

Yesus adalah Allah yang datang kedunia menjadi manusia dan selanjutnya menjadi hamba dari segala hamba Allah. Identitas Tuhan Yesus sebagai hamba muncul ke permukaan panggung kehidupan spiritual pada hari Kamis Putih. Yesus menyerahkan diri kepada manusia dan Tuhan dalam perbuatannya melayani secara revolusioner yang mula-mula bermula di dalam rumahNya sendiri, di dalam komunitasNya sendiri.

Pada saat Yesus traktir para muridNya sebelum berpisah dengan mereka, dalam suasana makan bersama, Yesus meninggalkan tempat duduknya yang istimewa menuju dunia pembasuhan kaki para murid yang membuat para murid merasa aneh dan kaget bahkan tidak masuk akal bahwa seorang Guru Spiritual para murid yang berguru setiap hari kepadaNya, merendah serendah hamba yang membasuh kaki mereka. Para murid merasa aneh melihat perbuatan pembasuhan kaki para muridNya itu karena membasuh kaki biasanya sebelum masuk kedalam rumah setelah bepergian jauh. Pembasuhan kaki dalam adat istiadat bangsa Yahudi adalah sebuah pekerjaan seorang hamba majikan.

Yesus memberikan teladan pembasuhan kaki, bermakna bagi setiap manusia yaitu supaya manusia selalu saling melayani tanpa pamrih demi keselamatan manusia pada umumnya melintas batas.

Teladan itu berpuncak pada penyerahan diri untuk Allah dan kepada manusia untuk menyelamatkan dunia dan segala isinya. Puncak Pelayanan Yesus sebagai hamba terungkap dalam SabdaNya : “Inilah DarahKu yang ditumpahkan bagimu untuk keselamatanmu. Inilah TubuhKu yang diserahkan bagimu.” Ini adalah Sebuah hakekat Pelayanan sebagai seorang hamba dari segala hamba.

Perhambaan Tuhan menjadi nyata dalam kata-kataNya, dalam perbuatan pelayananNya dan berpuncak di dalam penyerahan diri, hidupNya kepada BapaNya di Surga dan kepada manusia untuk sebuah tujuan yaitu keselamatan semua manusia.

Yesus dilahirkan dari rahim fiat ibundaNya “ Aku ini hamba Tuhan terjailah padaku menurut kehendakMu.” Perhambaan ibundaNya me-reformasi diri dalam diri Yesus anaknya khususnya di dalam seluruh pelayananNya. Yesus adalah pemimpin yang merendah menjadi hamba membasuh kaki para muridNya. Yesus sebagai Tuhan yang menempatkan diri secara radikal sebagai hamba yang memberikan segala-galanya, tubuh dan darahNya, seluruh hidupnya kepada Tuhan yang ditaatiNya dan kepada manusia untuk menyelamatkan manusia.

Yesus adalah pemimpin bagi kita sebagai orang yang beriman kepadaNya dan menjadikan Yesus sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan kehidupan. Keimanan kita ini menuntun kita untuk menjadi pemimpin yang melayani sesama demi kebaikan sesama. Ini adalah identitas kita sebagai orang Kristen yang percaya kepada Allh kita sebagai seorang hamba.

Identitas ini mulai kabur di dalam para pemimpin yang beriman percaya kepada Yesus sebagai hamba dari segala hamba. Mengkorup uang rakyat adalah satu perbuatan yang sangat bertentangan dengan identitas orang Kristiani yang mengimana Allah sebagai hamba segala hamba. Pemimpin beriman yang meninggalkan rakyat hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan dan kesulitan mendapatkan informasi dan transportasi yang memadai adalah sebuah pembiaran di sengaja dari para pemimpin beriman di mata dunia. Kesaksian pemimpin dengan “pembiaran” rakyat miskin adalah sebuah penghancuran identitas diri sebagai orang beriman yang seharusnya mengutamakan kebaikan, kebenaran dan keselamatan sesame melintas batas.

Pada saar kita melihat segala perbuatan kelompok beriman yang mempertajam perusakan jati dirinya, membangkitkan sebuah kesadaran baru dalam diri bahwa kita dalam lingkup makro di space kecil keluarga, komunitas, lingkungan dan wilayah, tidak beoleh membiarkan orang lain menderita dalam arti yang seluas-luasnya. Kita harus menghidupi iman kepada Yesus yang menjadi hamba dari segala hamba melalui perbuatan nyata melayani sesama melintas batas untuk kebaikan dan kebenaran serta keselamatan manusia melintas batas. Pelayanan yang menekan atau mengutamakan “aku” dulu baru “ yang lain” dalam arti yang luas, justru awal yang baik untuk mengerdilkan unsur utama gereja misiner, terlebih hal seperti itu menodai identitas gereja yang hidup seturut pusat Gereja yaitu Yesus hamba dari segala hamba.****

Kamis Putih tahun A 2011

21 April 2011

Soverdi St. Arnoldus Janssen Surabaya

Inspirasi Yohanes 13: 1-15

Kamis, April 28, 2011

Kotbah Jumat Agung Thn A 2011

IDENTITAS DAN HARGA DIRI


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Pengakuan Harga Diri

Beberapa waktu lalu sebuah bangsa memberi penghargaan kepada salah seorang putera terbaik Indonesia atas jasanya memperjuangkan kebenaran, keadilan dan perdamaian sampai titik darah penghabisan. Penghargaan yang diberikan itu adalah untuk mengabadikan namanya, harga dirinya dan identitasnya yang dibangun di atas kebenaran, keadilan dan perdamaian sosial yang diperjuangkannya sampai titik darah penghabisan atau sampai mati. Penghargaan itu terungkap dalam menggunakan namanya pada jalan utama Negara dan bangsa asing yang sangat peduli pada perjuangannya daripada bangsanya sendiri.

Harga Diri Sebuah Bangsa

Bangsa Yahudi adalah bangsa yang memiliki harga diri yang tinggi di antara bangsa-bangsa dunia. Harga diri bangsa Yahudi ditakar oleh iman mereka kepada YAHWE sebagai satu-satunya penguasa mereka, yang disistematisasi dalam hukum Yahudi-Hukum Taurat Musa.

Identitas Bangsa Yahudi menutup semua pintu bagi mereka untuk mengakui penguasa lain di luar YAHWE dan mengakui hukum lain di luar hukum Taurat Musa. Mengakui Hukum lain dan penguasa lain sama dengan menginjak-injak harga diri mereka. Mengakui penguasa lain dan menjadikan hukum lain sebagai patokan setiap kehidupan sosial mereka melecehkan harga diri sendiri. Itu artinya harga diri mereka tidak ada lagi. Lebih baik mati daripada tidak mempunyai harga diri.

Tidak Punya Harga Diri Lagi

Identitas bangsa Yahudi mengalami krisis di dalam perjalanan sosial karena ada banyak tekanan sosial. Puncak krisis harga diri Bangsa Yahudi adalah ketika mereka mengakui Kaisar sebagai satu-satunya Raja mereka. Mereka mengatakan itu secara lantang di depan publik. Kata-kata mereka ini menghancurkan harga diri mereka sendiri: “Setiap orang yang mengaku dirinya sebagai raja, dia melawan kaisar.” Kata-kata imam-imam kepala penjaga identitas Yahudi ini, juga menghancurkan harga diri mereka. Dengan katak-kata imam-imam kepala ini : “Satu-satunya raja kami ialah kaisar,” menempatkan bangsa Yahudi sudah tidak mempunyai harga diri lagi. Bangsa Yahudi mematikan harga diri mereka, hidup mereka sendiri, berpuncak pada YAHWE yang menjadi manusia dalam diri YESUS yang mereka bunuh di Salib. Inilah puncak kematian Allah kematian harga diri Bangsa Yahudi.

Membunuh YAHWE adalah pekerjaan orang kafir. Kematian YAHWE dalam diri YESUS merupakan puncak kematian harga diri bangsa Yahudi, kematian segala-galanya. Sebuah tindakan sadis bangsa Yahudi yang menodai harga dirinya sepanjang zaman manusia.

Mereka telah ke lain hati. Dari Kesetiaan mereka kepada YAHWE kepada Kesetiaan kepada Kaisar Raja Kafir. Dari Identitas mulia yang mereka miliki seperti yang disistematisasi di dalam Hukum Musa menuju tidak mempunyai harga diri lagi. Dari makhluk beriman menuju makhluk kafir. Puncak kekafiran Yahudia adalah membunuh YAHWE sebagai satu-satunya penguasa yang menyelamatkan mereka. Ini drama jalan Salib, drama kematian Tuhan oleh kaum kafir yang kita renungkan pada hari Jumat Agung ini.

Drama penghancuran identitas kaum beriman oleh kaum beriman sendiri selalu actual di dalam kehidupan sosial sepanjang zaman. Bangsa Indonesia adalah bangsa Religius. Kita menemukan bukti yang kuat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa Religius dengan menjumpai tempat sembahyang di mana-mana. Kita menjumpai tempat ibadah hampir di setiap sudut kota dan kampung, RT, RW di tanah air. Kita menjumpai tempat sembahyang di setiap Pom Bensin di jalan-jalan.

Hakekat sembahyang adalah menyelamatkan diri dan sesama melintas batas, karena Tuhan pasti mendengarkan doa orang yang berintensi menyelamatkan diri dan sesamanya. Apakah dengan demikian kita tidak menjumpai roh-roh kekafiran dalam hidup berbangsa dan bernegara?

Tindakan kekafiran yang membunuh Allah yang berwajah manusia tetap ada. Kita menglami tindakan kekafiran dalam bom buku, bum bunuh diri beberapa waktu lalu menjelang Perayaan Paskah. Kita juga menemukan di dalam media cetak dan media elektronik, orang-orang yang membunuh anak yang dikandungnya yaitu mengadakan aborsi, pembunuhan melalui narkoba, teroris yang menghancurkan hidup manusia. Semua tindakan terencana sadar bebas, membunuh hidup manusia adalah perbuatan konkret kekafiran Yahudi dan Romawi berwajah zaman modern kini dan di sini di Indonesia sebagai bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki rasa religiusitas yang sangat tinggi. Dengan tindakan pembunuhan hidup yang semakin menyebar di tanah air, berarti kita juga menghancurkan identitas diri kita sebagai bangsa yang memiliki kehidupan religious yang tinggi di mata bangsa-bangsa di dunia. Artinya kita juga boleh dikatakan bahwa harga diri kita sudah ternoda.

Lantas apa yang kita lakukan untuk me-re-formasi harga diri kita agar kembali memiliki harga diri yang utuh sebagai bangsa religious yang menyelamatkan hidup melintas batas? Kita mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kita, dari komunitas kita, dengan menolak semua model pembunuhan terhadap tindakan pembunuhan dan mencintai kehidupan dan keselamatan semua manusia. Kita menjauhkan semua perbuatan kekafiran dalam hidup kita dan senantiasa menghadirkan kehidupan religious yang mencintai kehidupan melintas batas di atas segalanya.***

Jumat Agung Tahun A 2011

Kisah Sengsara Injil Yohanes

Soverdi St. Arnoldus Janssen Surabaya

Kotbah Tutup Peti

“MENABUNG

DEMI MASA DEPAN”

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Hidup Duniawi

Setiap orang tua di zaman modern ini pasti memikirkan tentang masa depannya yang lebih baik. Meraih masa depan yang lebih baik dari pada hidup kini yang sedang dialami dan dilalui ini memerlukan persiapan sejak dini yang sebaiknya memulainya saat ini dan disini.

Perbuatan nyata yaitu menabung uang hasil pekerjaan dan hasil usaha yang mendatangkan keuntungan adalah sebuah tindakan konkret untuk meraih masa depan yang lebih baik. Masa depan yang lebih baik itu meliputi multidimensi bidang-bidang kehidupan.

Multidemensi kehidupan masa depan yang lebih baik itu meliputi perumahan yang lebih baik bagi keluarga, pendidikan anak-anak yang berbobot dalam persaingan dunia yang sangat menekankan profesionalisme, kesehatan seluruh anggota keluarga yang lebih baik pada masa yang akan datang, kebutuhan primer dan sekuder terpenuhi dan ditambah dengan kebutuhan mewah yang menambah sukacita di masa mendatang, yang menjadi cita-cita setiap manusia.

Mengidealkan masa depan yang lebih baik dan bermutu menjadi motivator setiap manusia untuk mengerjakan apa saja yang baik dan benar pada masa kini dan disini di usia yang penuh energik ini untuk mendapatkan keuntungan dari hasil yang pekerjaan, dan ditabung untuk kelak meraih masa depan yang diharapkan.

Hidup Rohani

Kehidupan rohani adalah sebuah peziarahan menuju kepenuhan kehidupan spiritual pada masa depan yang diharapkan. Masa depan kehidupan spiritual adalah kerinduan dan harapan setiap kaum beriman untuk mendiami kediaman Rumah Bapa di Surga.

Meraih masa depan kehidupan spiritual selain merupakan rahmat dari atas, ada juga sisi manusiawi/insane yang diberi ruang untuk diisi. Manusia harus menempatkan diri secara aktif merebut harapan masa depan yang lebih baik.

Satu perbuatan nyata kaum beriman selama hidupnya di atas planet bumi ini adalah menabung perbuatan yang baik dan benar di hadapan sesama, terhadap diri sendiri dan terhadap Tuhan.

Menabung perbuatan baik dan benar dalam hidup orang beriman yang mengharapkan kehidupan spiritual masa depan yang lebih baik, menjadi tekanan utama di dalam Kitab Kebijaksanaan 4:7-15. Dikatakan bahw orang jujur yang menikmati ketentraman. Hidup orang yang tidak bercela menjadi ukuran untuk mengalami perdamaian dalam kehidupan rohani di masa depan. Mereka yang selama hidupnya mengedepankan perbuatan baik dan benar, Tuhan pasti mencintainya. Perlindungan Allah tersedia bagi mereka yang melakukan yang baik, benar dan jujur. Mereka itu pasti mengalami kehidupan kesempurnaan dalam Allah.

Para beriman menabung perbuatan-perbuatan baik, benar dan jujur selama masa ziarah hidupnya di atas planet bumi ini memiliki aturan mainnya yang harus ditaati.

Alat ukur atau kriteria atau batasan menabung perbuatan jujur, perbuatan yang baik dan benar selama hidupnya, yang dipegang jadi patokan adalah Yesus Kristus sebagai satu-satunya yang memberikan kepastian bagi kita untuk meraih masa depan yang lebih baik , yang senantiasa membawa kehagiaan yang tiada berakhir.

Mengapa Yesus sebagai Patokan? Yesus adalah jalan kebenaran dan kehidupan. Yesus melewati jalan salib kematianNya menuju kehidupan abadi di Surga, puncak kehidupan sempurna yang penuh dengan sukacita abadi. Yesus sendiri bersabda : “ Akulah jalan kebenaran dan kehidupan. Hanya melalui Aku orang yang percaya kepadaKu sampai ke Rumah BapaKu di Surga.” Kepastian Tuhan Yesus menunjukkan DiriNya sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan abadi di Surga membangkitkan kepastian iman dan kepercayaan kita kepadaNya untuk menata diri dan seluruh hidup kita selama berziarah di atas bumi ini seturus kehendakNya yang menyelamatkan dan menuntun kita kepada kebahagiaan kekal di Surga.

Iman kepada Kristus yang telah bangkit dari kematianNya membangkitkan harapan kita akan masa depan bahwa kita yang percaya kepadaNya sebagai satu-satunya jalan keselamatan, pasti dalam iman akan mengalami kehidupan di dalam rumah Bapa di Surga yang penuh dengan sukacita abadi.

Iman Kita Menyelamatkan Sesama

Kita berdoa bagi sesama entah yang hidup dan sudah mati karena kita yakin bahwa doa kita orang beriman mempunyai daya penyelamatan bagi sesama.

Ada dasar biblis tentang betapa pentingnya kita berdoa bagi sesama yang menyelamatkan sesama. Iman Marta kepada Yesus sumber kebangkitan dan kehidupan membangkitkan Lazarus saudaranya yang telah mati. (Bdk.Yoh 11 : 25-27). Pendasaran biblis ini meneguhkan doa kita bagi sesama yang masih hidup maupun yang sudah mati untuk keselamatan mereka. Oleh karena itu kita tidak pelit atau tidak bosan-bosannya mendoakan sesama sebagai pemberian yang terbaik bagi keselamatan sesama yang kita doakan.

Doa adalah perbuatan baik dan benar bagi keselamatan sesama dalam nama Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan kekal di dalam Surga. Yesus secara pasti bersabda : “Akulah jalan kebenaran dan kehidupan, hanya melalui Aku setiap orang yang percaya masuk mendiami Rumah Bapa.” Mengapa kita ragu lagi untuk percaya kepada Tuhan Yesus? Iman Marta kepadaYesus sumber kebangkitan dan kehidupan, membangkitkan Lazarus saudaranya yang telah mati. Mengapa kita tidak memanfaatkan iman kita kepada Kristus yang telah bangkit untuk menyelamatkan sesama?

Sumber Inspirasi:

Keb 4:7-15

Yoh 14:1-7

Minggu Paskah 24 April 2o11

Soverdi St. Arnoldus Surabaya

Sabtu, April 23, 2011

Kotbah Sabtu Alleluya Tahun A 2011

“JANGAN TAKUT! YESUS TELAH BANGKIT DAN MENDAHULUI KAMU KE GALILEA”

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Paskah di Tanah Air diwarnai ketakutan

……………..

Bom bunuh diri beberapa waktu lalu dan penemuan Bom di dalam Gereja, membangkitkan ketakutan di dalam diri banyak umat. Ada umat yang tidak datang ke Gereja untuk merayakan Trihari Suci karena takut ledakan Bom yang merusak dan menghancurkan. Peristiwa ini mempunyai dampak hampir di seluruh tanah air. Misalnya di Surabaya dan sekitarnya, turun siaga satu selama perayaan Paskah. Sepertinya situasi Indonesia dalam ancaman musuh yang berat atau dalam keadaan perang.

Dalam keadaan seperti ini apa artinya perayaan paskah bagi kita? Apa artinya perayaan kebangkitan Tuhan bagi kita? Siapakah yang menjadi Malaekat Tuhan yang mewartakan kebangkitan Tuhan kepada dunia “Jangan Takut! Yesus telah bangkit seperti yang dikatakanNya dalam Injil, Yesus telah mendahului kamu ke Galilea keseharian umat, di tempat tugas dan karyanya masing-masing? Siapakah harus menjadi Malaekat Tuhan untuk mewartakan pembebasan dari rasa ketakutan teror fisik, psikologis, sosial dari umat Tuhan yang sedang merayakan Paskah?

Paskah adalah Pembebasan Israel dari Teror Perbudakan Mesir

………………………………

Bangsa Israel merayakan paskah sebagai pembebasan dari penjajahan, dan perbudakan Firaun di Mesir. Pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir ini sangat kental diwarnai aneka teror baik dari pihak serdadu Firaun dengan segala perlengkapan senjata pasukannya yang mengejar bangsa Israel di jalan menuju tanah terjanji maupun teror kesulitan, kelaparan, kehausan, sakit penyakit, penderitaan bangsa Israel di padang gurun selama melewati jalan-jalan menuju Tanah yang dijanjikan Tuhan.

Aneka upaya pasukan Firaun meneror Israel secara langsung fisik tidak kesampaian karena adanya kebangkitan Tuhan dalam tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari yang menyelamatkan bangsa Israel dari serangan pasukan Firaun. Kebangkitan Allah dalam tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari menjadi benteng ajaib bagi umat Israel. Ketika Kebangkitan Tuhan dalam Tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari berjalan di depan jalan bangsa Israel, bangsa Israel mengalami terang dan petunjuk, harapan dan kekuatan menuju tanah yang dijanjian Tuhan. Sebaliknya ketika kebangkitan Tuhan dalam tiang awan dan tiang api berjalan di belakang bangsa Israel, tiang awan menurunkan kabut tebal yang menghalangi dan menggelapkan jalan-jalan pasukan Mesir yang mengejar bangsa Israel, dan tiang api menghanguskan semua kendaraan dan pasukan Firaun sehingga kacaubalaulah kekuatan dan perjuangan pasukan Firaun untuk menghancurkan bangsa Israel. Pasukan Firaun yang nekat mengejar Israel mati terkapar di tengah laut Merah, dihanguskan tiang api kebangkitan Tuhan.

Kegagalan demi kegagalan yang dialami pasukan Firaun dalam mengejar bangsa Israel, membangkitkan kesadaran mereka bahwa pasukan Firaun harus “mengangkat topi” pada kemenangan bangsa Israel dengan Musa sebagai pemimpinnya karena kebangkitan Allah dalam tiang api dan tiang awan menyertai dan menyelamatkan mereka.

Pengalaman paskah bangsa Israel akan kebangkitan Tuhan dalam tiang api dan tiang awan yang menyelamatkan mereka, membangkitkan harapan dan iman serta cinta yang mendalam kepada Allah yang telah bangkit dan menyelamatkan mereka dari kekuasaan pasukan Firaun yang terus mengintai mereka.

Dengan iman yang semakin kuat kepada kebangkitan Allah, tidak berarti mereka telah bebas dari aneka kesulitan. Berbagai persoalan kehidupan berupa Kehausan, kelaparan, penderitaan, sakit dan penyakit harus mereka alami di padang gurun menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Aneka persoalan yang menimpah mereka membangkitkan beragam protes kepada Musa sebagai pemimpin mereka yang membawa mereka keluar dari Mesir. Sepertinya penderitaan di jalan di padang gurun lebih berat dibandingkan dengan penderitaan di bawah kekuasaan penjajahan dan perbudakan Firaun di Mesir.

Musa sebagai pemimpin yang bijaksana, berdiri kokoh dalam menghadapi bermacam persoalan kehidupan yang dialami bersama bangsa Israel. Musa memberi kekuatan spiritual kepada bangsa Israel dalam kesulitan hidupnya. Kekuatan dan harapan Musa sebagai pemimpin spiritual bangsa Israel adalah Allah sendiri. Musa tetap mengandalkan Tuhan dalam segala pahit manis hidupnya bersama bangsa Israel.

Berkat kekuatan iman, harapan dan cinta Musa kepada Allah, semua permintaan Musa kepada Tuhan untuk memenuhi setiap kebutuhan pokok bangsa Israel, dapat Tuhan penuhi. Kehadiran Musa sebagai pemimpin spiritual memberikan kekuatan dan harapan serta iman dan cinta yang berakar dalam, di hati bangsa Israel di dalam aneka teror yang harus mereka alami. Figur tokoh Musa sebagai pemimpin sipiritual, kehadirannya senantiasa membangkitkan iman, harapan dan cinta bangsa Israel kepada kebangkitan Tuhan dalam suka-duka, pahit manis, susah senang keseharian bangsa Israel. Musa tekun dan setia menuntun umat Israel untuk mengalami kebangkitan Tuhan yang setia menyertai mereka dalam suka dan duka keseharin mereka. Musa menyadarkan bangsa Israel untuk tidak lari dari persoalan hidup yang harus mereka alami dan lalui karena justru di sanalah mereka mengalami kasih cinta kebangkitan Tuhan.

Paskah Para Murid diwarnai Aneka Teror Ketakutan

………………………

Kebangkitan Allah dalam tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari yang menjumpai bangsa Israel, mengalami pemenuhan di dalam kebangkitan Tuhan Yesus.

Pada malam paskah ini kita bercerita tentang paskah Para Murid. Kebangkitan Tuhan Yesus dirayakan atau dialami para murid dalam suasana teror penguasa Yahudi dan Penguasa Romawi yang sangat anti kepada para pengikut Yesus. Para murid boleh dikatakan merayakan Paskah dalam suasana dan kondisi aneka teror bom ketakutan, kecemasan, ancaman dari penguasa Yahudi dan Kaisar. Paskah mereka sangat dominan dengan aneka ketakutan, kepahitan, yang harus mereka alami dan lalui dalam hidup mereka. Di situlah mereka menjumpai kebangkitan Tuhan.

Perjumpaan Kebangkitan Tuhan itu diawali oleh pewartaan Malaekat Tuhan kepada para muridNya. Warta gembira kebangkitan Tuhan Yesus dari Malaekat Tuhan memberikan kekuatan kepada para murid yang dilanda aneka teror. Dalam segala ketidakpastian yang menghantui para murid, Malaekat Tuhan sebagai utusan Tuhan membawa khabar Paskah, kebangkitan Tuhan kepada para murid. Kata Malaekat Tuhan: “Janganlah kamu takut! Yesus yang disalibkan itu sudah bangkit seperti dikatakanNya dalam InjilNya selama bersama kamu di dunia. Yesus telah mendahului kamu ke Galilea keseharianmu, dengan segala suka dukamu, pahit getir hidupmu, persoalan dan kegembiraanmu yang harus kamu alami dan lalui, sebab di sanalah, di dalam Galilea keseharianmulah, kamu akan menjumpai Yesus yang telah bangkit.“ Para murid yang mendengarkan kata-kata Malaekat Tuhan segera pergi ke komunitas para murid untuk mewartakan khabar Malaekat tentang kebangkitan Tuhan kepada saudara-saudara sekomunitas. Selama perjalanannya ke komunitas Para Murid, mereka masih dikuasai oleh perasaan suka cita besar bercampur ketakutan yang mencekam. Yesus mengetahui perasaan para murid yang masih campur aduk antara ketakutan dengan sukacita yang besar setelah menerima khabar dari malaekat tentang kebangkitanNya. Sementara dalam perjalanan pulang, Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada mereka untuk lebih membangkitkan kembali sukcacita besar dalam diri para murid, yang diungkapkan di dalam sabdaNya ini: “Salam bagimu! Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Demikianlah cerita singkat tentang paskah Para Murid tetapi penuh kaya akan pesan iman bagi kita dewasa ini.

Paskah dalam Kehidupan Nyata

……………………

Paskah adalah puncak iman kita. Seperti Israel yang dibebaskan dari perbudakan Mesir karena iman mereka kepada kebangkitan Tuhan dalam tiang api dan tiang awan yang menyelamatkan mereka dan menghalangi musuh, demikian juga hanya dalam iman dan keparcayaan, serta kepasrahan, kita bersama para murid dapat merayakan Paskah, kebangkitan Kristus yang menebus kita dari aneka perbudakan terutama perbudakan dari dosa-dosa kita.

Mengapa hanya dalam iman, kita merayakan Paskah Kebangkitan Tuhan? Ada dua hal yang membangkitkan iman kita kepada Paskah, kebangkitan Tuhan yang kita temukan di dalam Injil Mat 28: 1-10.

Pertama. Kata Malaekat kepada para murid, “Yesus telah bangkit seperti dikatakanNya.” Kata Malaekat utusan Tuhan ini bertujuan mengantar kita pengikut Yesus, untuk mengikuti kembali jejak-jejak Yesus dan sabdaNya tentang kebangkitanNya dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci, kita menemukan sabdaNya bahwa Dia sungguh bangkit dan Dia adalah kebangkitan itu sendiri.

Dalam Injil Yohanes 14 : 6 , Yesus bersabda "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Kebangkitan Yesus melewati jalan salib jalan kebenaran Tuhan, sebagai satu-satu jalan bagi kita orang beriman untuk mengalami kebangkitan Tuhan, paskah abadi di Surga.

Dalam Injil Yoh 11 : 25 – 26 Yesus bersabda: "Akulah kebangkitan dan kehidupan; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Setiap murid Yesus akan mengalami pengalaman paskah yang sesungguhnya dalam perjumpaan dengan SabdaNya dalam Kitab Suci. Setiap kita sebagai pengikut Tuhan akan lebih mengimani kebangkitan Tuhan Yesus dan mengalami paskahNya, kalau kita semakin mencintai Kitab Suci, membaca, merenungkan dan melaksanakan Sabda Yesus di dalam hidup setiap hari sebagai medan perjumpaan kita dengan kebangkitan Tuhan.

Kedua. Sabda Yesus: “kamu harus ke Galilea, di sana kamu akan menjumpai Aku” sesungguhnya menuntun kita para muridNya bahwa kebangkitan Tuhan dialami bukan di tempat-tempat yang istimewa tetapi di dalam Galilea keluarga kita masing-masing, di dalam Galilea komunitas kita masing-masing, dengan segala kesulitan, pengalaman pahit dan manisnya, yang harus dialami dan dilalui, sebab di sanalah kita akan menjumpai Allah yang telah bangkit. Yesus mengajak kita para muridNya agar kita merasa in, at home dalam suka duka hidup keluarga kita, hidup komunitas kita, hidup paroki kita, tugas dan karya pelayanan kita sebagai Galilea keseharian kita. Yesus mengajak kita para muridNya untuk tetap sabar, tabah, tekun dan tetap setia dalam menghadapi aneka teror sosial, teror psikologis, teror media cetak dan media elektronik, sebagai teror penguasa Roma dan Yahudi di zaman modern ini, karena dalam kenyataan hidup seperti inilah kita akan mengalami dan menjumpai kebangkitan Tuhan Yesus, sumber harapan dan kekuatan bagi kita.

Yesus adalah teladan iman kita dalam setiap teror persoalan dan kesulitan hidup yang kita alami. Yesus telah bangkit setelah melewati aneka teror fisik, kata-kata, pukulan, cercaan, hinaan, yang berpuncak pada wafat di kayu Salib di Golgota kemudian bangkit dari kubur. Teladan ini harus dihidupi juga dalam diri setiap pribadi para murid kalau ingin mengalami kebangkitan Tuhan di dalam hidupnya. Setiap murid yang tekun, tabah, sabar dan berjuang dalam menghadapi setiap persoalan dan kesulitan hidupnya, pasti menemukan harapan dan kebangkitan Tuhan sebagai tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari yang menuntun dan menyertainya dalam melewati pelbagai kesulitan dan persoalan kehidupannya.

Pengalaman Paskah, Kebangkitan Tuhan dalam Tiang api dan tiang awan di zaman kita ini, dalam konteks kita, bisa tampil dalam diri orang-orang yang setia menolong dan membantu kita para murid Tuhan dalam menghadapi aneka kesulitan dan teror yang harus kita alami.

Mereka yang menjadi penolong kita itu bisa saja pemimpin kita, sahabat kita, tetangga kita, atau siapa saja yang Tuhan utus untuk menyelamatkan kita dari keputusasaan yang sedang kita alami. Mereka yang menjadi penolong kita itu adalah orang tua kita, pendidik kita, Pembina rohani kita, bapak pengakuan kita, yang diutus Tuhan untuk membebaskan kita dari berbagai perbudakan persoalan hidup dan terutama pembebasan dari aneka perbudakan dosa-dosa kita.

Atau pun Tuhan dengan caraNya sendiri membangun harapan di dalam hati dan budi kita untuk tetap kuat dan kokoh dalam menghadapi setiap persoalan dan kesulitan, sakit dan penderitaan yang harus kita hadapi dan lalui. Semuanya adalah medan perjumpaan kita dengan Tuhan yang telah bangkit dan telah mendahului kita ke Galilea hidup sehari-hari.

……….

Tiang awan dan tiang api yang menuntun dan memberi terang di jalan Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan Tuhan telah mengalami puncak kepenuhan dalam diri Kristus yang telah bangkit sebagai sumber terang sejati, yang secara simbolik lahir di dalam tiang lilin paskah yang menerangi hati dan budi kita di malam Paskah ini. Tiang lilin paskah ini menjadi penerang batin kita di hadapan sesama dan di hadapan Tuhan. Tiang lilin paskah ini menerangi semua kegelapan dosa yang ada di dalam hati kita. Tiang lilin paskah ini membebaskan kita dari perbudakan dosa yang kita derita.

Tiang lilin paskah ini menjadi terang bagi kita agar kita pun menjadi lilin – lilin kecil yang memberi terang, harapan, kekuatan iman bagi semua orang yang hidup dan berkarya bersama kita, di dalam keluarga, komunitas dan tempat kerja kita masing-masing. Di sanalah kita mengalami paskah, kebangkitan Tuhan sumber iman, harap dan kasih di jalan menuju paskah abadi bersama Kristus di Surga. Selamat Paskah. Amin.

Soverdi Surabaya

Malam Paskah 23 April 2011.

Audiens: Prof. Glinka SVD, P. Pikor Lic.SVD, Markus Tulu MA, SVD. P. Hila Gudi SVD. P. Piet Pedo, SVD. P. Pius Kila SVD. Para Romo Tamu, Para Bruders SVD, dan Umat Sahabat Kenalan yang memeriahkan Malam Paskah di Soverdi St. Arnoldus, Rumah Induk SVD.