Kamis, Januari 10, 2013

Kotbah Misa, Jumat 11 Januari 2013



CARA BARU DALAM BERDOA
Jumat, 11 Januari 2013
1 Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16
                                                    Dari Surabaya Untuk Dunia                    

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Pada zaman ini banyak orang tua yang mengeluh dalam membina anak-anak.  Mereka mengatakan bahwa kalau dulu anak-anak mendengarkan orang tua yang berbicara dalam mengarahkan anak-anak. Anak-anak sekarang mendengarkan kehendak sendiri. Kalau dulu orang tua berbicara dan mengarahkan anak, anak-anak sopan mendengarkan dan melaksanakan kehendak orang tua. Anak-anak sekarang sulit dan bahkan tidak mendengarkan kata-kata arahan orang tua dan melaksanakan apa yang mereka sendiri kehendaki. Dengan kata lain, anak-anak dulu berparadigma “terjadilah padaku menurut kata baik dan benar orang tua”.  Tetapi anak-anak kini berparadigma “terjadilah padaku menurut kehendakku”. 

Menghadapi anak zaman ini orang tua harus menemukan paradigma yang tepat dalam mendampingi dan mengarahkan anak. Paradigma baru yang paling tepat adalah “menurut kehendak anak dan orang tua atau menurut kehendak kita, bukan kehendak orang tua saja atau kehendak anak saja”.  Menggunakan kehendak kita berarti orang tua harus melibatkan diri dalam zaman anak-anak dalam mengantar anak atau menuntun anak pada jalan yang baik dan benar yaitu jalan yang menyelamatkan.

Bacaan suci hari ini khususnya bacaan Injil menggunakan paradigma “menurut kehendak kita” dalam doa orang yang sedang sakit kusta. Alasan mendasar bahwa doa orang sakit kusta itu menggunakan paradigma “menurut kehendak kita” karena orang sakit kusta itu pada satu sisi sebagai subyek yang menentukan imannya datang dan bersujud serta berdoa kepada Yesus, “jika Tuhan mau, tuan dapat mentahirkan aku”.  Pada sisi lain, doa yang lahir dari kehendak bebas dan kepasrahan orang sakit kusta itu, dikabulkan Tuhan Yesus, yang menunjukkan bahwa kesembuhan yang tejadi dan dialami orang sakit yang sembuh itu adalah karena kehendak Allah. Jadi kesembuhan itu terjadi atas kerjasama kehendak manusia yang sakit dengan kehendak Tuhan Yesus.  Berkat iman orang sakit maka mujizat penyembuhan dari Tuhan terjadi atas diri orang sakit.

Kotbah Misa Harian, Kamis 10 Januari 2013

DIPENUHI ROH TUHAN
ATAU ROH  SETAN

1 Yoh 4:19-5:4; Luk 4:14-22a
Kamis 10 Januari 2013
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Ada orang yang hidupnya membawa suasana yang sejuk dan damai bagi sesama. Tetapi ada orang yang hidupnya dan keberadaannya  hampir selalu membawa kesulitan bagi sesama karena merusak suasana kerukunan dan kebersamaan serta kedamaian bersama.

Dua keadaan yang sering kita alami di dalam kehidupan bersama entah di dalam ruang lingkup yang paling kecil, misalnya keluarga, sampai ruang lingkup yang lebih luas, misalnya di tempat kerja kita, di lingkungan masyarakat kita, atau pun di dalam lingkungan Gereja.  Dua keadaan tersebut mengantar kita pada tema renungan kita pada hari ini yaitu : “Dipenuhi Roh Tuhan atau Roh Iblis”.


Orang yang ada dan kehadirannya selalu membawa kekacauan di dalam hidup dan kehidupan bersama merupakan tanda orang yang selalu membuat kita melahirkan antipasti kepadanya. Sebaliknya orang yang ada dan hadir sebagai pembawa sukacita, damai, aman,  bahagia dan kesejukan bagi sesama, membuat kita memberikan apresiasi yang mendalam kepadanya.


Bacaan Suci hari ini berisi tentang orang yang memiliki kepenuhan Roh Tuhan dan roh setan. Tanda orang yang dipenuhi roh setan adalah kehadirannya sebagai orang yang membenci sesama, iri hati, mengganggu ketenangan umum, menindas sesama, membeda-bedakan sesama dalam relasi, membunuh karakter sesama dengan isu dan gossip yang tidak benar. Sedangkan orang yang dipenuhi dengan Roh Tuhan adalah orang yang menyelamatkan sesama melintas batas, membawa damai dan sukacita bagi semua orang melintas batas, menjaga keamanan dan keselamatan umum, membawa kesejukan dan inspirasi bagi kebersamaan dalam hidup bersama, orang yang tidak menindas sesama baik dengan sikap, kata-kata dan tindakan.

Pertanyaan kita adalah : Mengapa terjadi terorisme di tanah air? Apakah kita meneror sesama dengan kata, sikap dan perilaku kita, dalam keluarga dan komunitas tempat dimana kita tinggal dan hidup? Kita sebagai orang Katolik hadir dalam Sabda Allah : “Roh Tuhan ada pada-Ku.” Dengan memberikan yang terbaik bagi kepentingan dan keselamatan bersama, dalam kehidupan kita bersama semua orang lintas batas. Inilah kesaksian kita di tengah dunia, tanda kehadiran Allah pusat iman kita.