Rabu, Februari 27, 2013

Homili Jumat 25 Januari 2013


SAULUS MENJADI PAULUS
Homili jumat 25 Januari 2013
Pesta Bertobatnya Rasul Paulus
Kis 22 : 3 – 16; Kis 9 : 1 – 22; Mzm 117 : 1.2; Mrk 16 : 15 - 18

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Nama adalah sebuah identitas diri. Hampir setiap manusia yang berbudaya dan beragama memiliki dua nama yaitu nama budaya dan nama agama. Misalnya Saya memiliki nama Benediktus Bere Mali. Bere Mali adalah nama budaya asal saya yang diwariskan oleh orang tua saya. Nama itu diberikan sebelum saya dibaptis secara Katolik. Benediktus adalah nama yang diberikan oleh agama Katolik kepada saya ketika saya dibaptis.  Benediktus artinya yang menerima berkat dari Tuhan dan mengalirkan berkat Tuhan yang diterima itu kepada sesama di sekitar.
Demikian juga nama Paulus. Awalnya sebelum mengenal Kristus dia diberi nama Saulus. Sesudah mengenal Yesus dia diberi nama Baptis Paulus. Ada keunikan yang membedakan antara  Saulus dengan Paulus. Perbedaannya sesungguhnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Saulus adalah seorang yang kafir yang setiap hari pekerjaannya menjadi penganiaya pengikut Kristus sedangkan Paulus adalah misionaris yang bertobat berkat Tuhan Yesus membalikkan jalannya seratus delapan puluh derajat dari penganiaya umat Kristen menjadi pengikut Yesus Kristus, dari musuh Kristus menjadi sahabat Tuhan. Sebelum kenal Yesus, Saulus buta dan perilakunya membabi buta, sedangkan setelah mengenal Yesus melalui Ananias, Paulus melek mata melihat semuanya dalam Terang Kristus yang menyelamatkan semua lintas batas. Sebelum diubah oleh Kristus di jalan menuju Damsyik, Saulus mewartakan khabar buruk kepada dunia, sedangkan sesudah diubah oleh Kristus, Paulus mewartakan Khabar Gembira Tuhan Yesus kepada segala bangsa dalam tugasnya sebagai misionaris Tuhan Yesus Kristus.
Dengan kata lain Saulus itu berjalan di atas jalan yang dirancang dan dibangun setan atau iblis dengan kepalanya Beelzebul yang berkarya menghancurkan sesama, merusak dan mengganggu ketenangan sesama, sedangkan Paulus  berjalan di atas jalan yang dirancang dan dibangun serta dilalui oleh Tuhan Yesus yaitu jalan yang membawa penyelamatan bagi semua orang lintas batas.  Saulus itu penganiaya dalam kekafiran sedangkan Paulus itu orang Kudus dalam nama Kristus.
Yang menarik adalah sekali Saulus bertobat menjadi Paulus, untuk selamanya sebagai Paulus sampai mati. Artinya sekali bertobat yang artinya berjalan dari kegelapan dosa menuju Terang, terus ia komit berjalan di dalam jalan Tuhan Yesus Kristus, tanpa membuka pintu lama yang menuntunnya kembali ke jalan lama yang penuh dengan dosa penganiaya yang sangat keji dan  tidak berkeimanan dan juga tidak berperikemanusiaan. Artinya bagi Paulus tidak ada jatuh dalam dosa yang sama lalu mengasihi diri sendiri dengan mengatakan saya bertobat dan masih mencintai panggilan sebagai misionaris Tuhan Yesus Kristus.
Lalu bagaimana dengan kita yang jatuh berulangkali dalam dosa yang sama? Teladan Pertobatan Paulus sekali bertobat dari dosa lama, menutup pintu dosa yang sama, agar tidak jatuh pada dosa yang sama. Tidak ada pertobatan kedua dari dosa yang sama dalam diri Paulus. Sekali berubah dari Saulus menjadi Paulus selamanya tetap menjadi Paulus.

Homili Rabu 27 Februari 2013



DESAKAN INISIATIF  PROGRESIF SVD
UNTUK PASTORAL KATEGORIAL
Homili Rabu 27 Februari 2013
Yer 18 : 18 – 20
Mzm 31 : 5-6.14.15-16
Mat 20 : 17 - 28

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Dalam kapitel general SVD yang terakhir, tahun 2012 lalu, utusan yang berbangsa India dalam Kapitel General itu cukup diperhitungkan di dalam proses pemilihan calon pemimpin tertinggi SVD dan anggota dewannya untuk masa jabatan pelayanan delapan tahun ke depan dalam memimpin SVD sedunia.
Mengapa India tidak dipandang dengan sebelah mata? Karena banyak SVD dari India yang terpilih menjadi provinsial di luar India yang menjadi peserta Kapitel dan juga beberapa utusan yang berasal dari India baik dari Negara India maupun dari luar Negara India yang menjadi peserta Kapitel General SVD 2012 di Roma.
Mengapa orang India menjadi pemimpin atau provinsial di luar India pada hal jumlah misionaris SVD Indonesia paling banyak bekerja di luar negeri, tak satu pun yang terpilih menjadi Provinsial di luar negeri?  Karena ada suatu kemungkinan yang melekat pada diri misionaris Indonesia di luar negeri maupun di dalam negeri. Barangkali Pelita inisiatif progresif misionaris Indonesia masih disimpan di bawah kolom hati tempat tidur sehingga terangnya tidak kelihatan masih tersembunyi. Sebaliknya mentari inisiatif progresif misionaris India sudah ditempatkan di menara sehingga menerangi semua orang, yang menuntun banyak SVD memilih misionaris SVD asal India untuk menempati posisi-posisi penting untuk mengambil keputusan dan kebijakan bagi roda misi SVD yang sedang menjalankan misi Allah di dunia.
Berdasarkan sharing pengalaman beberapa misionaris Indonesia yang pernah bekerja sama dengan misionaris India di luar negeri bahwa misionaris India sangat inisiatif progresif meminta secara lisan atau tertulis kepada atasan untuk studi lanjut dan kursus-kursus formal dalam formasi diri yang berkelanjutan. Kebanyakan permintaan mereka yang lahir dari inisiatif progresif itu disambut positif oleh atasan sehingga mereka secara akademis senantiasa menempati posisi – posisi penting dalam perjalanan pelayanan SVD tempat mereka bekerja melayani umat. Sebaliknya misionaris Indonesia sekalipun lebih mampu, kurang inisiatif progresif tetapi lebih tradisional dan bahkan diam sehingga atasan tidak tahu apa yang ada di dalam hati mereka untuk masa depannya dalam formasi berlanjut.
Karakter pribadi inisiatif progresif dan karakter pribadi yang tradisionalis ini dicetuskan di dalam bacaan Injil hari ini. Bagi saya Injil hari ini sangat jelas menguak dua karakter itu secara terbuka ke permukaan.
Yohanes dan Yakobus dengan ibunya adalah orang-orang yang berkarakter inisiatif progresif dalam hidupnya. Mereka secara lantang dan meyakinkan datang kepada Yesus bicara secara lisan langsung ungkapkan isi hati dan perencanaan mereka untuk diperkenankan kalau ada kesempatan untuk menempati posisi kekuasaan di samping kiri dan kanan Kerajaan Yesus. Bagi  mereka yang utama adalah mengajukan permintaan secara langsung dan terbuka kepada atasan. Persetujuan atau penolakan permintaan itu adalah soal urusan kebijakan atasan. Prinsip mereka adalah mintalah walau tidak diberi yang penting jangan mencuri. Ketuklah sekalipun pintu tidak dibukakan. Carilah sekalipun belum tentu mendapat.
Tetapi sebaliknya karakter tradisional kesepuluh murid yang lain yang lebih banyak diam, ketika ada yang inisiatif progresif hanya bisanya melahirkan kemarahan kepada mereka. Tipe kesepuluh murid adalah pribadi-pribadi yang hidup tradisional menunggu atasan perintah atau suruh baru melakukan suruhan atau perintah sehingga mereka bisanya hanya disamakan dengan burung beo atau pesuruh saja. Atasan suruh sekolah baru mereka sekolah. Ketiga gagal studi, malah mempersalahkan atasan dengan dalil,  saya sekolah bukan karena saya mau tetapi atas suruhan atasan. Orang seperti itu sesungguhnya pribadi yang sangat infantil.
Pelayanan kita dewasa ini dalam zaman yang meminta sebuah profesionalisme dalam segala bidang yang kita geluti termasuk di dalam bidang kerohanian. Inisiatif progresif para pelayan untuk memperdalam bidang yang sedang digelutinya merupakan sebuah kesegeraan yang jangan ditahan-tahan lagi. Dengan demikian pelayanan kita menjadi sebuah pelayanan yang diminati konsumen di antara sekian banyak pelayan yang semakin kreatif profesional menjawabi kebutuhan konsumen pelayanan kita termasuk di dalam bidang spiritualitas yang menjadi perhatian utama dalam perjalanan panggilan kita.
Hal seperti ini menjadi pembuka pintu lebar bagi jalan kita menuju medan misi yang terarah pada pastoral kategorial  karena tidak lama lagi pintu misi teritorial sesegera tertutup hampir di seluruh ranah diosesan baik dalam negeri maupun dalam negeri. Maka kita semestinya belajar misi yang berstrategi yang dilakukan oleh P. Superior General SVD baru, ketika beliau masih provinsial di Philipina, beliu menerapkan prinsip bahwa setiap konfrater SVD bekerja lima tahun atau tiga tahun wajib diberi kesempatan untuk studi lanjut secara formal. Ini adalah jalan lebar bagi pastoral katerial SVD sejagat. Jalan ideal yang sesegera ditempuh oleh kita pada saat ini dan nanti adalah mari kita duduk bersama saling berbagi ide dan gagasan untuk menyusun strategi misi pastoral kategorial sehingga yang dihasilkan dan dilaksanakan adalah inisiatif progresif kita, karena menyatukan inisiatif progresif bawahan dan atasan. Peran kekuasaan menjadi kunci dalam menjembatani sekaligus menyatukan inisiatif progresif meraih bawan dan atasan untuk menghasilkan inisiatif progresif kita untuk pastoral kategorial yang sangat mendesak kita SVD di Indonesia maupun di luar negeri.  

desakan inisiatif Progresif SVD untuk Pastoral Kategorial



DESAKAN INISIATIF  PROGRESIF SVD
UNTUK PASTORAL KATEGORIAL
Homili Rabu 27 Februari 2013
Yer 18 : 18 – 20
Mzm 31 : 5-6.14.15-16
Mat 20 : 17 - 28

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Dalam kapitel general SVD yang terakhir, tahun 2012 lalu, utusan yang berbangsa India dalam Kapitel General itu cukup diperhitungkan di dalam proses pemilihan calon pemimpin tertinggi SVD dan anggota dewannya untuk masa jabatan pelayanan delapan tahun ke depan dalam memimpin SVD sedunia.
Mengapa India tidak dipandang dengan sebelah mata? Karena banyak SVD dari India yang terpilih menjadi provinsial di luar India yang menjadi peserta Kapitel dan juga beberapa utusan yang berasal dari India baik dari Negara India maupun dari luar Negara India yang menjadi peserta Kapitel General SVD 2012 di Roma.
Mengapa orang India menjadi pemimpin atau provinsial di luar India pada hal jumlah misionaris SVD Indonesia paling banyak bekerja di luar negeri, tak satu pun yang terpilih menjadi Provinsial di luar negeri?  Karena ada suatu kemungkinan yang melekat pada diri misionaris Indonesia di luar negeri maupun di dalam negeri. Barangkali Pelita inisiatif progresif misionaris Indonesia masih disimpan di bawah kolom hati tempat tidur sehingga terangnya tidak kelihatan masih tersembunyi. Sebaliknya mentari inisiatif progresif misionaris India sudah ditempatkan di menara sehingga menerangi semua orang, yang menuntun banyak SVD memilih misionaris SVD asal India untuk menempati posisi-posisi penting untuk mengambil keputusan dan kebijakan bagi roda misi SVD yang sedang menjalankan misi Allah di dunia.
Berdasarkan sharing pengalaman beberapa misionaris Indonesia yang pernah bekerja sama dengan misionaris India di luar negeri bahwa misionaris India sangat inisiatif progresif meminta secara lisan atau tertulis kepada atasan untuk studi lanjut dan kursus-kursus formal dalam formasi diri yang berkelanjutan. Kebanyakan permintaan mereka yang lahir dari inisiatif progresif itu disambut positif oleh atasan sehingga mereka secara akademis senantiasa menempati posisi – posisi penting dalam perjalanan pelayanan SVD tempat mereka bekerja melayani umat. Sebaliknya misionaris Indonesia sekalipun lebih mampu, kurang inisiatif progresif tetapi lebih tradisional dan bahkan diam sehingga atasan tidak tahu apa yang ada di dalam hati mereka untuk masa depannya dalam formasi berlanjut.
Karakter pribadi inisiatif progresif dan karakter pribadi yang tradisionalis ini dicetuskan di dalam bacaan Injil hari ini. Bagi saya Injil hari ini sangat jelas menguak dua karakter itu secara terbuka ke permukaan.
Yohanes dan Yakobus dengan ibunya adalah orang-orang yang berkarakter inisiatif progresif dalam hidupnya. Mereka secara lantang dan meyakinkan datang kepada Yesus bicara secara lisan langsung ungkapkan isi hati dan perencanaan mereka untuk diperkenankan kalau ada kesempatan untuk menempati posisi kekuasaan di samping kiri dan kanan Kerajaan Yesus. Bagi  mereka yang utama adalah mengajukan permintaan secara langsung dan terbuka kepada atasan. Persetujuan atau penolakan permintaan itu adalah soal urusan kebijakan atasan. Prinsip mereka adalah mintalah walau tidak diberi yang penting jangan mencuri. Ketuklah sekalipun pintu tidak dibukakan. Carilah sekalipun belum tentu mendapat.
Tetapi sebaliknya karakter tradisional kesepuluh murid yang lain yang lebih banyak diam, ketika ada yang inisiatif progresif hanya bisanya melahirkan kemarahan kepada mereka. Tipe kesepuluh murid adalah pribadi-pribadi yang hidup tradisional menunggu atasan perintah atau suruh baru melakukan suruhan atau perintah sehingga mereka bisanya hanya disamakan dengan burung beo atau pesuruh saja. Atasan suruh sekolah baru mereka sekolah. Ketiga gagal studi, malah mempersalahkan atasan dengan dalil,  saya sekolah bukan karena saya mau tetapi atas suruhan atasan. Orang seperti itu sesungguhnya pribadi yang sangat infantil.
Pelayanan kita dewasa ini dalam zaman yang meminta sebuah profesionalisme dalam segala bidang yang kita geluti termasuk di dalam bidang kerohanian. Inisiatif progresif para pelayan untuk memperdalam bidang yang sedang digelutinya merupakan sebuah kesegeraan yang jangan ditahan-tahan lagi. Dengan demikian pelayanan kita menjadi sebuah pelayanan yang diminati konsumen di antara sekian banyak pelayan yang semakin kreatif profesional menjawabi kebutuhan konsumen pelayanan kita termasuk di dalam bidang spiritualitas yang menjadi perhatian utama dalam perjalanan panggilan kita.
Hal seperti ini menjadi pembuka pintu lebar bagi jalan kita menuju medan misi yang terarah pada pastoral kategorial  karena tidak lama lagi pintu misi teritorial sesegera tertutup hampir di seluruh ranah diosesan baik dalam negeri maupun dalam negeri. Maka kita semestinya belajar misi yang berstrategi yang dilakukan oleh P. Superior General SVD baru, ketika beliau masih provinsial di Philipina, beliu menerapkan prinsip bahwa setiap konfrater SVD bekerja lima tahun atau tiga tahun wajib diberi kesempatan untuk studi lanjut secara formal. Ini adalah jalan lebar bagi pastoral katerial SVD sejagat. Jalan ideal yang sesegera ditempuh oleh kita pada saat ini dan nanti adalah mari kita duduk bersama saling berbagi ide dan gagasan untuk menyusun strategi misi pastoral kategorial sehingga yang dihasilkan dan dilaksanakan adalah inisiatif progresif kita, karena menyatukan inisiatif progresif bawahan dan atasan. Peran kekuasaan menjadi kunci dalam menjembatani sekaligus menyatukan inisiatif progresif meraih bawan dan atasan untuk menghasilkan inisiatif progresif kita untuk pastoral kategorial yang sangat mendesak kita SVD di Indonesia maupun di luar negeri.