Senin, Februari 18, 2008

Aneka Simbol Adat Suku Bunaq Aitoun


* P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Voto Tahbisan Imam
Katedral Keuskupan Malang
23.09.2004

Tanggal 23 September 2004 penulis yang sebagai Putera asli Suku Bunak dari Lingkungan Asueman, Paroki Santo Theodorus Weluli, Dekenat Belu Utara, Keuskupan Atambua menerima sakramen imamat di Katedral Keuskupan Malang. Waktu pentahbisan ada banyak keluarga Belu, khususnya Suku Bunak yang datang menghadiri perayaan Tahbisan itu. Saya sangat senang karena ada banyak orang yang mendukung saya termasuk dari Suku Bangsa Bunak. Mereka menggunakan simbol Adat Suku Bunaq Aitoun dalam kain adat Beseq motif unik suku Bunaq Aitoun dengan perlengkapan lainnya.


Pada tanggal 04 Oktober 2004, upacara penerimaan penulis sebagai imam baru di Kampung kelahiran penulis, Asueman, Suku Bunaq Aitoun. Upacara penerimaan itu bercirikhas adat suku Bunaq Aitoun. Saya sebagai imam baru waktu itu dirias secara adat Adat Suku Bunaq khas Suku Bunaq di Dusun Asueman, Desa Aitoun, Kecamatan Rai Hat, Kabupaten Dati II Belu.

Ada emas-perak-warisan leluhur yang saya kenakan waktu periasan dan dalam seluruh perarakan memasuki kampung kelahiranku. Kain adat yang saya kenakan waktu itu adalah berwarna emas dan bermotif khas Dusun Asueman.

Video
Aneka Simbol Budaya Suku Bunaq
Saat Penerimaan 
Tokoh Agama Memasuki
Wilayah Suku Bunaq Aitoun
04.10.2004.



Waktu saya dirias, saya sempat mengungkapkan kata-kata ini secara spontan. Mengapa waktu saya belajar atau studi, emas dan perak ini tidak dikeluarkan atau ditukarkan untuk saya yang bersusah payah studi dalam kesederhanaan. Mengapa waktu saya studi orang tua dan kakak adikku berjuang sendirian menyekolahkan saya? Kata-kata itu saya ucapkan dalam ruang rias yang penuh dengan para pemuka pemerintah setempat, pemuka agama dan pemuka adat suku Bunak. Saya tidak bermaksud apa-apa mengungkapkan kata-kata itu. Kata-kata itu terucap spontan keluar seperti air yang mengalir.

Mendengarkan kata-kata saya itu, ternyata ada seorang yang merasa tersentuh dengan kata-kata saya itu. bukan hanya sekedar tersentuh melainkan merasa tersinggung. Seorang yang merasa tersinggung itu sempat memberi reaksi dalam kata-katanya agak keras demikian, "sekarang pastor diam dan ikut apa yang diatur oleh panitia." Saya senyum mendengar kata-kata itu karena mereka tidak mengerti apa yang saya maksudkan.


Maksud saya adalah bahwa emas dan perak yang disimpan dalam rumah suku begitu berlimpah tetapi tidak memperhatikan pendidikan anggota rumah suku, apalah artinya kekayaan yang ada dalam rumah suku itu? Lebih baik anggota rumah suku kaya akan anggota-anggota sukunya yang berpendidikan daripada kaya harta yang dijaga oleh orang-orang yang tidak berpendidikan di dalam rumah suku.

Maksud penulis hal itu tersimpan di dalam hati pada waktu itu dalam ruang rias itu. Penulis menyimpan maksud penulis itu dalam hati dan mengikuti kemauan panitia yang telah mengingatkan penulis agar penulis diam tidak omong banyak dan mengikuti apa yang telah disiapkan dan diatur di dalam perarakan itu.


Tetapi, maksud saya itu harus saya ungkapkan kepada Suku Bunaq. Saya membutuhkan satu waktu yang tepat untuk menyampaikan maksud saya itu. Saya telah menemukan satu waktu yang tepat untuk menyampaikan isi hati saya itu.

waktu yang tepat adalah saat pembubaran panitia di Gua Maria di Atapupu dan Kolam Susu Atapupu. Pada saat itu adalah bulan November 2004. Dalam misa dan sambutan saya tegaskan agar Generasi muda suku Bunaq memiliki satu cita-cita yang setinggi langit untuk menempuh pendidikan minimal sarjana.

Hanya dengan pendidikan Suku Bunaq berubah dalam pola pikir dan pola tingkah laku yang mengutmakan humanitas dalam segal bidang kehidupan.

Untuk itu keluarga besar suku Bunaq harus hidup berkorban dan bekerja keras menggunakan sepuluruh jari, kaki, otak dan hati, serta tenaga untuk mendapat uang, harta yang cukup bagi pendidikan suku Bunaq. Suku Bunaq harus kerja sama, saling mendukung secara material kepada putra dan putri suku Bangsa Bunaq yang bercita-cita meraih pendidikan yang tinggi.

Mentalitas suku Bunaq untuk saling membantu sangat kuat dalam urusan adat yang diwariskan oleh nenek moyang. Tetapi kita sebagai suku Bangsa Bunak tidak berhenti berpuas diri dengan kekompakan dan saling mendukung dalam urusan adat itu saja.

Tetapi kita sebagai masyarakat suku Bangsa Bunaq harus beralih kepada habitus baru yaitu saling mendukung dan kerjasama dalam menyekolahkan anak-anak yang berpotensi secara intelektual. Hanya dengan pendidikan yang baik suku Bunaq dapat berkembang dan dibutuhkan oleh dunia internasional.


Setiap kebiasaan adat, setiap simbol adat dalam tata rias yang penulis alami itu, yaitu emas dan perak yang dikenakan penulis, semuanya itu perlu diberi makna baru yang memberi semangat pembaharuan sikap dan tingkahlaku suku bangsa Bunaq yang memiliki kebiasaan adat dan simbol-siobol adat Suku Bunaq.

Emas dan perak serta intan berlian yang penulis kenakan memang bukan jatuh dari langit tetapi itu diperoleh dari usaha dan kerja keras para nenek moyang dan itu disimpan dalam rumah adat atau rumah suku sebagai harta kekayaan suku Bunaq.

Saat ini memang materi juga penting untuk menambah harta kekayaan suku Bunaq, tetapi lebih penting juga bahwa harta pendidikan rumah suku perlu diberi porsi perhatian secara serius.

Hanya dengan pendidikan anggota runah suku Bunaq yang baik dapat mempertajam kualitas kompetitif dalam  dunia dewasa ini. Maka harta akan dicari secara lebih baik dan profesional. Kayakan dulu anggota rumah suku dari segi pendidikan, maka yang lain akan ditambahkan kepada anggota rumah suku-yang tersebar di banyak tempat dewasa ini.

kita bersatu dalam adat dan pendidiakan anggota rumah suku dalam tuntutan dunia dewasa ini.  Hanya dengan itu kita bisa bertahan hidup di dalam dunia dewasa ini yang sangat kompetitif secara profesional karena berpendidikan, berpengaruh, berkedudukan.***


Daftar Pustaka



A.A. Bere Tallo. (1978), Adat Istiadat dan Kebiasaan Suku Bangsa Bunaq di Lamaknen-Timor Tengah, Weluli, 7 Juli 1978

Mali, Benediktus Bere, Wolor, John (ed). (2008). Kembali ke Akar . Jakarta: Cerdas Pustaka Pub..