Kamis, Februari 28, 2013

Homili Kamis 28 Februari 2013



JEMBATANI JURANG KAMIS
Homili Kamis 28 Februari 2013
Yer 17:5-10
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:40:5a
Luk 16:19-31
P. Benediktus Bere Mali, SVD

Hari ini adalah hari kamis hari terakhir dalam bulan Februari. Apa singkatan dari kata Kamis. Kamis saya singkatkan dengan sebutan Kaya – Miskin.  Berbicara tentang kaya dan miskin, di dalamnya, ada jurang antara yang kaya dengan miskin. Jurang itu semakin dalam dan lebar karena tidak ada penghubung yang kokoh antara keduanya. Kemurahan hati dari yang kaya  kepada yang miskin adalah beton penghubung yang kokoh antara jurang kamis.
Injil hari ini mengedepankan jurang kamis secara gamblang. Orang kaya hidup berpesta pora menikmati harta kekayaannya sementara Lazarus si miskin yang datang membutuhkan sesuap nasi tidak diperhatikan. Jurang kamis antara keduanya semakin lebar dan dalam karena dipupuk dengan ketamakan orang yang kaya dalam mengumpulkan harta duniawi. Jurang kamis itu semakin dalam dan lebar karena egoisme orang kaya telah menjadi subyek dalam membangun relasi dengan sesama termasuk dengan orang miskin.
Semua orang di dunia pasti mati. Orang kaya itu pun mati. Lazarus si miskin itu juga mati. Ketamakan si kaya membawa dia ke dalam ruangan neraka derita abadi di sana. Penderitaan Lazarus si miskin selama hidup sebagai representasi wajah Allah yang tidak diperhatikan si kaya selama di dunia, dibawa para malaikat ke dalam pangkuan Abraham di dalam Surga asal dan sumber kebahagiaan nan abadi.
Jurang kamis selalu dijumpai di dalam hidup baik di dalam komunitas internal maupun komunitas eksternal secara luas. Panggilan kita adalah menjembatani jurang kamis dengan bangunan beton kemurahan hati. Konsientisasi kepada yang kaya bahwa Allah itu Murah Hati. Allah kita bukan Allah yang tamak. Harta orang kaya yang diperoleh melalui cara yang halal adalah tanda nyata ada kemurahan hati Allah kepadanya. Dengan kemurahan hati Allah yang diimani, orang kaya semestinya meneruskan aliran rahmat dari Murah Hati Allah itu kepada sesama sekeliling yang mengulurkan bantuan. Dengan ini, Allah sangat menghendaki setiap anakNya menjadi kaya. Tetapi kaya dalam kemurahan hati bukan menjadi kaya dalam ketamakan. Kaya dalam solidaritas bukan kaya dalam egoisme. Kaya dalam Tuhan bukan kaya dalam iblis yang merusak diri, sesama, alam dan dalam relasi dengan Tuhan. Kaya dalam murah hati bukan keserakahan. Mau dipangku Abraham waktu datang ke Surga, bermurah hatilah selama masih ada waktu di atas planet ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar