KORUPTOR BERDOA BAPA KAMI
Homili
Selasa 19 Februari 201
Yes
55 : 10 – 11; Mat 6 : 7 – 153
P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD
Seorang
Pejabat di pucuk pemerintahan atau Partai atau dalam institusi pemerintahan maupun di dalam
kehidupan religius, terpilih menjadi pemimpin karena pemilih melihat bahwa yang
terpilih memiliki kualitas kepala dan dada atau otak dan hati yang baik untuk
memimpin dengan baik dan benar seperti yang ada di dalam harapan pemilih untuk
kepentingan dan kebaikan bersama.
Kenyataan
di lapangan terbalik. Koran dan televisi serta internet hampir setiap hari mempublikasikan para koruptor di dalam organisasi kepartaian
maupun di dalam institusi pemerintahan. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang
paling jujur dan paling baik di dalam Partai dan institusi pemerintahan yang
dipublikasikan secara besar-besaran untuk menjadi contoh yang patut ditiru oleh
banyak orang di dalam kehidupan bersama.
Melihat
realitas demikian menuntun saya untuk melahirkan pertanyaan ini. Mengapa banyak koruptor di tanah air tetapi sedikit
orang yang duduk di posisi-posisi sentral bekerja dan melayani masyarakat
dengan jujur untuk kebaikan bersama? Karena sadar atau tidak sadara, banyak
orang di tanah air khususnya para koruptor dikuasai dengan sistem berpikir yang
mengatakan bahwa “Klepto Ergo Sum” yang artinya “saya mencuri maka saya ada”. Klepto
Ergo Sum itu sudah menjadi sistem
berpikir yang menggerakkan pribadi pencuri menampilkan diri dengan kegiatan
mencuri yang bukan menjadi miliknya atau mencuri yang menjadi milik rakyat yang
harus digunakan untuk kepentingan rakyat, tetapi digunakan untuk kepentingan
pribadi pencuri.
Pencuri
adalah orang yang kaya. Pencuri adalah orang yang menempati urutan – urutan
pertama di dalam kursi kekuasaan kepartaian dan institusi pemerintahan.
Sebetulnya tidak ada alasan untuk mengambil uang orang lain untuk dirinya
karena kebutuhannya sudah tercukupi dari hasil kerjaannya. Hanya ketamakan saja
yang bisa menjadi alasan mereka mencuri uang rakyat. Hanya selalu dikuasai oleh
paradigma “selalu merasa tidak puas dan tidak cukup” dengan harta kekayaannya
yang membuka pintu hatinya bagi Iblis yang dengan senyum mendorong koruptor mencuri
uang yang bukan miliknya.
Kalau
ditilik dari sisi spiritualitas berdasarkan Doa Bapa Kami yang hampir setiap
hari didoakan, maka koruptor adalah orang yang paling tidak menjalankan isi doa
Bapa Kami di dalam hidupnya. Tuhan sudah memberikan makanan, minuman, pakaian,
singkatnya memberikan yang dibutuhkan secara cukup bagi manusia. Tuhan begitu
indah menciptakan segala sesuatu untuk kebutuhan manusia secara cukup, tidak
kurang dan tidak lebih.
Tuhan
menghendaki agar setiap orang diberi cukup kebutuhannya itu, kelebihannya yang
dia dapat dari kerja dan usaha yang jujur, diberikan kepada yang masih kurang
kebutuhannya, agar mereka yang kurang kebutuhannya beralih dari kekurangan
kebututuhan menuju posisi memperoleh kebutuhan yang cukup. Dengan demikian
spiritualitas aliran rahmat itu terus mengalir dari Tuhan kepada manusia tanpa
disumbat oleh egoisme manusia. Setiap
manusia yang menerima rahmat secara lebih lancar terus mengalirkannya kepada
sesama manusia yang berkekurangan sehingga yang berkekurangan pun mengalami
kecukupan akan kebutuhan sesuai yang didoakan Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kamia,
“berikanlah kami makanan yang secukupnya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar