SAKSI
PALSU vs SAKSI ASLI
*P.
Benediktus Bere Mali, SVD*
Koran-koran
beberapa Minggu terakhir ini berbicara tentang calon-calon pemimpin baik
Legislatif, eksekutif maupun Yudikatif yang berasal dari latarbelakang politisi,
sementara banyak orang lebih mengaharapkan calon pemimpin yang berasal dari latarbelakang
negarawan untuk menjadi pemimpin pada masa yang akan datang.
Pertanyaan bagi
kita adalah apa perbedaan antara calon pemimpin yang berasal dari latarbelakang
politisi dengan yang berasal dari latarbelakang negarawan? Atau apa perbedaan
antara pemimpin yang negarawan dengan seorang pemimpin yang politisi?
Perbedaan
antara seorang negarawan dengan politisi sebetulnya terletak di dalam
penjelasan sebagai berikut. Seorang pemimpin yang tergolong ke dalam sebagai
negarawan, senantiasa berjalan di atas jelan kebenaran, keadilan, kedamaian,
kebaikan dan kebenaran, untuk kesejahteraan dan keselamatan bersama atau
kesejahteraan seluruh rakyat yang dipimpinnya. Sorang negarawan ketika menghadapi
dan menyelesaikan persoalan, dia selalu memberikan kesaksian yang benar
sehingga solusi persoalan itu pada akar persoalan. Sedangkan seorang politisi
senantiasa diwarnai oleh pengutamaan kepentingan pribadi, golongan. Seorang
politisi ketika memberikan kesaksian terhadap persoalan yang ada dan sedang
terjadi, selalu diwarnai oleh sikapnya yang “abu-abu”atau bahkan bisa jadi
memberikan kesaksian yang palsu atas persoalan yang sedang terjadi hanya untuk
menyelamatkan kelompoknya dengan mengorbankan kepentingan bersama atau kebaikan
bersama.
Bacaan-bacaan
suci hari ini menampilkan kesaksian Kesaksian Petrus, Yohanes, Paulus dan Tuhan
Yesus. Yesus selalu memberikan kesaksian yang benar. Paulus juga memberikan
kesaksian yang benar. Yohanes memberikan kesaksian yang benar. Petrus lebih
cenderung sibuk mencampuri urusan orang lain. Karena Petrus sibuk dengan urusan
Yohanes dan Urusan Yesus, Yesus menegur dia, Paulus jangan sibuk dengan urusan
orang lain.
Yesus
adalah Nabi Sejati. Paulus dan Yohanes menampilkan diri sebagai nabi. Mereka
berdua memberikan kesaksian tentang Yesus adalah Nabi yang sejati. Paulus
memberikan kesaksian yang benar tentang Kebangkitan Kristus yang diwartakan
sampai di Roma. Ketika di kalangan Yahudi, ia dihadapkan di depan Mahkamah
Agama Yahudi untuk dihukum karena pewartaan tentang Kebangkitan Tuhan Yesus.
Kesaksian di depan Sanhedrin itu membuat para Sanhedrin tidak menemukan
kesalahan untuk dihukum mati. Paulus memberikan kesakasian tentang kebangkitan
Tuhan dengan menggunakan pemikiran Mahkamah Agama Yahudi yang berasal dari
kelompok Farisi. Orang Farisi mengakui adanya kebangkitan orang mati dan adanya
malaikat-malaikat. Itu artinya kelompok Mahkamah Agama Yahudi sendiri menerima
kebangkitan Tuhan Yesus yang diwartakan Paulus. Tidak ada alasan Sanhedrin menghukum
Paulus yang mewartakan Kebangkitan Tuhan Yesus.
Sanhedrin
terus mencari waktu yang tepat untuk menjatuhkan hukuman mati atas Paulus. Lantas
Paulus Naik Banding ke Kaisar di Roma. Ketika berada di Roma, Paulus memanggil
para penatua orang Yahudi dan memberikan kesaksian yang benar atas pewartaannya
tentang Kebangkitan Kristus yang dia wartakan.
Paulus
secara tulus mengatakan kepada para tua-tua Yahudi yang ada di Roma, bahwa dia
naik banding ke Kaisar di Roma bukan untuk mengkhianati Adat Istiadat Bangsa
Yahudi, tetapi dia memberikan kesaksian tentang harapan bangsa Yahudi akan
kedatangan Mesias yang mengalami kepenuhan di dalam diri Tuhan Yesus yang telah
wafat dan kemudian mengalami kebangkitan yang diwartakannya.
Paulus
memberikan kesaksian yang benar kapan dan dimanapun. Ini tandanya bahwa Paulus
dipenuhi oleh Roh Kudus yaitu Roh Kebangkitan Tuhan Yesus. Dia memberikan
kesaksian tentang Kebangkitan Kristus dengan tulus dan ikhlas. Paulus pun tahu
persis, bahwa kesaksian yang benar di depan Kaisar di Roma, membuat Kaisar tidak
akan menemukan kesalahan untuk menjatuhkan hukuman atas dirinya. Paulus di
depan Kaisar akan bersaksi dengan menggunakan cara berpikir Roma atau Kaisar
yang berlaku di dalam menjatuhkan hukuman atas orang yang dituduh bersalah.
Paulus menguasai pemikiran Roma, bahwa hanya orang yang melanggar kemanusiaan
universal yang menerima hukuman. Bagi Paulus, pewartaan tentang Kebangkitan
Tuhan Yesus itu tidak melanggar hukum Roma. Hukum Roma mengakui kebebasan
setiap manusia untuk mengekspresikan diri sejauh tidak melanggar hukum Roma
yang intinya tidak melanggar kemnausiaan sebagai nilai universal yang menjadi
jiwa seluruh peraturan Kaisar.
Yohanes
pun memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias yang diharapkan Bangsa
Yahudi. Kesaksiannya itu ditulis di dalam Injil Yohanes, Kesaksiannya itu
benar. Yohanes dan Paulus memberikan kesaksian yang asli tentang Yesus sebagai
Mesias yang dinantikan bangsa Yahudi. Paulus dan Yohanes tidak memberikan
kesaksian yang palsu. Keduanya adalah nabi. Mengatakan yang benar adalah benar
dan yang salah adalah salah. Itulah ciri orang yang hidup di dalam Roh Kudus,
Roh Kristus, Roh Allah sendiri. Orang yang hidup di dalam Roh Kudus senantiasi memberikan
kesaksian benar dan tulus. Pemazmur bekata bahwa orang yang tulus melihat wajah
Allah.
Kita
semua adalah orang-orang yang dipanggil menjadi nabi. Sebagai nabi, kita
memberikan kesaksian yang benar dan kesaksian kita lahir dari ketulusan hati
kita. Pemazmur berkata, orang yang tulus melihat wajah Allah. Ketulusan ada
dalam diri kita berarti ada Allah Roh Kudus di dalam diri kita, dan Roh Kudus menuntun kita kepada jalan yang benar,
berpikir secara benar, berkata-kata dan bertindak secara benar dan tulus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar