WARTA
KRISTUS : Inkulturatif analitis vs
Normatif
*P.
Benediktus Bere Mali, SVD*
Tanggal 23
Oktober 1962, sepuluh hari sesudah pembukaan Konsili Vatikan II, salah satu
uskup misionaris dari Indonesia, Mgr. van Bekkum SVD, uskup Ruteng, mengusulkan
agar dalam liturgi dan pewartaan, digunakan bahasa setempat, cara berpikir
setempat, agar umat dapat menghayati misteri keselamatan yang dirayakan, dan
pewartaan yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa para misionaris SVD di NTT
bermisi di NTT mulai dari cara berpikir setempat. Buah-buahnya sangat positif.
Banyak orang yang menerima pewartaan para misionaris. Putera dan Puteri NTT
kini menjadi misionaris hampir di seluruh dunia.
Bacaan I hari
ini menampilkan Paulus bermisi di Athena dengan cara berpikir setempat. Ada dua
(2) golongan yang ada di Athena, yaitu golongan Epikurus yang menekankan bahwa
kehidupan ini berjalan menuju kehancuran, kematian dan kepunahan. Sedangkan
golongan Stoa mengutamakan bahwa kehidupan ini berjalan menuju kehidupan dalam
sang ilahi. Paulus menggunakan cara berpikir Stoa dalam pewartaannya di Athena.
Buah-buah pewartaannya ada dan sangat baik. Dionisius salah seorang anggota
Majelis Areopagus menjadi pengikut Paulus. Juga Damaris seorang perempuan yang
terbelenggu oleh budaya patriarchal Yunani, menjadi pengikut Paulus. Hal ini menunjukkan bahwa
Kristus yang diwartakan Paulus secara inkulturatif, membawa keselamatan dan
pembebasan bagi semua orang lintas batas. Roh Kebenaran menuntun Paulus
mewartakan “SIAPA KEBENARAN” kepada orang Athena. Sang Kebenaran itu adalah
Kristus yang telah bangkit membawa keselamatan kepada semua orang tanpa
pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah mewarnai
kehidupan yang mengalir dari Sang Kristus sumber kehidupan sejati.
Homili Rabu 8
Mei 2013
Kis 17 :
15.22-18:1
Mzm 148
Yoh 16:12 - 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar