Senin, Februari 18, 2013

Homili 1000 Hari Wafat : Senin 18 Februari 2013



“AKU BUTUH DOAMU”

Yoh 17 : 6 – 11;

Yes 25 : 6a. 7 – 9



*P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*



Setiap orang tua sebelum melepaspergikan anaknya ke sekolah senantiasa memberikan berkat di dahinya. Setiap orang yang melepaspergikan anaknya ke sebuah tempat yang jauh selalu diawali doa bersama sebelum keberangkatan. Setiap kali menumpang mobil sebelum keluar atau berjalan meninggalkan rumah kediaman, selalu diawali dengan doa. Setiap pagi bangun tidur kita selalu berdoa membuat tanda Salib. Sebelum kerja dan studi atau acara bersama kita selalu berdoa bersama. Setiap bulan Mei dan Oktober umat Katolik berdoa kepada  Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria Ibu Tuhan Yesus. Setiap tanggal ulang Tahun kelahiran kita, kita berdoa kepada Allah dengan perantaraan Santo Pelindung kita. Setiap tanggal 1 Nopember kita berdoa kepada Allah dengan perantaraan Para Kudus. Setiap hari kita merayakan Perayaan Ekaristi kita berdoa bersatu dengan Para Kudus dan Para Malaikat di Surga.

 Kita berdoa dengan beberapa tujuan yaitu untuk keselamatan diri pendoa dan keselamatan yang didoakan. Kita berdoa bagi orang lain. Kita berdoa agar para Kudus yang sudah suci dan berbahagia di Surga mendoakan kita agar kita juga selamat dalam perjalanan kita yang sedang berjalan di atas jalan menuju tujuan karena Tuhan senantiasa menyertai kita.

Berdoa bagi keselamatan sesama bukan hanya dilakukan oleh kita. Doa bagi keselamatan bagi umat bukan hanya dilakukan oleh imam,   biarawan atau biarawati. Tuhan Yesus sendiri berdoa bagi Para Murid Milik Bapa, yang diberikan kepadaNya. Yesus berdoa kepada Allah Bapa di Surga untuk keselamatan murid milik kepunyaanNya dan Kepunyaan Bapa di Surga. Yesus berdoa bagi para murid agar para murid berpikir, berkata-kata dan berperilaku sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang selalu membawa kehidupan bukan kematian. Yesus berdoa bagi para muridNya agar para murid senantiasa menjadi apa yang dikatakan oleh Erick Form sebagai pribadi yang biofil bukan menjadi pribadi yang nekrofil. 

Pribadi yang biofil adalah pribadi yang selalu membawa suasana yang menghidupkan, membangun dan membangkitkan serta selalu membawa berkat bagi sesama. Sebaliknya pribadi yang nekrofil adalah pribadi yang kehadirannya senantiasa membawa suasana letih lesuh bagi sesama di sekitar, pribadi yang mematikan karakter sesama di sekitar serta peribadi yang merasa iri hati dan cemburu terhadap sesama yang mencapai kesuksesan dan keberhasilan serta berupaya untuk mematahkan atau menghancurkan jalan-jalannya menuju puncak keberhasilan dengan berbagai cara.  Yesus berdoa bagi para muridNya agar milik kepunyaanNya itu senantiasa hidup berbahagia dan penuh sukacita di dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti.

Kebahagiaan yang abadi itu ditemukan di dalam Yerusalem yang baru. Kebahagiaan yang sejati itu ditemukan di dalam sukacita yang sejati di dalam sion yang baru. Kebahagiaan kekal itu di dalam surga. Kebahagiaan kekal itu ditemukan oleh orang yang berjalan di atas jalan menuju persekutuan abadi di dalam komunitas Allah Tritiunggal Maha Kudus. Suasana Sukacita abadi yang tanpa sedih dan air mata itulah yang digambarkan di dalam Bacaan Pertama.

Siapa yang mendiami Surga? Mereka yang mendiami Surga adalah orang yang melayani orang yang paling hina di dalam hidupnya di dunia ini (Mat 25:31-46).  Melayani sesama yang hina dina di dunia adalah tiket bagi manusia kelak di akhirat masuk surga. Mereka yang masuk Surga adalah mereka yang setia dan taat pada Sabda Allah dalam kata dan perbuatan. Mereka yang mendiami surga adalah mereka yang tergolong ke dalam Orang Kudus dan Para  Malaikat.

Ibu yang kita doakan pada malam hari ini genap 1000 hari meninggalnya. Menurut pandangan adat dan budaya kita dia sudah berbahagia di Surga. Kalau dipadukan dengan Pandangan Gereja Katolik dia sudah masuk Surga. Dia sudah menjadi kelompok para Kudus di Surga. Dia menjadi berbahagia jaya abadi di Surga.



Ibu yang berbahagia di Surga tentu menjadi pendoa yang senantiasa berdoa bagi kita. Kita sedang berdoa baginya disaksikan di surga dengan penuh sukacita dan terimakasih yang mendalam bagi kita. Kita memperhatikan dia. Dia memperhatikan kita. Kita saling memperhatikan penuh cinta di dalam doa.  Saling mendoakan  adalah sebuah kebiasaan sekaligus kebutuhan yang sangat menyeluruh dilakukan dan dirindukan semua orang. Maka doa kita ini memberikan kepuasan spiritual kepada kita secara pribadi maupun memberikan kepuasan spiritual bagi kita masing-masing.


Homili Senin Prapaskah I - 18 Februari 2013


MELAYANI SESAMA YANG HINA:
PASTI MASUK SURGA

Im 19 : 1 – 2. 11 – 18; Mat 25 : 31 – 46
Homili Senin 18 Februari 2013

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Pada suatu hari saya mengunjungi sebuah panti Asuhan anak-anak korban ODHA (Orang Dengan HIV /AIDS). Pemimpin dan pengelolah panti Asuhan itu sempat menyampaikan pelayanannya di Panti tersebut yang bagi banyak orang adalah sebuah karya yang sangat sulit untuk dilaksanakan.
Lalu saya bertanya kepada pemilik dan pengelolah panti itu:  Mengapa Anda memilih pada pelayanan terhadap anak – anak Panti Asuhan korban dari orang tua yang ODHA?
Karena saya sangat tergerak oleh Sabda Allah yang mengatakan bahwa barangsiapa yang melayani sesama yang paling hina dialah memperoleh berkat  Surgawi pada kedatangan Anak Manusia pada hari akhir zaman atau penghakiman terkahir.  Saya sungguh merasakan bahwa anak-anak korban orang tuanya ODHA ini adalah orang yang tidak bersalah yang merasa paling hina. Saya dikuatkan dan dituntun serta diutus Tuhan melayani sesama yang paling hina ini, agar mereka merasakan sukacita Tuhan di dalam karya Pelayanan ini. Saya meraskan anak-anak panti yang dulunya merasakan tersisih dari kehidupan sosial dengan cinta kasih yang saya tanamkan di dalam karya ini membawa perubahan yang sangat berkembang maju.  Mereka bisa menerima sakit mereka dan banyak orang tergerak memberikan sumbangan yang berarti bagi mereka di dalam panti asuhan ini. Saya dan mereka merasakan kasih Tuhan di dalam misi bagi anak-anak panti asuhan yang berasal dari keluarganya yang ODHA.
Injil Matius 25 : 31 – 46 jelas sekali memberikan dua pilihan bagi kita yang sedang berjalan di jalan menuju tempat penghakiman akhir yang akan diselenggarakan oleh Anak Manusia.
Pada saat Anak Manusia datang untuk penghakiman terkahir, setiap orang yang melayani sesama yang hina dina di dalam hidupnya, akan ditempatkan di dalam Surga  dan mengalami kebahagiaan yang abadi. Sebaliknya orang yang tidak melayani sesama yang hina dina akan ditempatkan di dalam Neraka yang memberikan penderitaan yang abadi.
Mereka yang hina dina itu adalah mereka yang kelaparan, kehausan, setiap orang yang membutuhkan tumpangan, orang dipenjarakan, orang yang membutuhkan pakaian, orang yang dijauhkan karena sakit HIV/AIDS, orang yang tertindas dan terluka oleh sesamanya yang menindas.
Pada akhir zaman yang masuk surga bukan orang yang beragama A atau B atau C atau D  atau E.  Pada akhir zaman Anak manusia memberikan kita tempat yang kita butuhkan yaitu Surga bukan bersdasarkan berapa harta kekayaan yang kita simpan di dunia ini atau jabatan yang kita miliki atau berapa banyak buku yang kita tulis. Tetapi Surga akan diberikan kepada setiap kita yang melayani sesama yang hina dina di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Melayani sesama yang hina selama hidup di dunia adalah tiket kita masuk ke dalam Surga pada akhir zaman.