“AKU BUTUH DOAMU”
Yoh
17 : 6 – 11;
Yes
25 : 6a. 7 – 9
*P. BENEDIKTUS BERE
MALI, SVD*
Setiap
orang tua sebelum melepaspergikan anaknya ke sekolah senantiasa memberikan
berkat di dahinya. Setiap orang yang melepaspergikan anaknya ke sebuah tempat yang
jauh selalu diawali doa bersama sebelum keberangkatan. Setiap kali menumpang
mobil sebelum keluar atau berjalan meninggalkan rumah kediaman, selalu diawali
dengan doa. Setiap pagi bangun tidur kita selalu berdoa membuat tanda Salib.
Sebelum kerja dan studi atau acara bersama kita selalu berdoa bersama. Setiap
bulan Mei dan Oktober umat Katolik berdoa kepada Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria Ibu
Tuhan Yesus. Setiap tanggal ulang Tahun kelahiran kita, kita berdoa kepada
Allah dengan perantaraan Santo Pelindung kita. Setiap tanggal 1 Nopember kita
berdoa kepada Allah dengan perantaraan Para Kudus. Setiap hari kita merayakan
Perayaan Ekaristi kita berdoa bersatu dengan Para Kudus dan Para Malaikat di
Surga.
Kita berdoa dengan beberapa tujuan yaitu untuk
keselamatan diri pendoa dan keselamatan yang didoakan. Kita berdoa bagi orang
lain. Kita berdoa agar para Kudus yang sudah suci dan berbahagia di Surga
mendoakan kita agar kita juga selamat dalam perjalanan kita yang sedang
berjalan di atas jalan menuju tujuan karena Tuhan senantiasa menyertai kita.
Berdoa
bagi keselamatan sesama bukan hanya dilakukan oleh kita. Doa bagi keselamatan
bagi umat bukan hanya dilakukan oleh imam, biarawan atau biarawati. Tuhan Yesus sendiri
berdoa bagi Para Murid Milik Bapa, yang diberikan kepadaNya. Yesus berdoa
kepada Allah Bapa di Surga untuk keselamatan murid milik kepunyaanNya dan
Kepunyaan Bapa di Surga. Yesus berdoa bagi para murid agar para murid berpikir,
berkata-kata dan berperilaku sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang selalu
membawa kehidupan bukan kematian. Yesus berdoa bagi para muridNya agar para
murid senantiasa menjadi apa yang dikatakan oleh Erick Form sebagai pribadi
yang biofil bukan menjadi pribadi yang nekrofil.
Pribadi
yang biofil adalah pribadi yang selalu membawa suasana yang menghidupkan,
membangun dan membangkitkan serta selalu membawa berkat bagi sesama. Sebaliknya
pribadi yang nekrofil adalah pribadi yang kehadirannya senantiasa membawa
suasana letih lesuh bagi sesama di sekitar, pribadi yang mematikan karakter
sesama di sekitar serta peribadi yang merasa iri hati dan cemburu terhadap
sesama yang mencapai kesuksesan dan keberhasilan serta berupaya untuk
mematahkan atau menghancurkan jalan-jalannya menuju puncak keberhasilan dengan
berbagai cara. Yesus berdoa bagi para
muridNya agar milik kepunyaanNya itu senantiasa hidup berbahagia dan penuh
sukacita di dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti.
Kebahagiaan
yang abadi itu ditemukan di dalam Yerusalem yang baru. Kebahagiaan yang sejati
itu ditemukan di dalam sukacita yang sejati di dalam sion yang baru.
Kebahagiaan kekal itu di dalam surga. Kebahagiaan kekal itu ditemukan oleh
orang yang berjalan di atas jalan menuju persekutuan abadi di dalam komunitas
Allah Tritiunggal Maha Kudus. Suasana Sukacita abadi yang tanpa sedih dan air
mata itulah yang digambarkan di dalam Bacaan Pertama.
Siapa
yang mendiami Surga? Mereka yang mendiami Surga adalah orang yang melayani
orang yang paling hina di dalam hidupnya di dunia ini (Mat 25:31-46). Melayani sesama yang hina dina di dunia
adalah tiket bagi manusia kelak di akhirat masuk surga. Mereka yang masuk Surga
adalah mereka yang setia dan taat pada Sabda Allah dalam kata dan perbuatan.
Mereka yang mendiami surga adalah mereka yang tergolong ke dalam Orang Kudus
dan Para Malaikat.
Ibu
yang kita doakan pada malam hari ini genap 1000 hari meninggalnya. Menurut
pandangan adat dan budaya kita dia sudah berbahagia di Surga. Kalau dipadukan
dengan Pandangan Gereja Katolik dia sudah masuk Surga. Dia sudah menjadi
kelompok para Kudus di Surga. Dia menjadi berbahagia jaya abadi di Surga.
Ibu
yang berbahagia di Surga tentu menjadi pendoa yang senantiasa berdoa bagi kita.
Kita sedang berdoa baginya disaksikan di surga dengan penuh sukacita dan
terimakasih yang mendalam bagi kita. Kita memperhatikan dia. Dia memperhatikan
kita. Kita saling memperhatikan penuh cinta di dalam doa. Saling mendoakan adalah sebuah kebiasaan sekaligus kebutuhan
yang sangat menyeluruh dilakukan dan dirindukan semua orang. Maka doa kita ini
memberikan kepuasan spiritual kepada kita secara pribadi maupun memberikan
kepuasan spiritual bagi kita masing-masing.