“AKU Menjadi Neraka atau Surga bagi Sesama”
*P.Benediktus
Bere Mali, SVD*
Manusia
adalah multidimensi. Sartre memandang manusia sesuai perspektifnya. Dia
memandang sesamenya sebagai neraka bagi dirinya. Tetapi dia lupa mengatakan
bahwa dirinya menjadi surge bagi sesame dalam komunitasnya atau sebaliknya
hidupnya justru menjadi neraka bagi sesama dalam komunitasnya. Mengubah dunia
mulai dari diri sendiri. Tetapi Sartre menanti Surga dari sesamanya.
Saulus
menjadi Neraka bagi sesama. Paulus menjadi Surga bagi sesama. Pendosa menjadi
batu sandungan bagi sesama. Pentobat menjadi batu penjuru bagi sesama. Paulus
yang bertobat membawa Surga bagi sesama. Perubahan itu mulai dari diri sendiri.
Paulus sudah memulainya.
Yesus
berkata kepada para muridNya menggunakan paradigma bahwa perubahan itu mulai
diri sendiri. Batu sandungan digeser untuk memuluskan perjalanan menuju HIDUP
artinya menuju SURGA. Lumpur dosa
pribadi perlu disuci bersih atau disapu bersih dengan sapu lidi sapu bersih
agar berjalan menuju HIDUP dengan keadaan yang layak. Lumpur dosa yang tidak disapu bersih dengan
sapulidi sapu bersih atau disucikan dengan air pertobatan, maka akan menuntun diri
sendiri berjalan menuju NERAKA. Diri adalah subyek yang menuntun diri berjalan
menuju SURGA atau NERAKA.
Yesus
mengharapkan para murid BERTOBAT. Makna pertobatan dalam konteks ini adalah
berjalan meninggalkan cara hidup yang menjadi batu sandungan bagi sesama,
menuju diri yang menjadi batu penjuru bagi sesame, dalam komunitas hidup
bersama. Bertobat berarti berjalan diri yang menjadi neraka bagi sesama dalam
hidup komunitas menuju diri yang menjadi surge bagi sesama di dalam hidup
berkomunitas setiap hari.
Homili
Kamis 23 Mei 2013
Sir
5 : 1 – 8
Mzm
1
Mrk
9 : 41 - 50