Jumat, Juli 03, 2020

MENILIK KECERDASAN MAJEMUK SUKU BUNAQ AITOUN





dalam perspektif Howard Gardner

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*



Generasi milenial lebih suka melihat sebuah permasalahan  dari berbagai sudut pandang daripada hanya melihat dari satu sisi yang membosankan” (cetusan cerdas majemuk generasi milenial). 

Aneka sudut pandang yang lahir dari seorang pribadi dalam melihat satu persoalan merupakan ungkapan kecerdasan majemuk yang ada di dalam diri seorang manusia. Tetapi dua pengalaman berikut masih jauh menuju kecerdasan majemuk.  

Pengalaman pertama, seorang anak mengalami gangguan emosi datang ke ruang bimbingan konseling karena orang tua mencap dirinya bodoh sedangkan kakak dan adiknya dipandang cerdas hanya berdasarkan hasil nilai dari sekolah. Olokan-olokan orang tua dan saudara dan saudarinya terhadap dirinya meningkatkan emosi negatifnya pada orang tua bersama kakak dan adiknya. Cara orang tua dan adik-kakak menilai negatif padanya membuat dirinya tidak dapat mengembangkan talenta lain yang ada dalam dirinya. Proses penyembuhannya bisa tercapai kalau melibatkan orang tua dan saudara dan saudarinya di ruang konseling. Ketika orang tua dan adik-kakaknya berhenti memberi energi negatif dan kembali fokus memberi energi positif  kepadanya secara perlahan dan pasti  anak itu kembali bangkit mengembangkan talentanya. 

Pengalaman kedua,  penulis menyaksikan sendiri seorang anak yang sangat hebat dalam seni tari di sekolah mengangkat nama sekolahnya. Ia cerdas dalam seni tari. Tetapi  cerdas emosinya runtuh berantakan karena olokan teman-temanya setelah ia gagal dalam satu buah mata pelajaran. Guru yang mengajarnya  mencap dirinya sebagai orang bodoh. Olokan-olokan teman dan cap bodoh itu meningkatkan emosi negatif pada mereka. Puncak emosi negatif itu meletus dalam aksinya memukul gurunya sampai tumbang. Pada hari itu juga ia pamit meninggalkan sekolah yang telah ia harumkan namanya dalam bidang seni tari.   

Dua pengalaman di atas memberikan banyak sekali pesan dan di antara sekian banyak pesan hanya ada satu yang menjadi fokus dalam tulisan ini yaitu menilai orang cerdas dan tidak cerdas hanya dari satu sudut pandang yang dapat membawa akibat fatal bagi orang yang dinilai dan yang menilai. Pengalaman pertama hanya menilai orang cerdas dan bodoh berdasarkan nilai di sekolah. Sedangkan pengalaman yang kedua menilai orang cerdas dan bodoh hanya berdasarkan tidak lulus sebuah mata pelajaran. 

Kedua pengalaman tersebut merupakan contoh dari orang yang tidak menggunakan kecerdasan majemuk yang ada dalam dirinya dalam menilai orang lain. Penilai belum menyadari bahwa orang yang dinilai itu juga memiliki kecerdasan majemuk yang sedang bertumbuh dan berkembang di dalam  dirinya. 

Seharusnya setiap orang yang memiliki kecerdasan majemuk tercetus dalam menilai orang dari berbagai sudut pandang. Kecerdasan majemuk yang dimaksud bukan hanya dua tetapi ada sembilan macam kecerdasan majemuk dalam diri setiap manusia yang lahir sehat dan normal tanpa cacat saraf-saraf setiap kecerdasan di dalam otak setiap manusia. Orang dapat memaksimalkan keaktifan sembilan saraf kecerdasan itu dalam menilai orang lain sebagai pribadi maupun secara sosial kemasyarakatan. 

Howard Gardner menemukan bahwa ada sembilan kecerdasan dalam diri manusia dari setiap manusia yang berasal dari budaya, suku dan tempat di dunia ini. Pemahaman ini membantu penulis untuk lebih mendalam mengembangkan judul tulisan ini ”Menilik Kecerdasan Majemuk Suku Bunaq Aitoun"  dengan alur model persoalannya sebagai berikut. Apa batasan kata “suku” yang ditempelkan dalam Suku Bunaq Aitoun sebagai lokus dalam tulisan ini? Apa yang dimaksudkan dengan kata menilik? Kemudian apa artinya kecerdasan menurut Howard Gardner? Ada tiga point penting yang menjadi intisari dari pertanyaan-pertanyaan di atas yaitu: Menilik,  Suku, dan  Kecerdasan menurut Howard Gardner. 


Perkataan menilik adalah sebuah kata kerja yang berasal dari kata dasar tilik yang berarti penglihatan yang teliti, terutama penglihatan dengan mata bathin.  Dengan demikian menilik berarti melihat sesuatu dengan teliti (KBBI). Sesuatu yang dilihat secara teliti dalam tulisan ini adalah kecerdasan Suku Bunaq Aitoun sebagai lokus dari tulisan sederhana ini.  Untuk melihat dengan teliti kecerdasan majemuk suku Bunaq Aitoun, perlu sedikit menjelaskan batasan kata suku agar pembaca dapat memahaminya dengan lebih baik. 


Kata suku dalam konteks Suku Bunaq Aitoun, memiliki batasannya. Sebutan suku di sini berdasarkan Bahasa Bunaq yang dipakai oleh orang-orang Aitoun sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, baik oleh orang-orang yang tinggal di wilayah Aitoun maupun orang dari Aitoun yang tinggal di luar wilayah Aitoun, yang hidupnya berbasiskan budaya suku Bunaq Aitoun. Kata Aitoun memiliki arti yang sangat mendalam.  Kata Aitoun berasal dari kata bahasa Tetun,  bukan berasal dari bahasa Bunaq. Aitoun terbentuk dari kata Ai, artinya pohon dan Toun, artinya kokoh, kuat, tangguh. Secara denotatif kata Aitoun berarti pohon yang kokoh, kuat, tangguh, tak tergoyahkan oleh apapun. Makna konotatifnya orang Aitoun memiliki prinsip hidup yang kokoh dalam meraih cita-citanya setinggi bintang di langit untuk memiliki kecerdasan ganda di dalam hidupnya.

Kecerdasan Majemuk

Menulis tentang kecerdasan kali ini adalah tulisan yang sudah kesekian kalinya.  Sebelum tulisan ini diturunkan di hadapan pembaca sudah ada begitu banyak ahli yang menulis tentang kecerdasan dengan penjelasan yang Panjang lebar. Untuk itu perlu ada batasannya. Penulis memilih Howard Gardner (1993) yang secara menarik berbicara tentang kecerdasan majemuk yang ada di dalam diri setiap orang yang berasal dari tempat, suku, dan budaya yang berbeda-beda. 

Mengapa di antara sekian banyak ahli atau tokoh yang berbicara tentang kecerdasan hanya memilih Gardner? Karena Gardner menawarkan sembilan kecerdasan yang unik yang ditawarkan kepada pembaca di seluruh dunia. 

Keunikan yang dimaksud adalah bahwa sembilan kecerdasan majemuk itu ada di dalam diri setiap insan manusia. Sembilan kecerdasan majemuk itu bukan berada di luar diri setiap pribadi manusia. Kesembilan multi-smart itu sedang bertumbuh dan berkembang di dalam diri setiap insan. 

Penulis-penulis sebelumnya,  berbicara secara partial tentang kecerdasan manusia dan dengan gampang membedakan orang cerdas dengan orang bodoh berdasarkan pemahaman yang satu segi atau dua segi saja. Tetapi Gardner tidak membedakan orang cerdas dengan tidak cerdas atau bodoh karena setiap pribadi manusia yang ada di bumi ini memiliki kecerdasan majemuk yang sedang bertumbuh dan berkembang di dalam dirinya. 

Proses pertumbuhan kecerdasan majemuk di dalam setiap diri bervariasi antara satu orang dengan orang yang lainnya. Ada orang yang menonjol dalam kecerdasan tertentu, misalnya cerdas musik dan lagu,di samping kecerdasan lain yang bertumbuh lambat di dalam dirinya. Ada orang yang memiliki berbagai kecerdasan yang sama sama bertumbuh dan berkembang menonjol di dalam dirinya. 

Gardner berujar lebih lanjut bahwa kecerdasan majemuk dapat bertumbuh baik dalam diri manusia melalui latihan yang tekun, sabar dan disiplin. Tepat sekali kata pepata "ala bisa karena biasa". Misalnya, kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata, tulis) dapat diasah terus-menerus dengan tekun membaca dan menulis sampai menjadi penulis dan wartawan sebagai sebuah pekerjaan dan sumber penghasilan.  Seorang yang memiliki badan yang sehat dan kuat dapat mengikuti latihan secara tekun, sabar dan disiplin sebuah cabang olahraga, misalnya bulu tangkis sampai suatu ketika menjadi pemain lokal, regional dan nasional bahkan dunia sehingga permainan bulu tangkis menjadi sumber pekerjaan dan pendapatan hidup. 

Selain itu,  Gardner juga menawarkan dua hal penting dari kecerdasan majemuk yaitu  definisi kecerdasan dan sembilan kecerdasan majemuk yang ada di dalam setiap orang. 

Gardner mendefiniskan bahwa kecerdasan adalah kemampuan tajam manusia untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan tajam menghasilkan permasalahan baru untuk diselesaikan, dan kemampuan tajam untuk menciptakan sesuatu yang baru  dan menarik yang dapat berguna bagi banyak orang yang  dapat mendatangkan penghargaan dalam budaya seseorang.  

Pengertian kecerdasan tersebut mengandung beberapa point penting yaitu manusia yang memiliki kecerdasan tampil dalam kemampuannya sebagai penyelesai persoalan  (Problem-Solution); pembuat persoalan (Problem-maker) sekaligus penyelesai persoalan (Problem-Solution) yang diciptanya; pencipta (Creator) yang menciptakan hal-hal baru (Inovator) yang dapat berguna bagi sesama sehingga dapat mendatangkan penghargaan dari orang lain atau institusi dalam konteks budayanya. 


Pemahaman yang mendalam akan kecerdasan itu muncul dalam setiap bagian atau macam-macam kecerdasan majemuk yang Gardner tawarkan. Ada sembilan macam kecerdasan majemuk Gardner yang dimiliki oleh setiap orang dari segala suku dan bangsa di atas planet bumi ini. 

Kesembilan kecerdasan majemuk itu meliputi kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), dan kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat/cerdas memaknai setiap hal dalam hidup). 

Kecerdasan majemuk yang ada dalam diri setiap orang dapat ditentukan melalui observasi multi-smart yang tampil di dalam perilaku, tindakan, kecenderungan bertindak, kepekaan orang terhadap sesuatu, kemampuan yang menonjol, reaksi spontan, sikap, kesenangan. Ringkasnya sembilan kecerdasan majemuk dalam setiap individu dapat dikenal lewat observasi cara berpikir, cara  berperasaan dan  cara bertindak dari  pribadi yang sedang diobservasi. Atau dalam dunia pendidikan, kecerdasan majemuk siswa diketahui melalui observasi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari siswa yang sedang diobservasi observer. Pertama dan utama observer mengobservasi ekspresi aksinya yang dapat ditangkap indera observer dalam menentukan kecerdasan majemuk siswa. Dari aksinya yang mengekspresikan kecerdasan majemuk dapat memandu observer menentukan siswa memiliki cara berpikir dan berperasaannya memiliki kecerdasan majemuk.

Setelah observasi, mendeskripsikan multi-smart yang ada dalam diri pribadi manusia. Pendeskripsian multi-smart dalam diri pribadi dapat menjadi sumber data sepihak dari observer tetapi sebagai bahan dasar  untuk dialog dengan pribadi yang diobservasi untuk mendapat multi-smart dari pribadi yang diobservasi. Kedua data multi-smart dari observer dan yang diobservasi itu kemudian disatukan sehingga membentuk multi-smart pribadi secara utuh dalam proses tumbuh-kembangkan multi-smart dalam diri sehingga dengan demikian multi-smartnya dapat menonjol ke permukaan bagi kemajuan diri.

Penulis merasa sangat tersentuh cara menilik kecerdasan majemuk setiap pribadi melalui observasi prilaku, deskripsikan, lalu bertemu dengan pribadi yang diobservasi untuk dapat versinya tentang multi-smartnya lalu keduanya disatukan menjadi multi-smart  yang utuh dari pribadi manusia itu untuk kemajuan dirinya.  

Metode dalam menilik multi-smart setiap individu demikian bagi penulis sabagai satu perspektif tajam yang dapat digunakan dalam menilik multi-smart individu-individu Suku Bunaq Aitoun secara lebih dalam tentang bagaimana cara berpikir, cara berperasaan dan cara bertindak dari Suku Bunaq Aitoun.

Tilikan seperti itu dalam penerapannya, pertama-tama penulis mengobservasi kecerdasan majemuk di dalam tubuh budaya suku Bunaq Aitoun. Penulis pertama dan utama observasi multi-smart dalam cara bertindak individu-individu Suku Bunaq dalam hidupnya sehari-hari. 

Mengapa hal pertama dan utama dalam observasi multi-smart Suku Bunaq Aitoun melalui cara bertindaknya? Karena smart dalam cara bertindak dapat dilihat dan diamati oleh indera observer. Dari smart bertindak itu observer dapat menentukan smart perasaan dan smart pikiran individu-individu dalam kehidupan sosial budaya Suku Bunaq Aitoun.  Observasi ini berbasiskan peneliti  terdahulu yang menggunakan kacamata antropologis dalam mendeskripsikan kebudayaan Suku Bunaq Timor Tengah, termasuk Suku Bunaq Aitoun (A.A.Bere Tallo, 1978).  

Setelah observer dapat mengobservasi  multi-cerdas individu-individu Suku Bunaq Aitoun dalam perspektif kecerdasan majemuk Howard Gardner, kemudian tahap kedua adalah mendeskripsikan kecerdasan majemuk yang ada dalam tubuh Budaya Suku Bunaq. 

Kacamata kecerdasan majemuk Gardner adalah alur yang memudahkan pembaca memahami akan siapa dan bagaimana  sesungguhnya orang-orang Bunaq Aitoun itu menyatakan kecerdasan majemuknya dalam cara bertindak, cara berperasaan, dan cara berpikir kepada pembaca global.  

Mendeskripsikan Budaya Suku Bunaq Aitoun dalam perspektif Gardner ini fokus pada sembilan kecerdasan yang ada di dalam tubuh-Badan-Jiwa-Spirit-psikologi-sosiologi-budaya Suku Bunaq Aitoun. Kesembilan kecerdasan majemuk dalam tubuh Budaya Suku Bunaq Aitoun itu dimunculkan dalam contoh-contoh konkret yang ada dalam tubuh budaya Suku Bunaq Aitoun. Kesembilan kecerdasan majemuk itu sebagai satu kesatuan saling berkaitan tak terpisahkan dalam tubuh sosial budaya suku bunaq Aitoun.

Contoh konkret sembilan macam kecerdasan majemuk dalam tubuh budaya suku Bunaq Aitoun itu sebetulnya sangat membantu pembaca untuk mengerti lebih baik tentang bagaimana sembilan kecerdasan majemuk Gardner itu sedang bertumbuh dan berkembang di dalam tubuh sosial budaya Suku Bunaq Aitoun hingga dewasa ini. Saraf-saraf masing-masing kecerdasan majemuk Gardner itu ada dalam saraf-saraf setiap kecerdasan majemuk tubuh budaya suku Bunaq Aitoun.


Menilik Kecerdasan Majemuk Suku Bunaq Aitoun

Penulis menyadari bahwa Kecerdasan Majemuk Gardner dalam diri setiap manusia lebih menekankan aspek psikologis setiap individu di dalam kehidupan bersama. 

Ketika Kecerdasan Majemuk Gardner diterapkan pada kehidupan sosial orang-orang berbahasa Bunaq di Aitoun sebagai lokus tulisan ini, penulis sadar bahwa alur kecerdasan majemuk itu mengalami penekanan pergantian subyek dari aspek psikologis yang lebih menekankan sisi personal atau setiap pribadi atau individu itu beralih kepada subyek dari aspek sosiologis yang lebih menekankan individu-individu atau massal atau komunal dari semua orang yang menyebut dirinya sebagai masyarakat Suku Bunaq Aitoun. 

Dengan kata lain ada pergeseran dari cara menilik kecerdasan majemuk individu secara personal kepada cara menilik individu--individu atau orang--orang dalam kehidupan sosial budaya. Ringkas kata Gardner menilik kecerdasan majemuk di level psikologis manusia sedangkan penulis dalam tulisan ini mengangkatnya ke level sosiologis manusia-manusia.  Kemudian keduanya bertemu wajah di titik pertemuan psikologi sosial Suku Bunaq Aitoun.  Artinya bahwa dalam lokus menilik Kecerdasan majemuk Suku Bunaq Aitoun,  Gardner menilik kecerdasan satu orang pribadi dari Suku Bunaq Aitoun sedangkan penulis menilik kecerdasan majemuk orang-orang dari Suku Bunaq Aitoun.


Penulis sadar bahwa Sembilan Kecerdasan Majemuk Gardner tersebut sungguh “make sense” untuk digunakan menilik kehidupan sosial budaya Suku Bunaq Aitoun. Pengalaman penulis hidup di dalam Budaya Suku Bunaq Aitoun memastikan penulis untuk menyatakan bahwa di dalam tubuh  psikologi sosial budaya Suku Bunaq mengandung kesembilan kecerdasan majemuk Gardner yang mencakup kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan musikal (cerdas music-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat/memaknai).  

Kecerdasan majemuk yang dimiliki Suku Bunaq Aitoun itu dapat dipahami dalam contoh-contoh dari setiap bagian kecerdasan majemuk Gardner yang ada dalam tubuh-psikologi-sosial-budaya Suku Bunaq Aitoun. 

Contoh kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata)

Tokoh-tokoh adat Suku Bunaq Aitoun memiliki kecerdasan bahasa lisan adat yang bagus. 

Sejarah hidup setiap anggota Suku Bunaq Aitoun dapat diuraikan oleh seorang tua adat secara detail ketika seorang anggota meninggal dalam ritus adat kenduri yang biasanya berlangsung tiga sampai empat hari dalam wilayah suku Bunaq Aitoun. Video berikut adalah contoh tokoh adat menguraikan sejarah hidup seorang anggota rumah suku yang meninggal dalam doa tua adat. Doa itu dimeteraikan dalam korban darah daging dilengkapi dengan material lainnya yang leluhur wariskan kepada generasi suku bunaq hingga dewasa ini. Ritus ini adalah intisari dari kebahagiaan seorang anggota yang meninggal. Lewat adat seperti dalam video ini, seorang anggota yang telah meninggal masuk ke dalam kebahagiaan abadi bersama para leluhur. Tanpa adat ini seorang yang meninggal tidak dapat masuk ke dalam persekutuan bahagia bersama di kediaman para leluhur.  Dari perspektif Suku Bunaq Aitoun dalam ritus ini jelas bahwa lewat ritus adat seperti dalam video ini suku bunaq hanya mengenal surga dan dengan demikian tidak ada konsep neraka dalam perspektif adat ini. Adat ini adalah adat "si por pak" . 

Ada tiga makna eksistensial di dalam adat "si por pak" ini. Pertama, adat ini resmi masukan orang yang meninggal ke dalam persekutuan bahagia bersama leluhur. Tanpa adat ini seorang anggota yang meninggal tidak masuk surga bersama para leluhur. Surga dalam bahasa bunaq Aitoun adalah "Mot Tama".
Kedua, bagi anggota keluarga yang masih di dunia hidup dalam damai sebagai saudara dan saudari abadi. Doa tua adat dalam ritus ini intinya adalah ceritera lisan asal-usul anggota keluarga yang meninggal sampai masuk surga  atau "mot tama" dan di akhir doanya itu mengajak semua anggota keluarga yang masih hidup di dunia untuk menjauhkan saling sungut-sungutan dan permusuhan serta irihati. Tetapi semua anggota keluarga yang masih hidup di dunia diajak untuk selalu mengeluarkan kata-kata yang saling menyejukkan hati dan budi untuk selalu mendukung dan kerjasama di dalam hidup sehari-hari.  

Ketiga, doa sejarah hidup orang yang meninggal dari lahir sampai masuk surga atau "mot tama" dan hidup persaudaraan abadi bagi anggota rumah suku yang ditinggalkannya itu disahkan-dimeteraikan dalam korban darah-daging seperti di dalam video ini. Darah daging itu dimakan oleh setiap anggota rumah suku sesuai bagiannya berdasarkan asal-usul sejarah dalam doa tua adat dan ditentukan tua adat seperti di dalam video ini. Korban darah daging itu mengesahkan sekaligus menjadi sumber kehidupan bagi yang meninggal maupun bagi yang masih hidup di dunia. Sejarah asal usul rumah suku dari orang yang meninggal dan yang masih hidup, tetap hidup dalam doa tua adat dan hidup dalan darah daging korban yang dimakan sesuai bagian sejarah asal usulnya. Sejarah rumah suku itu benar selalu hidup dalam darah. 

Video ini direkam langsung
Oleh penulis
Adat ini adalah adat "si por pak"
Dalam adat kenduri 
Mama Maria Bete Asa 
Di Fatubenao-Atambua


Ibu-ibu pun mengungkapkan syair-syair ratapan secara spontan dan bersahut-sahutan dalam meratapi seorang anggota yang telah meninggal terbaring di dalam peti jenazah sebelum pemakaman selama berada di rumah duka. 


Syair-syair sambut raja atau tokoh agama  atau tokoh pemerintahan disampaikan secara rapi oleh tua adat dalam menyapa kedatangannya  di wilayah Suku Bunaq Aitoun. Contoh sambutan tokoh agama "welcome" di wilayah Suku Bunaq Aitoun seperti di dalam video di bawah ini. Video ini juga sangat kaya memuat Smart (cerdas) Suku Bunaq Aitoun. Cakupan video ini meliputi word smart (cerdas kata) dalam syair sapaan "welcome" kepada tokoh agama di wilayah suku Bunaq Aitoun, body smart (cerdas gerak tubuh) dalam tarian likurai sebagai simbol kemenangan melawan musuh dalam suatu peperangan. Kemenangan di sini juga berarti keberhasilan dalam pekerjaan sebagai menang atas kemalasan. Makna tarian teberaiq atau tarian likurai ini merupakan ungkapan dari existential smart (cerdas hakikat/cerdas memaknai) dalam video ini. Selain itu Video ini juga menampilkan picture smart (cerdas gambar dan warna) tampak dalam kain adat beseq Suku Bunaq Aitoun berwarna merah dan kuning yang dikenakan tokoh agama dan penari serta tua adat. Warna kain merah dan kuning motif beseq Aitoun berbentuk atau bermotif S berkesinambungan tak terpisahkan. Huruf S ini singkatan dari Sahabat-Saudara-Sejati-setia-selalu-sampai-selamanya. Dengan makna yang mendalam dari motif kain adat beseq Suku Bunaq Aitoun yang demikian telah memuat existential smart (kecerdasan hakikat/memaknai) itu sendiri. Selain itu video ini memuat logic smart (cerdas angka) dalam kelompok penari lewat gerakan kaki seragam ke arah kiri dan kanan berdasarkan pukulan gendang kecil, penari laki-laki di depan barisan berjumlah dua orang, penari wanita yang memukul gendang kecil atau gendang yang ditabuh wanita sambil menari, menurut irama penabuhan, dilakukan oleh 10-20  wanita, biasanya berbentuk lingkaran, tetapi dalam video ini dalam bentuk barisan menyambut tokoh agama dan mengarak tokoh agama memasuki wilayah Suku Bunaq Aitoun sesudah sapaan tua adat "welcome" kepada tokoh agama seperti dalam video ini. Dalam tarian likurai  atau teberaiq ini selain logic smart (cerdas angka) yang tampil dalam gerakan  yang jatuh pada hitungan tertentu arah ke kiri dan kanan dengan irama seragam, juga video ini mengandung self smart (cerdas  atur diri)  dimana dalam tarian likurai atau teberaiq setiap pribadi mendisiplinkan diri dalam aturan seni tari teberaiq atau likurai dalam kelompok tari. Dalam tarian yang melibatkan kerja sama yang baik di antara anggota kelompok tari dapat melahirkan seni tari yang indah dinikmati publik dan terutama tamu Agung yang disambut ini juga sangat mengandung  people smart (cerdas sosial). Dan semua perlengkapan baik itu berupa pakaian adat hutus beseq, gendang, gong, dan perhiasan lainnya yang dikenakan Tamu Agung yang disambut penari maupun tua adat itu berasal dari alam. Itu berarti video ini juga secara jelas memuat nature smart (cerdas alam). Dan lagu yang indah di dengar hadirin dari syair sapaan adat dan bunyi gendang dan gong yang indah adalah cetusan dari music smart (cerdas musik) menyentuh rasa seni semua orang yang merasakan dan menikmatinya dalam sambut tokoh agama dan mengaraknya memasuki wilayah suku Bunaq Aitoun.  

Jadi video ini merangkum sembilan kecerdasan Gardner yaitu existential smart (cerdas-memaknai) setiap bagian dari video ini, word smart (cerdas kata), people smart (cerdas sosial), self smart (cerdas diri), logic smart (cerdas angka), nature smart (cerdas alam), picture smart (cerdas gambar dan warna), music smart (cerdas musik- lagu),  dan body smart (cerdas gerak tubuh) dalam tarian likurai.
                                         

Selain itu Tua Adat juga memiliki kata-kata khusus dalam mendoakan orang-orang