Kamis, Februari 28, 2013

Homili Jumat 1 Maret 2013




Dipercaya Bungakan Modal-Nya

Homili Jumat Pertama 1 Maret 2013
(Kej 37:3-4.12-13a.17b-28; Mat 21:33-43.44-45)

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Seorang pemodal pasti dapat  memberikan modalnya kepada orang yang dipercaya untuk mengembangkan uangnya agar uangnya berbunga baik untuk dirinya maupun untuk pemodal.  Sebaliknya seorang pemodal tidak akan memberikan modalnya kepada orang yang tidak mampu membungakan modal yang dia terima. Pemodal pun akan mengambil kembali modal yang telah diberikan kepada  orang yang dipercaya  itu, kalau ia tidak dapat mengembangkan modal itu. Modal itu akan diberikan kepada orang lain yang lebih dapat membungkan modal  itu.
Injil hari ini berbicara menyangkut modal, pemodal, penerima modal dalam kaitannya dengan pengembangan atau perambatan Kerajaan Allah di dalam dunia ini.  Pemodal adalah Tuhan sendiri. Modal adalah nilai – nilai Kerajaan Allah. Nilai-nilai Kerajaan Allah itu adalah keadilan dan kedamaian, kebaikan dan kebenaran. Penerima modal yang diberikan pemodal adalah kaum beriman. Penolak modal dari pemodal adalah  orang kafir. P         enolak itu adalah mereka yang memiliki niat jahat seperti saudara-saudara Yusuf yang dengki dan iri hati serta rencana membunuh Yusuf, kemudian dialihkan rencana itu dengan menjual Yusuf dengan harga seorang hamba yang dijual kepada raja pada saat itu. Mereka demia materi, nilai hidup dan persaudaraan dikorbankan. Meereka yang menerima modal Kerjaan Allah adalah Ruben dan Yehuda yang senantiasa meyakinkan saudara-saudara yang lain untuk tidak membunuh Yusuf karena dia adalah saudara mereka.
Tuhan memberikan modal Kerajaan Allah itu kepada orang yang terpilih layak menerima Kerajaan Allah. Orang yang menerima modal itu adalah orang yang beriman kepadaNya. Harapan Tuhan atas penerima modal adalah membungakan modal Kerajaan Allah itu kepada sesama dalam tugas perutusannya sebagai pebisnis di perusahaan spiritual Tuhan Yesus sebagai  Kerajaan Allah yang telah menjadi nyata dan tinggal di antara kita.  Penerima modal yang tidak kreatif  progresif membungakan modal nilai-nilai Kerajaan Allah itu membangkitkan pemodal menarik kembali modal itu dan modal itu diberikan kepada orang lain yang dapat dipercaya untuk mengembangkan modal itu. Hal itu ditegaskan dalam Sabda Allah ini : "Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu".  Intisari Sabda Allah ini sangat jelas.  Bangsa Israel adalah bangsa terpilih untuk mengembangkan modal imannya kepada Tuhan. Pengembangan modal iman itu bertujuan agar setiap orang beriman dapat berkembang baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Tetapi karena Israel yang telah dipercaya Tuhan untuk mengembangkan modal Kerajaan Allah itu, tidak dapat membungakan modal yang telah diterimanya, maka Allah mengambil inisiatif mengambil kembali modal Kerajaan Allah itu, lalu modal itu diberikan kepada bangsa lain yang dipandang lebih layak dan pantas mengembangkan modal Kerajaan Allah itu.
Bangsa-bangsa lain yang menerima modal Kerajaan Allah itu termasuk kita yang beriman kepada Kristus Yesus pada saat ini di tempat kita masing-masing. Belajar dari kegagalan bangsa terpilih merambatkan Kerajaan Allah, kita semestinya membangun sebuah habitualisasi iman kepada Yesus Kristus dalam kata dan laku baik secara internal ke dalam Gereja untuk membangun kehidupan keimanan yang berkualitas maupun secara eksternal perambatan iman kepada Kristus kepada dunia manusia yang belum mengenal Kristus Yesus menjadi mengenal dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, sebagai upaya nyata membangun umat dalam kuantitasnya berjalan menuju pintu kualitas iman yang setia menanti.


Homili Kamis 28 Februari 2013



JEMBATANI JURANG KAMIS
Homili Kamis 28 Februari 2013
Yer 17:5-10
Mzm 1:1-2.3.4.6,R:40:5a
Luk 16:19-31
P. Benediktus Bere Mali, SVD

Hari ini adalah hari kamis hari terakhir dalam bulan Februari. Apa singkatan dari kata Kamis. Kamis saya singkatkan dengan sebutan Kaya – Miskin.  Berbicara tentang kaya dan miskin, di dalamnya, ada jurang antara yang kaya dengan miskin. Jurang itu semakin dalam dan lebar karena tidak ada penghubung yang kokoh antara keduanya. Kemurahan hati dari yang kaya  kepada yang miskin adalah beton penghubung yang kokoh antara jurang kamis.
Injil hari ini mengedepankan jurang kamis secara gamblang. Orang kaya hidup berpesta pora menikmati harta kekayaannya sementara Lazarus si miskin yang datang membutuhkan sesuap nasi tidak diperhatikan. Jurang kamis antara keduanya semakin lebar dan dalam karena dipupuk dengan ketamakan orang yang kaya dalam mengumpulkan harta duniawi. Jurang kamis itu semakin dalam dan lebar karena egoisme orang kaya telah menjadi subyek dalam membangun relasi dengan sesama termasuk dengan orang miskin.
Semua orang di dunia pasti mati. Orang kaya itu pun mati. Lazarus si miskin itu juga mati. Ketamakan si kaya membawa dia ke dalam ruangan neraka derita abadi di sana. Penderitaan Lazarus si miskin selama hidup sebagai representasi wajah Allah yang tidak diperhatikan si kaya selama di dunia, dibawa para malaikat ke dalam pangkuan Abraham di dalam Surga asal dan sumber kebahagiaan nan abadi.
Jurang kamis selalu dijumpai di dalam hidup baik di dalam komunitas internal maupun komunitas eksternal secara luas. Panggilan kita adalah menjembatani jurang kamis dengan bangunan beton kemurahan hati. Konsientisasi kepada yang kaya bahwa Allah itu Murah Hati. Allah kita bukan Allah yang tamak. Harta orang kaya yang diperoleh melalui cara yang halal adalah tanda nyata ada kemurahan hati Allah kepadanya. Dengan kemurahan hati Allah yang diimani, orang kaya semestinya meneruskan aliran rahmat dari Murah Hati Allah itu kepada sesama sekeliling yang mengulurkan bantuan. Dengan ini, Allah sangat menghendaki setiap anakNya menjadi kaya. Tetapi kaya dalam kemurahan hati bukan menjadi kaya dalam ketamakan. Kaya dalam solidaritas bukan kaya dalam egoisme. Kaya dalam Tuhan bukan kaya dalam iblis yang merusak diri, sesama, alam dan dalam relasi dengan Tuhan. Kaya dalam murah hati bukan keserakahan. Mau dipangku Abraham waktu datang ke Surga, bermurah hatilah selama masih ada waktu di atas planet ini.