Kamis, April 28, 2011

Kotbah Jumat Agung Thn A 2011

IDENTITAS DAN HARGA DIRI


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Pengakuan Harga Diri

Beberapa waktu lalu sebuah bangsa memberi penghargaan kepada salah seorang putera terbaik Indonesia atas jasanya memperjuangkan kebenaran, keadilan dan perdamaian sampai titik darah penghabisan. Penghargaan yang diberikan itu adalah untuk mengabadikan namanya, harga dirinya dan identitasnya yang dibangun di atas kebenaran, keadilan dan perdamaian sosial yang diperjuangkannya sampai titik darah penghabisan atau sampai mati. Penghargaan itu terungkap dalam menggunakan namanya pada jalan utama Negara dan bangsa asing yang sangat peduli pada perjuangannya daripada bangsanya sendiri.

Harga Diri Sebuah Bangsa

Bangsa Yahudi adalah bangsa yang memiliki harga diri yang tinggi di antara bangsa-bangsa dunia. Harga diri bangsa Yahudi ditakar oleh iman mereka kepada YAHWE sebagai satu-satunya penguasa mereka, yang disistematisasi dalam hukum Yahudi-Hukum Taurat Musa.

Identitas Bangsa Yahudi menutup semua pintu bagi mereka untuk mengakui penguasa lain di luar YAHWE dan mengakui hukum lain di luar hukum Taurat Musa. Mengakui Hukum lain dan penguasa lain sama dengan menginjak-injak harga diri mereka. Mengakui penguasa lain dan menjadikan hukum lain sebagai patokan setiap kehidupan sosial mereka melecehkan harga diri sendiri. Itu artinya harga diri mereka tidak ada lagi. Lebih baik mati daripada tidak mempunyai harga diri.

Tidak Punya Harga Diri Lagi

Identitas bangsa Yahudi mengalami krisis di dalam perjalanan sosial karena ada banyak tekanan sosial. Puncak krisis harga diri Bangsa Yahudi adalah ketika mereka mengakui Kaisar sebagai satu-satunya Raja mereka. Mereka mengatakan itu secara lantang di depan publik. Kata-kata mereka ini menghancurkan harga diri mereka sendiri: “Setiap orang yang mengaku dirinya sebagai raja, dia melawan kaisar.” Kata-kata imam-imam kepala penjaga identitas Yahudi ini, juga menghancurkan harga diri mereka. Dengan katak-kata imam-imam kepala ini : “Satu-satunya raja kami ialah kaisar,” menempatkan bangsa Yahudi sudah tidak mempunyai harga diri lagi. Bangsa Yahudi mematikan harga diri mereka, hidup mereka sendiri, berpuncak pada YAHWE yang menjadi manusia dalam diri YESUS yang mereka bunuh di Salib. Inilah puncak kematian Allah kematian harga diri Bangsa Yahudi.

Membunuh YAHWE adalah pekerjaan orang kafir. Kematian YAHWE dalam diri YESUS merupakan puncak kematian harga diri bangsa Yahudi, kematian segala-galanya. Sebuah tindakan sadis bangsa Yahudi yang menodai harga dirinya sepanjang zaman manusia.

Mereka telah ke lain hati. Dari Kesetiaan mereka kepada YAHWE kepada Kesetiaan kepada Kaisar Raja Kafir. Dari Identitas mulia yang mereka miliki seperti yang disistematisasi di dalam Hukum Musa menuju tidak mempunyai harga diri lagi. Dari makhluk beriman menuju makhluk kafir. Puncak kekafiran Yahudia adalah membunuh YAHWE sebagai satu-satunya penguasa yang menyelamatkan mereka. Ini drama jalan Salib, drama kematian Tuhan oleh kaum kafir yang kita renungkan pada hari Jumat Agung ini.

Drama penghancuran identitas kaum beriman oleh kaum beriman sendiri selalu actual di dalam kehidupan sosial sepanjang zaman. Bangsa Indonesia adalah bangsa Religius. Kita menemukan bukti yang kuat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa Religius dengan menjumpai tempat sembahyang di mana-mana. Kita menjumpai tempat ibadah hampir di setiap sudut kota dan kampung, RT, RW di tanah air. Kita menjumpai tempat sembahyang di setiap Pom Bensin di jalan-jalan.

Hakekat sembahyang adalah menyelamatkan diri dan sesama melintas batas, karena Tuhan pasti mendengarkan doa orang yang berintensi menyelamatkan diri dan sesamanya. Apakah dengan demikian kita tidak menjumpai roh-roh kekafiran dalam hidup berbangsa dan bernegara?

Tindakan kekafiran yang membunuh Allah yang berwajah manusia tetap ada. Kita menglami tindakan kekafiran dalam bom buku, bum bunuh diri beberapa waktu lalu menjelang Perayaan Paskah. Kita juga menemukan di dalam media cetak dan media elektronik, orang-orang yang membunuh anak yang dikandungnya yaitu mengadakan aborsi, pembunuhan melalui narkoba, teroris yang menghancurkan hidup manusia. Semua tindakan terencana sadar bebas, membunuh hidup manusia adalah perbuatan konkret kekafiran Yahudi dan Romawi berwajah zaman modern kini dan di sini di Indonesia sebagai bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki rasa religiusitas yang sangat tinggi. Dengan tindakan pembunuhan hidup yang semakin menyebar di tanah air, berarti kita juga menghancurkan identitas diri kita sebagai bangsa yang memiliki kehidupan religious yang tinggi di mata bangsa-bangsa di dunia. Artinya kita juga boleh dikatakan bahwa harga diri kita sudah ternoda.

Lantas apa yang kita lakukan untuk me-re-formasi harga diri kita agar kembali memiliki harga diri yang utuh sebagai bangsa religious yang menyelamatkan hidup melintas batas? Kita mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kita, dari komunitas kita, dengan menolak semua model pembunuhan terhadap tindakan pembunuhan dan mencintai kehidupan dan keselamatan semua manusia. Kita menjauhkan semua perbuatan kekafiran dalam hidup kita dan senantiasa menghadirkan kehidupan religious yang mencintai kehidupan melintas batas di atas segalanya.***

Jumat Agung Tahun A 2011

Kisah Sengsara Injil Yohanes

Soverdi St. Arnoldus Janssen Surabaya

Kotbah Tutup Peti

“MENABUNG

DEMI MASA DEPAN”

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Hidup Duniawi

Setiap orang tua di zaman modern ini pasti memikirkan tentang masa depannya yang lebih baik. Meraih masa depan yang lebih baik dari pada hidup kini yang sedang dialami dan dilalui ini memerlukan persiapan sejak dini yang sebaiknya memulainya saat ini dan disini.

Perbuatan nyata yaitu menabung uang hasil pekerjaan dan hasil usaha yang mendatangkan keuntungan adalah sebuah tindakan konkret untuk meraih masa depan yang lebih baik. Masa depan yang lebih baik itu meliputi multidimensi bidang-bidang kehidupan.

Multidemensi kehidupan masa depan yang lebih baik itu meliputi perumahan yang lebih baik bagi keluarga, pendidikan anak-anak yang berbobot dalam persaingan dunia yang sangat menekankan profesionalisme, kesehatan seluruh anggota keluarga yang lebih baik pada masa yang akan datang, kebutuhan primer dan sekuder terpenuhi dan ditambah dengan kebutuhan mewah yang menambah sukacita di masa mendatang, yang menjadi cita-cita setiap manusia.

Mengidealkan masa depan yang lebih baik dan bermutu menjadi motivator setiap manusia untuk mengerjakan apa saja yang baik dan benar pada masa kini dan disini di usia yang penuh energik ini untuk mendapatkan keuntungan dari hasil yang pekerjaan, dan ditabung untuk kelak meraih masa depan yang diharapkan.

Hidup Rohani

Kehidupan rohani adalah sebuah peziarahan menuju kepenuhan kehidupan spiritual pada masa depan yang diharapkan. Masa depan kehidupan spiritual adalah kerinduan dan harapan setiap kaum beriman untuk mendiami kediaman Rumah Bapa di Surga.

Meraih masa depan kehidupan spiritual selain merupakan rahmat dari atas, ada juga sisi manusiawi/insane yang diberi ruang untuk diisi. Manusia harus menempatkan diri secara aktif merebut harapan masa depan yang lebih baik.

Satu perbuatan nyata kaum beriman selama hidupnya di atas planet bumi ini adalah menabung perbuatan yang baik dan benar di hadapan sesama, terhadap diri sendiri dan terhadap Tuhan.

Menabung perbuatan baik dan benar dalam hidup orang beriman yang mengharapkan kehidupan spiritual masa depan yang lebih baik, menjadi tekanan utama di dalam Kitab Kebijaksanaan 4:7-15. Dikatakan bahw orang jujur yang menikmati ketentraman. Hidup orang yang tidak bercela menjadi ukuran untuk mengalami perdamaian dalam kehidupan rohani di masa depan. Mereka yang selama hidupnya mengedepankan perbuatan baik dan benar, Tuhan pasti mencintainya. Perlindungan Allah tersedia bagi mereka yang melakukan yang baik, benar dan jujur. Mereka itu pasti mengalami kehidupan kesempurnaan dalam Allah.

Para beriman menabung perbuatan-perbuatan baik, benar dan jujur selama masa ziarah hidupnya di atas planet bumi ini memiliki aturan mainnya yang harus ditaati.

Alat ukur atau kriteria atau batasan menabung perbuatan jujur, perbuatan yang baik dan benar selama hidupnya, yang dipegang jadi patokan adalah Yesus Kristus sebagai satu-satunya yang memberikan kepastian bagi kita untuk meraih masa depan yang lebih baik , yang senantiasa membawa kehagiaan yang tiada berakhir.

Mengapa Yesus sebagai Patokan? Yesus adalah jalan kebenaran dan kehidupan. Yesus melewati jalan salib kematianNya menuju kehidupan abadi di Surga, puncak kehidupan sempurna yang penuh dengan sukacita abadi. Yesus sendiri bersabda : “ Akulah jalan kebenaran dan kehidupan. Hanya melalui Aku orang yang percaya kepadaKu sampai ke Rumah BapaKu di Surga.” Kepastian Tuhan Yesus menunjukkan DiriNya sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan abadi di Surga membangkitkan kepastian iman dan kepercayaan kita kepadaNya untuk menata diri dan seluruh hidup kita selama berziarah di atas bumi ini seturus kehendakNya yang menyelamatkan dan menuntun kita kepada kebahagiaan kekal di Surga.

Iman kepada Kristus yang telah bangkit dari kematianNya membangkitkan harapan kita akan masa depan bahwa kita yang percaya kepadaNya sebagai satu-satunya jalan keselamatan, pasti dalam iman akan mengalami kehidupan di dalam rumah Bapa di Surga yang penuh dengan sukacita abadi.

Iman Kita Menyelamatkan Sesama

Kita berdoa bagi sesama entah yang hidup dan sudah mati karena kita yakin bahwa doa kita orang beriman mempunyai daya penyelamatan bagi sesama.

Ada dasar biblis tentang betapa pentingnya kita berdoa bagi sesama yang menyelamatkan sesama. Iman Marta kepada Yesus sumber kebangkitan dan kehidupan membangkitkan Lazarus saudaranya yang telah mati. (Bdk.Yoh 11 : 25-27). Pendasaran biblis ini meneguhkan doa kita bagi sesama yang masih hidup maupun yang sudah mati untuk keselamatan mereka. Oleh karena itu kita tidak pelit atau tidak bosan-bosannya mendoakan sesama sebagai pemberian yang terbaik bagi keselamatan sesama yang kita doakan.

Doa adalah perbuatan baik dan benar bagi keselamatan sesama dalam nama Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan kekal di dalam Surga. Yesus secara pasti bersabda : “Akulah jalan kebenaran dan kehidupan, hanya melalui Aku setiap orang yang percaya masuk mendiami Rumah Bapa.” Mengapa kita ragu lagi untuk percaya kepada Tuhan Yesus? Iman Marta kepadaYesus sumber kebangkitan dan kehidupan, membangkitkan Lazarus saudaranya yang telah mati. Mengapa kita tidak memanfaatkan iman kita kepada Kristus yang telah bangkit untuk menyelamatkan sesama?

Sumber Inspirasi:

Keb 4:7-15

Yoh 14:1-7

Minggu Paskah 24 April 2o11

Soverdi St. Arnoldus Surabaya