Rabu, November 21, 2012

Kotbah Misa Harian, Rabu 21 November 2012



BUNGAKAN SATU MINA
Why 4:1-11; Luk 19:11-28
Kotbah Misa Harian,
Rabu 21 November 2012
Di Soverdi Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Mina adalah modal untuk berusaha. Pengusaha yang baik dan benar adalah pemodal yang menggandakan bunga dari modal dasar usahanya. Pemodal juga memberikan modal kepada para pedagang untuk membungakan modalnya sehingga modal dasar itu berlipatganda.


Kerajaan Allah itu seperti seorang tuan atau majikan yang memiliki mina yang diberikan kepada hamba atau bawahannya sebagai pedagang untuk menggandakannya. Majikan atau tuan itu adalah Allah yang menjadi nyata di dalam diri Tuhan Yesus. Bawahan atau hamba adalah kita sebagai penerima mina. 


Menarik sekali bahwa setiap orang diberi satu mina.  Semua orang menerima satu mina dari Allah. Allah sungguh adil memberikan kepada setiap manusia tua muda besar kecil satu mina. Tuhan tidak membeda-bedakan berdasarkan usia, posisi atau jabatan dalam memberikan mina. Semua  menerima satu mina.


Kita sebagai penerima mina harus bermental pedagang. Seperti apakah orang yang bermental pedagang? Orang yang bermental pedagang adalah orang yang memiliki modal dan modalnya itu harus digandakan dalam usaha dagangan sehingga selalu bertambah, dari saat ke saat, dari waktu ke waktu.


Mina dimengerti sebagai perbuatan yang baik, benar, jujur, adil, bahagia dan sejahtera.  Allah memberikan Satu mina (yang baik dan benar, adil dan jujur, sejahtera dan bahagia) kepada setiap manusia tanpa membeda-bedakan. Dari waktu ke waktu dan dari hari ke hari harus mina itu digandakan agar selalu berlipat ganda.


Kita harus seperti orang yang menggandakan satu mina menjadi sepuluh mina dan  membungakan satu mina menjadi lima mina. Kita tidak boleh bermental orang yang menerima satu mina dan tidak buat apa-apa atau tidak ada usaha untuk membungakan satu mina itu. Kita harus kreatif membungakan satu uang mina yang Tuhan berikan kepada kita. Kita harus memberikan satu mina kepada teman yang dapat menjalankan uang itu untuk membungakannya. Kita tidak boleh bermental orang yang menerima satu mina dari Tuhan lalu menghabiskannya.


Ketika kita membungakan mina perbuatan baik dan benar maka Tuhan selalu memberikan rahmat berlimpah kepada kita. Ketika kita malas dan tidak membungakan perbuatan-perbuatan baik dan benar di dalam tugas dan karya pelayanan setiap saat, maka Tuhan akan membatalkan berkatNya dan bahkan mengambil mina yang kita terima dari Tuhan, dan bahkan apapun yang kita miliki diambilNya dan diberikan kepada orang kreatif menggandakan mina dari Tuhan. Artinya bahwa kemalasan kita membuat kita jatuh miskin dan melarat. Tepat Yesus bersabda :

“Setiap orang yang mempunyai, ia akan diberi;
 
tetapi siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil,

juga apa yang ada padanya.”




Apakah kita seperti St. Perawan Maria yang setia menggandakan satu mina yang Tuhan berikan kepadanya? Ia menggandakannya dengan menjadikan dirinya yang menerima, mengandung dan melahirkan sang penyelamat dunia yaitu Yesus Tuhan kita. Kita mengandung dan melahirkan keselamatan atau kehancuran?

Selasa, November 20, 2012

Kotbah Misa Harian, Selasa 20 November 2012



BERIMAN SUAM-SUAM KUKU

(Why 3:1-6.14-22; Luk 19:1-10)
Kotbah Misa Harian, Senin 20 November 2012
Di Soverdi Surabaya


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Suam-suam kuku berarti antara hangat dan dingin. Tidak panas juga tidak dingin. Antara ya dan tidak. Tidak tegas. Beriman suam suam kuku berarti beriman tanpa sebuah ketegasan di dalam pikiran, perkataan dan perilaku.


Ada dua tipe manusia beriman yang ditampilkan di dalam bacaan-bacaan suci pada hari ini. Tipe orang yang beriman suam-suam kuku dan tipe orang yang secara tegas dan radikal mengikuti Tuhan Yesus. Orang yang beriman suam-suam kuku namanya terhapuskan di dalam kitab Kehidupan, sedangkan orang yang bertobat dari iman yang suam-suam kuku, dan kemudian menjadi orang yang sangat tegas sekali, dalam mengikuti Tuhan Yesus, maka namanya terulis di dalam Kitab Kehidupan.


Kita beriman seperti suam-suam kuku atau bertobat dan tegas mengikuti Yesus? Di dalam kehidupan Gereja Katolik di setiap paroki, pada umumnya yang setia mengikuti misa harian, hanya orang-orang yang memiliki komitmen pribadi yang kuat. Banyak orang mau menghadiri Perayaan Ekaristi pagi secara rajin dan tertip sedangkan banyak orang yang mengatakan bahwa tidak punya waktu yang cukup untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Pada hal Tuhan memberikan waktu yang sama 24 jam sehari kepada semua orang baik yang rajin ke Gereja mengikuti Perayaan Ekaristi maupun yang malas ke Gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Yang utama adalah bagaimana kita hidup disiplin waktu mengatur waktu untuk Tuhan 30  menit sehari, bukan karena kita tidak mempunyai waktu.


Apakah aku tidak beriman suam-suam kuku seperti Zakhaeus?



Kotbah Misa Harian, Senin 19 November 2012



MELIHAT ATAS DAN SEKITAR

(Why 1:1-4;2:1-5a; Luk 18:35-43)
Kotbah Misa Harian,
Senin 19 November 2012
Di Soverdi Surabaya


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Manusia adalah multidimensi. Satu dimensi yang ada dalam diri manusia adalah unsur psikologis. Sisi psikologis manusia ini dapat ditemukan dengan sebuah paradigma yang terkenal adalah Jendela Johari. Pencipta empat Jendela Johari adalah psikolog berbangsa yang dipimpin oleh Obama saat ini. Psikolog itu adalah Jesef Luft dan Harrington Ingham, tahun 1955. Empat jendela ini ditemukan untuk manusia lebih mudah melihat diri sebagai pemilik empat karakter kepribadian manusia. Setiap manusia dapat memakai paradigma empat Jendela Johari untuk melihat diri. Empat jendela itu adalah saya tahu tentang sisi diri saya dan orang lain juga tahu tentang sisi diri saya, saya tahu tentang sisi diri saya dan orang lain tidak tahu tentang sisi diri saya, saya tidak tahu tentang sisi diri saya dan orang lain tahu tentang sisi diri saya, saya tidak tahu tentang sisi diri saya dan orang lain tidak tahu tentang sisi diri saya. Jendela ini dapat melukiskan berbagai sisi manusia berupa pola pikir, pola berkata-kata,pola bertindak, pola beriman seseorang.


Idealnya dalam kehidupan bersama baik sosial maupun religius adalah saya tahu dan orang lain tahu, kita semua tahu tentang tujuan hidup bersama untuk mengambil tindakan bersama menuju cita-cita hidup bersama.



Pengemis yang diwartakan di dalam Injil pada hari ini adalah seorang yang tahu tentang sisi dirinya buta fisik tetapi tidak buta iman sedangkan orang banyak yang mengikuti Yesus adalah orang yang tahu dirinya tidak buta fisik tetapi tidak tahu bahwa mereka adalah buta iman. Mengapa? Karena ketika Pengemis buta fisik itu semakin berseru kepada Tuhan Yesus dengan penuh iman mohon kesembuhan, tetapi orang banyak itu justru melarang si pengemis itu.


Si Pengemis penuh beriman datang dan berseru kepada Yesus untuk disembuhkan dan berkat iman itu terjadilah mujizat penyembuhan yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepadanya. Yesus bersabda :” Melihatlah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Berkat iman si pengemis itu terjadilah mujizat atas dirinya yang buta fisik menjadi melihat dan dia bersorak sorai memuji Allah.


Tetapi menarik juga bahwa orang banyak yang melarang si pengemis di awal seruannya kepada Tuhan Yesus itu, setelah mujizat terjadi, mereka pun mulai memuliakan Allah dan memujiNya. Mujizat melahirkan iman orang banyak tetapi iman si pengemis itu melahirkan mujizat.


Suatu kali saya mengikuti doa penyembuhan di sebuah kota. Ada lautan manusia yang datang memadati tempat berlangsungnya doa penyembuhan. Pada waktu yang berbeda saya juga datang ke Gereja di dekat kota tempat penyembuhan itu. Hadirin sangat sedikit dibandingkan dengan ketika diselenggarakan doa penyembuhan. Rupanya umat di tempat itu, berprinsip mujizat yang melahirkan iman bukan iman yang melahirkan mujizat.


Pada suatu hari, ditelepon dari sebuah kampung pedalaman bahwa sedang terjadi penampakan Bunda Maria di sebuah tempat tinggal yang dikelilingi gua-gua alam. Banyak umat dari berbagai daerah sekitar membawa lilin dan berdoa Rosario sambil berlutut di atas bebatuan di depan gua itu. Informasi penampakan disebarkan oleh seorang ibu yang rumahnya di depan gua itu.


Pada suatu hari para suster pun mendengar berita penampakan itu dan datang ke tempat kejadian. Suster itu masuk ke Gua dan melihat patung Bunda Maria lalu mengangkat patung itu lalu melihat patung ternyata label harga dari tokoh susteran para suster itu masih ada, dan ternyata ibu yang mewartakan bahwa ada penampakan itu seminggu sebelum kejadian penampakan yang diwartakannya, membeli patung itu di tokoh rohani milik suster lalu menempatkan patung itu di dalam gua itu. Itulah peristiwa penampakan dan setiap kita berkuasa memberikan makna. Bagaimana maknanya?


Saya melihat bahwa banyak orang melihat mujizat dulu baru mau beriman. Banyak orang mau ditipu dengan mujizat buatan manusia untuk beriman yang lahir dari manipulasi. Yang tepat adalah seperti si pengemis, berimannya melahirkan mujizat, bukan sebaliknya.

Minggu, November 18, 2012

Kotbah Misa Hari Minggu, 18 November 2012



SABDA TIDAK AKAN BERLALU
Mg Biasa XXXIII, 18 November 2012:
Dan 12:1-3;Ibr 10:11-14.18; Mrk 13:24-32
Misa di Soverdi Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Pagi ini saya membaca buku Filsafat Psikologi, Audifax, Pustaka Book Publisher, 2010, hal.7. Ada kalimat yang menyentuh sekali yang tertulis sebagai berikut: “Setiap buku (kata, sabda, firman, tulisan) memiliki jiwa. Maka itulah Roland Barthes mengatakan The Aothor is  Dead. Artinya, ketika sebuah buku (kata, sabda, firman, tulisan) sampai ke tangan pembacanya, maka sang author (penulis) telah kehilangan authority atas makna dari apa yang saya tulis. Authority pemaknaan tulisan saya sekarang ada di tangan Anda sebagai pembaca dan disitulah “jiwa” dari buku (kata, sabda, firman, tulisan)  saya hidup. “Jiwa” dari sebuah buku (kata, sabda, firman, tulisan) hidup dari kepala ke kepala pembacanya. “ Tulisan tegak dalam kurung adalah tambahan kami.

Setiap kali kita mengikuti Ekaristi Kudus, kita selalu mendengarkan Sabda Allah yang menyelamatkan.  Kita mendengar Sabda, dengan iman kita memberikan makna atas Firman Tuhan yang kita terima dengan kepala /otak dan hati/dada.

Makna Sabda Allah itu yang menjadi modal kekuatan bagi kita menjalani kenhidupan nyata setiap hari.  Makna Firman Tuhan adalah sumber energi bagi kita dalam bertindak dan berperilaku. Jiwa Sabda Allah selalu ada dan hidup di dalam kepala dan dada para beriman. Maka tepat sekali tulisan Sabda Allah hari ini  Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” Sabda Yesus senantiasa actual sepanjang jaman. Pesan Sabda Tuhan selalu kontekstual.  

Sabda Yesus itu disampaikan dalam konteks datangnya akhir zaman. Kapan persisnya kedatangan saat itu tak seorang pun yang tahu. Hanya Bapa yang tahu. Hanya Allah yang tahu. Maka bagi kita bukan bertanya tentang kapan tiba saa itu tetapi yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah kita selalu siap diri pada setiap saat dan setiap tempat untuk menyambut kedatangan akhir zaman? Jawabannya jelas. Kita selalu waspada. Kita selalu siap diri untuk datangnya akhir zaman itu.
                                                 
Saya mengerti akhir zaman itu adalah saat kematian tiba. Kematian manusia ada dalam tangan Tuhan. Kematian itu adalah pintu yang harus dilewati setiap orang menuju surga. Keselamatan di Surga adalah janji Tuhan kepada kita manusia yang beriman kepadaNya. Yesus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan kehidupan. Hanya dalam nama Yesus ada keselamatan. Janji ini memberikan harapan akan masa depan yang bahagia. Maka pada saat ini kita selalu setia dan taat pada Sabda Yesus sumber keselamatan kita dan pusat kebahagiaan kita di surga. Taat dan Setia pada Sabda Yesus di dunia nyata ini berarti kita mulai menghadirkan surga di dalam diri, hati, komunitas kita.