Rabu, Januari 09, 2013

Kotbah Misa Harian, Minggu 23 Desember 2012



KUNJUNGAN YG MENEGUHKAN
ATAU MENGHANCURKAN

Mik 5 : 2- -5; Ibr 10 : 5-10; Luk 1 : 39-45
Minggu 23 Desember 2012
Kotbah Misa Hari Minggu IV Adven C
Di Gereja Bethlehem Kuala Kencana
Timika - Papua

P. Benediktus Bere Mali, SVD



Hari ini, Minggu, 23 Desember 2012, tepat pukul 07.00 Waktu Timika, saya untuk pertama kalinya mendarat di Bandara Timika dan mengunjungi Tanah TIMIKA-Papua.


Setelah tiba di Pastoran dan merayakan Ekaristi Pribadi, saya mengunjungi sebuah keluarga yang sakit tidak dapat berkomunikasi, untuk memberikan Komuni Kudus. Saat saya kunjung dan mendoakan serta memberkati Bapa Tom yang sakit, Bapa Tom sangat bersukacita. Kegembiraan itu diungkapkan di dalam senyumnya yang sangat mencerahkan. Keluarganya, isteri dan anak-anaknya juga sangat bersukacita karena dikunjungi pada hari Minggu Adven V ini.


Sebetulnya sukacita keluarga Bapak Tom, bukan karena saya, tetapi karena Yesus yang hadir dalam Hosti Kudus yang memberikan sukacita sejati kepada keluarga Bapak Tom. Yesus sendiri yang mengunjunginya dan membawa sukacita sejati bagi keluarga Bapak Tom.


Hari ini hari minggu adven ke-empat dalam tahun liturgi C. Tokoh utama yang ditampilkan di dalam masa penantian dan persiapan Natal ini adalah Maria Ibu Yesus. Maria sungguh secara pasti menyiapkan diri bagi kelahiran Tuhan Yesus. Maria membuka diri dan membuka Rahim Imannya yang mengandung Yesus sang Sukacita sejati bagi semua orang melintas batas.


Sukacita Yesus itu dirasakan ketika Maria Mengunjungi Elisabeth. Ketika Maria mengucapkan Salam sukacita kepada Keluarga Elisabeth, sukacita itu juga dirasakan oleh bayi yang ada di dalam rahim Elisabeth melonjak kegirangan. Kehadiran Maria adalah bagi sang sukacita sejati. Kunjungan Maria adalah sebuah kunjungan yang membawa berkat dan kegembiraan bagi yang dikunjungi.


Teladan Maria yang hadir selalu membawa sukacita Tuhan ini menjadi model bagi kehadiran kita untuk senantiasa membawa berkat dan sukacita bagi sesama. Ketika kita hadir membawa gosip dan irihati, dan kebencian maka kehadiran kita bukan kehadiran seperti Maria yang selalu membawa sukacita bagi sesama, tetapi kehadiran kita membawa kehancuran bagi sesama kita.


Apakah kehadiran saya selalu dirindukan orang atau kehadiran kita selalu ditolak oleh banyak orang?

Sabtu, Desember 22, 2012

Kotbah Misa Harian, Sabtu 22 Desember 2012



SUKACITA IBU
MEMBERI
SUKACITA ANAK

(1Sam 1:24-28; Luk 1:46-56)
Kotbah Misa Harian, Sabtu 22 Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD

Hari ini Sabtu 22 Desember 2012, dalam masa Hari Biasa Khusus Adven adalah juga kesempatan bagi kita sebagai anak mengucapkan terimakasih kepada ibu kita yang melahirkan kita dan Selamat Hari IBU untuk para ibu di mana saja berada.

        Kita yang berbahagia ini, kita yang bersukacita ini, kita yang menjadi orang pandai ini, kita yang cerdas ini, kita yang ramah tamah ini, kita yang senantiasa senyum dan damai bagi sesama ini, kita yang selalu membawa berkat bagi sesama ini, kita tidak membawa kekerasan bagi dunia dan sesama ini, pasti sangat dipengaruhi damai, sukacita, kegembiraan, ketenangan, kesabaran, ketekunan doa ibu selama masa awal penciptaan kita dalam rahimnya, sampai kita dilahirkan, dibentuk dan dibimbing dan seterusnya sampai dewasa sampai saat seperti ini.

Karakter kedua orang tua baik Bapa dan Mama, yang jujur, adil, damai, anti kekerasan, baik dan benar, dalam mengandung dan melahirkan kita sampai menjadi dewasa, adalah pembentukan karakter dasar kita dalam kehidupan  kita. Kualitas Orang tua membentuk kualitas anak.

Hari ini Maria yang sedang mengandung Yesus mengungkapkan sukacitanya yang mendalam dalam mengandung Tuhan Yesus sebagai sumber sukacita yang sejati. Kebahagiaan Maria yang mengandung Tuhan Yesus diungkapkan di dalam Kidung Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku" (Lukas 1:46-47).

Sukacita ibu, secara psikologis sebagai awal pembentukan karakter sukacita anak Yesus yang sedang dikandungnya.

Secara sosiologis, sukacita awal yang dibentuk oleh sukacita ibu yang mengandung di dalam rahim, menjadi basis bagi anak membawa sukacita bagi sesama. Yesus yang masih di dalam Rahim Maria membawa sukacita bagi Yohanes yang masih di dalam rahim Elisabeth pada saat Maria Mengunjungi Elisabeth. Sukacita dan damai ibu yang membentuk karakter anak dalam rahim itu, membentuk Yesus yang dalam hidup relasi sosialnya, sejak dalam rahim, setelah lahir dan berkarya, selalu membawa Damai dan menjadi sumber kedamaian bagi sesama termasuk musuh-musuhnya.

Secara spiritual, sukacita dan damai serta kebahagiaan Ibu yang mengandung Tuhan Yesus, bersumber dan berasal dari Allah sumber kebahagiaan sempurna.

Pertanyaan yang muncul dalam benak: Mengapa Kekerasan terjadi di dalam dunia ini? Bukankah kekerasan itu pertama-tama dikandung dan dilahirkan di dalam rahim Ibu, rahim keluarga, rahim lingkungan sekitar, rahim wilayah tertentu, rahim desun tertentu, rahim RT/RW tertentu, rahim kecamatan tertentu, dan terutama rahim hati manusia yang dibentuk sejak dalam rahim ibu?

Komunikasi nirkekerasan adalah bahasa kehidupan, harus dimulai di dalam rahim ibu, rahim keluarga, rahim lingkungan yang paling mini, demikian dalam buku NONVIOLENT COMMUNICATION A LANGUAGE OF LIFE, Marshall B. Rosenberg, Ph.D., 2003.

Kotbah Misa Harian, Jumat 21 Desember 2012



TUHAN SELALU MEMBUKA DIRI
BAGI MANUSIA

(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)
Kotbah Misa Harian, Jumat 21 Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Dalam kehidupan bersama, termasuk di dalam keluarga, di dalam masyarakat, di dalam Gereja, di dalam tempat kerja, kita pasti menemukan karakter orang yang tertutup dan terbuka dalam membangun sebuah relasi.
Nah yang menjadi pertanyaan kita adalah apa yang membedakan antara orang yang terbuka dengan orang yang tertutup di dalam kehidupan bersama? Perbedaan antara orang yang terbuka dan yang tertutup sebetulnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Orang yang tertutup menutupi diri, dan kita tidak dapat menemukan cela untuk mengenalnya secara lebih dalam, termasuk pengenalan kita itu terarah kepada kebaikan dan kemajuannya di dalam kehidupan bersama. Kesulitan dan persoalan hidupnya dialami secara pribadi. Sesama yang lain sulit untuk memberikan jalan keluar yang tepat karena dia sendiri selalu tertutup. Beban hidup ditanggung sendiri dan orang lain yang berkehendak baik untuk membantunya tidak dapat melaksanakan  pertolongan karena dirinya selalu terutup.

Sebaliknya orang yang terbuka adalah pribadi yang mudah dikenal baik kelebihan dan kekurangannya oleh sesama sekitar. Kelebihannya diberi apresiasi. Kekurangannya diberi masukan sehingga, dia dapat memperbaharui diri demi kemajuan dan kebaikan pribadi dan masa depannya.


Dalam Injil menampilkan sosok yang menampilkan karakter pribadi yang terbuka bukan tertutup. Misalnya: Maria membuka diri terhadap Malaikat Tuhan, Malaikat Gabriel yang membawa khabar Sukacita dari Tuhan kepadanya. Khabar Suka cita itu adalah Yesus. Maria menerima khabar Gembira yang menjadi manusia di dalam rahimnya. Rahim Maria, penuh dengan kegembiraan dan sukacita yang berlimpah ruah. Kepenuhan Khabar Sukacita yang dimiliki Maria itu membuat Maria tidak menutup diri bagi sesamanya. Maria tergerak dan pergi kepada Elisabeth membagikan khabar sukacita Tuhan itu kepada keluarga Zakharia. Sukacita itu dialami secara nyata dalam diri Elisabeth. Bayi Yohanes yang dikandung Elisabeth pun mengalami sukacita itu dan turut melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabeth.

Kegembiraan yang sejati ada di dalam Tuhan Yesus yang kita rayakan hari kelahiranNya pada hari Raya Natal.  KedatanganNya ke dunia adalah kedatangan Kasih Yang Sejati bagi kita Manusia. Yesus datang sebagai Emanuel yang menyertai kita untuk menyelamatkan kita.  Yesus datang sebagai penebus dosa – dosa kita melalui penderitaanNya di Salib. Yesus datang mengantar kita dari jalan yang sesat kepada jalan yang benar menuju Surga.  Yesus datang untuk kegembiraan kita, keselamatan kita, dan kebahagiaan kita yang abadi di Surga.

Ini artinya bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang membuka diri bagi kita manusia. Tuhan membuka diri kepada kita melalui Tuhan Yesus yang datang dan lahir pada Hari raya Natal. Kita datang kepada Tuhan melalui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan. Ini kita temukan di dalam Yoh 14.6. Hanya dalam nama Yesus kita diselamatkan. Ini kita temukan di dalam Kisah Para rasul 4:12.

Tuhan membuka jalan kebaikan dan kebenaran serta kehidupan bagi kita. Maka kita pun membuka diri seperti Maria yang menerima Tuhan di dalam dirinya. Kita pun menerima Tuhan Yesus di dalam rahim hati kita. Orang yang menerima Tuhan dan mengandung Tuhan dia penuh dengan suka cita yang sejati. Hanya orang yang memiliki sukacita yang dapat membagikan kegembiraan kepada sesama manusia di sekitar, di tempat kerja, dan dimana saja dia berada.

          Tuhan memberikan PutraNya yang Tunggal kepada Kita. Memberi berarti kasih. Kasih Tuhan adalah kasih yang sejati. Kasih Tuhan itu universal kepada semua manusia. Kasih Tuhan tidak membeda-bedakan manusia. Kasih demikian itu seperti apa?

Tuhan mengalurkan rahmat KasihNya itu seperti air hujan yang turun bagi manusia melintas batas tanpa membeda-bedakan, dan seperti sinar Matahari yang memancarkan terangnya bagi semua manusia di dunia melintas batas tanpa diskriminasi (bdk.Mat: 5:45). Tuhan tidak tertutup dan egois. Tuhan membuka diri dan menyalurkan kasihnya berlimpah ruah kepada kita manusia.

Apakah kita tertutup dan egois atau kita selalu membuka diri dan berjiwa solider dengan sesama kita? Natal ini bermakna bagi kita kalau kita hidup membuka diri dan memberikan atau menyalurkan apa yang kita miliki kepada sesama yang membutuhkan agar mereka juga mengalami sukacita yang sejati dari Tuhan melalui diri kita. Kita tidak boleh menutup diri dan egois dalam membangun relasi dengan Tuhan dan sesama. Orang yang tertutup dan egois adalah orang membuka diri kepada aliran rahmat kasih dari Tuhan melalui sesama, tetapi menutup pintu hatinya untuk terus mengalirkan rahmat Tuhan yang telah dierimanya kepada sesama di sekitar. Kita harus menjadi orang yang berwatak terbuka kepada Tuhan untuk menerima Rahmat Kasih Tuhan setiap saat, sekaligus membuka pintu hati  kita untuk selalu mengalirkan rahmat dan Kasih Tuhan kepada sesama sekitar. Dengan demikian aliran rahmat Tuhan itu selalu berjalan lancar baik dari Tuhan Sumber Rahmat kepada kita maupun dari kita kepada sesama sekitar. 

Kamis, Desember 20, 2012

Kotbah Misa Harian, Kamis 20 Desember 2012



http://www.facebook.com/notes/beny-mali/pemimpin-menjadi-hamba-atau-raja/10151213407293598


“PEMIMPIN MENJADI HAMBA ATAU RAJA”

Yes 7:10-14; Luk 1:26-38
Kotbah Misa Harian, Kamis 20 Desember 2012
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


SebuahKabupaten Baru yang terbentuk di bulan Desember ini adalah Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ada banyak  orang yang memberikan tanggapan terhadap pembentukan Kabupaten Malaka, ada tanggapan yang positif dan ada tanggapan yang negatif. Ada yang memberikan tanggapan bahwa Malaka akan maju kalau dipimpin oleh pemimpin yang baik dan benar dan penuh bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat Malaka pada umumnya tanpa membeda-bedakan antara Malaka Foho dengan Malaka Fehan.  Ada yang memberikan tanggapan negatif bahwa dengan adanya Kabupaten Malaka akan membuka pintu persaingan yang tidak sehat antara Malaka Fehan dan Malaka Foho.

Kalau dulu Kabupaten Belu, yang terdiri dari  Belu Selatan dan Belu Utara, yang ada adalah persaingan yang sehat dan tidak sehat antara keduanya, dan kini dengan adanya Malaka sebagai sebuah kabupaten Baru, yang akan ada dan pasti ada adalah persaingan yang sehat dan tidak sehat antara Malaka Foho dengan Malaka Fehan. Persaingan yang tidak sehat dalam mengatur Kabupaten Malaka, akan memperlambat kemajuan Kabupaten Malaka. Persaingan yang sehat yang mengutamakan kualitas personalia yang mengutamakan kesejahteraan bersama Kabupaten Malaka, maka kemajuan Kabupaten Malaka akan diraih dalam jangka waktu yang singkat pada masa yang akan datang.

Pemimpin yang mengutamakan kualitas dalam memimpin Kabupaten Malaka ke depan, dapat disamakan dengan  pemimpin yang menghidupi spiritualitas seorang hamba dengan prinsip: “Terjadilah Pada-ku(pemimpin) menurut kehendak rakyat Malaka untuk kesejahteraan bersama. Tetapi pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan dirinya sendiri dan melupakan kesejahteraan rakyat Malaka pada umumnya disamakan dengan pemimpin yang berprinsip : “Terjadilah pada-ku (pemimpin) menurut kehendak-ku (pemimpin). Dalam diri pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan dirinya sendiri saja, dan melupakan kesejahteraan bersama rakyat Malaka, menghidupi : “ vox dei vox populi” sedangkan pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan rakyat pada umumnya, membangun dan melaksanakan  “vox populi vox dei”.

Maria adalah model pemimpin teladan yang menempatkan diri dalam relasi dengan Tuhan dengan prinsip “Aku ini hamba-Mu (Tuhan), terjadilah Pada-ku menurut perkataan-Mu (Allah).” Ciri khas kehendak Allah adalah  segala yang menyelamatkan semua orang melintas batas, semua yang membawa kesejahteraan bagi semua orang melintas batas.  

Kehedak Allah itu menjadi nyata dalam diri Yesus yang dikandung oleh rahim Maria dan dilahirkan pada hari Raya Natal dan kedatanganNya untuk kedua kalinya pada akhir zaman.  Tuhan Yesus adalah juru selamat semua orang melintas batas. KeselamatanNya mengalir bagi semua orang melintas batas , bagaikan air hujan yang turun bagi semua orang yang baik dan orang yang jahat dan seperti sinar Matahari yang menyinari semua orang, yang baik maupun yang jahat (Mat 5:45).

Masa adven adalah masa persiapan kedatangan Tuhan pada hari Natal dan pada akhir zaman. Kita menyiapkan rahim hati kita untuk menyambut kedatangan Tuhan dalam rumah hati kita.  Tuhan akan kita kandung dalam rahim hati kita dan kemudian kita lahirkan bagi keselamatan dunia kalau kita seperti Maria yang berpegang pada prinsip : “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” yang menyelamatkan semua orang melintas batas, bukan berdasarkan prinsip “terjadilah padaku menurut kehendakku” yang sangat egois dan bahkan menghancurkan sesama.