Selasa, Februari 26, 2013

Homili Selasa 26 Februari 2013



DOSAMU MERAH BERUBAH JADI PUTIH

Homili Selasa 26 Februari 2013

Di St. Maria Ursulin 
Jl. Dharmo Surabaya

Yes 1 : 10.16-20
Mzm 50 : 8 – 9. 16bc.17.21.23
Mat 23 : 1 – 12


P. Benediktus Bere Mali, SVD


“Orang yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah” sebaliknya orang yang munafik jalannya akan mengalami kehancuran yang datang dari Iblis.

Pada waktu kampanye menjelang pemilu, partai-partai yang ada sekarang ini, memproklamasikan segala sesuatu yang positif tanpa cacat dengan tujuan untuk kesejahteraan banyak orang pada umumnya. Tetapi menjelang akhir masa jabatan, terbongkarlah sudah korupsi para koruptor yang berasal dari para pemegang pucuk kepemimpinan partai. Dengan kata lain, di awal kepemimpinan para pejabat partai masih berjalan searah jarum jam visi dan misi partai yang anti korupsi untuk kebaikan bersama rakyat banyak. Sedangkan di akhir masa jabatan, ketahuan bahwa “apa yang dikatakan” dalam visi dan misi partai berbeda dengan “apa yang dilakukan”, atau di akhir masa jabatan mereka berjalan lawan arah jarum jam visi dan misi menuju pintu penjarah.

Masa prapaskah adalah masa tobat. Bertobat berarti berjalan MENINGGALKAN cara hidup kemunafikan ahli-ahli Taurat  dan orang-orang Farisi yang “KUAT dalam kata, bicara, pengajaran” hukum Taurat tetapi “LEMAH dalam melaksanakan” Hukum Musa, MENUJU  jalan kejujuran dalam Kata dan Perbuatan  berdasarkan kehendak Allah, yang Yesus sampaikan kepada para muridNya di dalam pengajaranNya.  

Bertobat berarti berjalan meninggalkan cara hidup manusia Sodom dan manusia gomora menuju  pembasuhan diri menjadi orang bersih dan suci yang layak tinggal di dalam jalan Allah yaitu beribadat kepada Allah dan melayani sesama dalam kebaikan dan keadilan.

Maka bertobat itu membawa perubahan. Tuhan berfirman melalui nabi Yesaya tentang perubahan yang lahir dari rahim pertobatan pemimpin Yehuda dan rakyatnya. “Sekalipun dosamu merah seperti  kirmizi akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”.

Senin, Februari 25, 2013

Homili Senin 25 Februari 2013



MURAH HATI VS KEDEKUT
Homili Senin 25 Februari 2013
Dan 9 : 4b – 10
Luk 6 : 36 - 38

P. Bendiktus Bere Mali, SVD

Ada banyak orang yang kita jumpai di dalam hidup kita, mulai dari saudara dan saudari kita di dalam keluarga dan komunitas kita masing-masing. Dia antara mereka yang kita jumpai dan tinggal bersama dengan kita atau kita bersama dengan mereka itu, terdiri dari pribadi-pribadi yang memiliki keunikannya tersendiri. Ada yang berkarakter kedekut tetapi ada juga yang bermurah hati. Mereka yang memiliki karakter Kedekut,  adalah pribadi yang sangat pelit tidak mau berderma atau bersedekah. Misalnya meskipun kehidupan ekonominya berlimpah-limpah tetapi menutup mata terhadap tetangganya yang sedang berkesusahan dalam hal makanan, pakaian, perumahan, sakit penyakit. Sedangkan Orang yang memiliki karakter murah hati adalah pribadi yang suka memberi, tidak kikir. Misalnya orang kaya itu murah hati mau menolong orang yang kesusahan.
          Sifat Murah Hati yang paling sempurna adalah asalnya dari Allah sendiri. Injil hari ini memberikan identitas Allah kita adalah Allah yang murah hati dalam KasihNya kepada kita masnusia. Allah memberikan napas kehidupanNya kepada kita. Allah memberikan kemampuan akal budiNya kepada kita untuk kita gunakan sesuai dengan kehendakNya yang menyelamatkan bukan menghancurkan diri dan sesama serta alam sekitar. Allah memberikan tenagaNya kepada kita untuk kita gunakan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup kita secara cukup sesuai dengan isi Doa Bapa Kami “Berilah kami makanan yang secukupnya” dan memenuhi  kebutuhan sesama yang mengalami kekurangan agar mereka yang berkekurangan memiliki kebutuhan yang secukupnya sebagai pelaksanaan dari isi doa Bapa kami dan melaksanakan kemurahan hati Allah di dalam kehidupan kita setiap hari.

Kita telah menerima dari Kemurahan Hati Allah dengan Cuma-Cuma atau gratis maka kita juga memberikan kepada sesama dengan Cuma-Cuma. Semakin kita memberikan kepada sesama semakin kita menerima dari Allah. Semakin kita menjadi pipa air rahmat Allah yang murah hati yang mengalirkan rahmatNya kepada sesama semakin lancar tak terbentung kita menerima Rahmat itu dari Allah yang murah hati.

Sebaliknya ketika kita menjadi pribadi yang kedekut setelah menerima Rahmat dari Allah yang murah hati, disitulah kita membendung aliran air rahmat Tuhan dengan egoisme atau ketamakan atau keserakahan, yang semestinya terus dialirkan kepada sesama di sekitar yang dalam kesusahan yang membutuhkan bantuan kita dalam mengalirkan Rahmat Tuhan Yang Murah hati kepada semua orang langgar batas. Ketika kita membedung aliran Rahmat Tuhan dengan keserakahan maka disitulah awal penghancuran diri tercipta lalu hidup dan berkembang di dalam medan hati kita sehingga kita menjadi kerdil dalam hal Murah Hati. Kita menjadi pribadi kedekut yang bukan berasal dari Allah yang Murah Hati, tetapi dari Iblis. Maka sekarang dan mulai saat ini kini dan disini  baruilah kepala dan dadamu dengan paradigma Allah Yang Bermurah Hati. Bermurah hatilah sebab Allahmu Murah Hati, bukan Allah yang Kedekut.   

Homili Senin 28 Januari 2013 : Pesta St. Thomas Aquino



KUASA BEELZEBUL VS KUASA ALLAH

Ibrani 9 : 15. 24 – 28; Mrk 3 : 22 – 30
Homili Senin 28 Januari 2013

(P. Benediktus Bere Mali,SVD)

Kesulitan  paling berat dalam Panggilan datangnya bukan dari  jauh tetapi dari orang yang paling dekat dengan kita. Thomas Aquino dalam panggilan awal untuk menjadi imam dominikan menghadapi penghalang terbesar dari kedua orang tuanya. Orang tuanya mengirim perempuan penggoda kepadanya untuk menggagalkan panggilannya menjadi imam dominikan. Ini betul betul kuasa beelzebul menjadi nyata dalam diri kedua orang tua Thomas Aquino.
Tantangan dari kuasa Beelzebul dalam diri kedua orang tuanya itu dihadapi Thomas Aquino bukan dengan senjata atau rudal atau kekuatan fisik lainnya, melainkan Kuasa Beelzebul itu dihadapi dengan kuasa Allah.
Thomas Aquino mengandalkan Kuasa Allah dalam Doa Adorasi di depan Sakramen Maha Kudus. Tuhan mengabulkan Doanya. Terbukti orang tuanya bertobat. Dulunya menolak panggilan  Thomas untuk menjadi imam Dominikan dengan mengirimkan perempuan penggoda kepada anaknya, kini kembali berjalan di jalan Tuhan yang memanggil Thomas Aquino untuk menjadi imam Dominikan.
Dukungan orang tua itu menjadikan Thomas berjalan semakin kokoh di jalan panggilan menjadi imam Dominikan dan kemudian Thomas menjadi filsuf dan teolog sepanjang zaman bagi segala generasi.
Thomas Aquino adalah orang suci, kudus, cerdas dan rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Teladannya itu semoga hidup dan bertumbuh berkembang di dalam diri kita semua yang merayakan pestanya pada hari ini. St. Thomas Aquino alirkanlah Roh Kepintaranmu, Roh Kerendahan Hatimu dan Roh Kekudusanmu ke dalam hati kami dan hati semua manusia. Amin.

Minggu, Februari 24, 2013

Homili Minggu 20 Januari 2013 PESTA DI KANA



ANGGUR HABIS
KARENA PARA MURID YESUS PEMINUM

Homili  Minggu 20 Januari 2013
Yes 62 : 1 – 5; 1 Kor  12 : 4 – 11; Yoh 2 : 1 -11

(P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD)

Tuan pesta mempersiapkan anggur cukup untuk para undangan yang hadir dalam pesta pernikahan di Kana.
Lalu mengapa Maria sampaikan kepada Yesus bahwa anggur kurang sementara pesta pernikahan berlangsung?
Maria adalah seorang ibu yang sangat peka akan kekurangan anggur yang disediakan bagi para undangan yang hadir. Maria menyampaikan hal ini kepada Yesus. Mengapa? Para muridNya juga hadir dalam pesta itu. Para murid sebagai novis. Yesus adalah magisternya. Undangan diterima Yesus. Dalam undangan tidak ada tulisan hanya berlaku untuk dua orang. Maka Yesus ke Pesta Nikah membawa semua novisNya. Para murid sebagai Novis tentu senang sekali diikutkan dalam pesta pernikahan. Para Novis ketika acara makan minum tiba, menikmati semua yang dihidangkan dengan penuh suka cita tanpa berpikir apakah makanan dan minuman tersedia cukup atau tidak.  Para murid sungguh mendapat sebuah awal pengalaman panggilan Tuhan yang sangat mengesankan karena diawali dengan Pesta Akbar di dalam Perjamuan Pernikahan di Kana.
 Maria yang bekerja di dapur melihat bahwa anggur tak lama lagi akan habis. Tidak mungkin Maria memberitahukan kekurangan anggur ini kepada tuan pesta. Maria justru menyampaikan kepada Yesus. Anggur habis karena undangan Para murid tidak terdaftar dalam catatan panitia pernikhan akbar itu. Yesus semestinya bertanggungjawab atas kekurangan anggur itu. Rupanya Maria dan Para  Pelayan tahu sama sama keadaan kehabisan anggur itu. Hal ini terungkap dalam kata-kata Maria kepada Para Pelayan: lakukan  saja apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepadamu.
 Ketika Maria bertanya kepada Yesus untuk , bertanggungjawab atas kekurangan anggur itu, lalu Jawab Yesus: saatKU belum tiba. Mau apakah engkau hai perempuan? Mengapa Yesus menyapa ibunya dengan Perempuan? Karena Yesus tahu Maria adalah IbuNya. Kata perempuan adalah kata umum yang digunakan untuk menutupi KKN dalam peristiwa ini. Bagi kita aneh karena setelah Maria menerima jawaban dari Yesus: “SaatKu belum tiba”, Maria langsung mengatakan kepada para pelayan: “Lakukan apa saja yang disampaikan Yesus.” Perkataan itu pasti lahir dari sebuah pembicaraan antara Maria dan Para Pelayan sebelumnya. Atau hal ini pasti didiskusikan sebelumnya antara Yesus dengan Maria ibunya, sehingga ada alur ceritanya mengalir. Penafsir membuat alur cerita itu harus mengalir.

Pesan yang mau disampaikan adalah bahwa sebetulnya Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatu cukup bagi kebutuhan manusia. Hanya karena kerakusan manusia maka semuanya selalu kurang karena orang hidup bukan atas dasar kebutuhan tetapi kerakusan. Kekurangan selalu ada pada orang yang hidup berdasarkan keinginan bukan berdasarkan kebutuhan.

Misalnya : Hutan dibabat untuk orang kaya semakin kaya. Lapindo untuk orang kaya semakin kaya. Batubara untuk orang kaya semakin kaya. Emas Freeport untuk orang kaya semakin kaya. Jakarta dibangun tanpa aturan oleh orang kaya semakin kaya. Gereja mewah dibangun di Jakarta tanpa peduli orang miskin di sekitarnya di tanah air lain di Indonesia, atau solidaritas, karena itu Jakarta Banjir akibat kerakusan manusia. Setiap tahun Jakarta Banjir.

 Kita berdoa Bapa Kami adalah doa yang sempurna yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Satu unsur penting doa Bapa Kami adalah “Berilah kami makanan yang secukupnya.” Tuhan menciptakan segala sesuatu secara cukup bagi kebutuhan manusia. Manusia yang hidup berdasarkan keinginan dan bahkan kerakusan atau ketamakan maka apa yang dimilikinya tidak membuat diri manusia itu merasa cukup.

Homili Sabtu 2 Februari 2013 Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenizah




FORMASI ANAK DENGAN PIKIRAN POSITIF

Homili Sabtu 2 Februari 2013
Pesta Yesus Dipersembahkan Di Kenizah
Maleakhi 3 : 1 – 4
Ibr 2 : 1 -  14
Luk 2 : 22 - 32

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Setiap anak yang sejak kecil senantiasa diterima oleh keluarganya, oleh orang tuanya, akan bertumbuh dan berkembang secara lebih baik dan dewasa. Sebaliknya anak yang dalam rahim karena kehamilan yang bablas tidak direncanakan kemudian oleh kedua orang tua menolaknya sejak di dalam kandungan akan berkembang merana dalam kehidupan selanjutnya. 
Keluarga yang memiliki perencanaan akan kelahiran anak senantiasa dengan perasaan penuh sukacita menyambut anak sejak awal kehidupannya dalam rahim ibu. Keadaan sukacita menerima anak sejak awal adalah sebuah situasi sosial anak yang diciptakan untuk sikap, pikiran, perkataan serta perilaku anak kelak lahir dan dalam proses perkembangannya akan lebih baik. Hal ini lahir dari paradigma “positif thinking” kedua orang tuanya dalam proses seluruh pembentukan anak yang dimulai sejak awal pertemuan antara sel telur dengan sel sperma dari Bapa dan mama. Sebaliknya orang tua yang tanpa perencanaan akan kelahiran anak tetapi bablas ibu hamil dan menolak anak sejak awal maka formasi anak sejak awal dibuka dengan paradigma kedua orang yang negatif atau  anak sejak awal dalam formasinya berdasarkan paradigma “negative thinking”. Pola ini akan mempengaruhi pikiran, perkataan dan perbuatan anak setelah lahir dalam pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat merana. Paradigma Positive Thinking dalam formasi anak sejak di dalam rahim ibu  merupakan sebuah kesegeraan bagi orang tua untuk dipelajari dan dipahami di dalam buku “Komunikasi Tanpa Kekerasan”.  Karena pola ini penting bagi pembentukan masa depan anak masa depan Gereja dan bangsa. Anak dibentuk tanpa kekerasan maka kelak anak membawa damai bagi dirinya dan bagi lingkungan sosialnya.
Hana dan Simeon melahirkan pemikiran yang postif dalam menyambut Yesus yang disambut di dalam Bait Allah ketika Yesus dipersembahkan di dalam Kenizah. Semeon secara lantang memproklamasikan identitas Yesus adalah Mesias yang terurapi membawa keselamatan para bangsa.
Selanjutnya Simeon berkata : “ Yesus akan menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang Israel”. Mengapa Simeon meramalkan masa depan Yesus demikian? Yesus datang membawa selamat bagi para bangsa. Yesus datang menjadi terang para bangsa.  Yesus menjatuhkan banyak orang Israel dalam artian menggugurkan sistem selamat  Allah yang hanya terbatas pada bangsa terpilih, yang sedang dikandung bangsa Israel pada zaman itu. Sebaliknya Yesus membangkitkan Israel dalam artian membangkitkan kembali sistem selamat Allah bagi para bangsa, baik Israel maupun para bangsa lain. Ini adalah sebuah rahmat terbesar dari Allah bagi para bangsa di sleuruh dunia. Rahmat itu menjadi nyata di dalam diri Pribadi Yesus Kristus. Rahmat Selamat Kasih Allah yang melanggar batas itu seperti hujan yang turun bagi semua orang lintas batas, dan seperti matahari yang bersinar bagi semua manusia tanpa pembedaan.
Kita pun telah mempersembahkan diri kepada Tuhan dalam sakramen-sakramen. Dengan itu identitas rohani kita semestinya terungkap dalam pikiran, perkataan dan perilaku kita yang membawa selamat Allah melanggar batas-batas buatan manusia.
Tetapi ketika kata dan perilaku kita menciptakan atau membangun pembedaan-pembedaan secara tajam atau bahkan secara ekstrim, itu berarti  kita mengafirmasi pengalaman ‘negative thinking” yang dibangun di dalam sejarah perjalanan hidup kita.