Senin, Maret 18, 2013

Kata - Tulisan Membarui





ZINAH

Homili Senin 18 Maret 2013
Dan 13 : 1 -9.15-17.19-30.33-62
Mzm 23 : 1 -3a.3b-6
Yoh 8 : 1 -11


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD


Apa yang kira-kira dapat dilakukan oleh seseorang yang sedang  menghadapi seorang anak manusia yang berzinah? Ada beraneka perasaan yang muncul di kepala (benak) dan dada (hati) seseorang ketika ia sedang berhadapan dengan pezinah. Setidak-tidaknya muncul tiga kemungkinan yang lahir dalam diri seseorang yang sedang berhadapan dengan seorang yang sedang berzinah.

1.    Menghukum. Dia melanggar Hukum maka harus dihukum mati sesuai hukum yang berlaku. Seorang yang kedapatan berzinah harus dihukum mati.
2.    Membiarkan. Dia dibiarkan terus berzinah karena zinah itu urusan pribadi. Seorang yang tahu tentang perzinahan sesamanya tidak mau mencampuri urusan pribadi orang lain.
3.    Menyelamatkan. Seorang yang senantiasa bertanggungjawab terhadap keselamatan sesama khususnya orang yang melakukan perzinahan, secara tulus berusaha mencari akar persoalan pezinah lalu menyelesaikan persoalan secara tepat, berdasarkan kemanusiaan maupun berdasarkan pemahaman bahwa setiap orang termasuk pezinah itu adalah citra Allah. Berdasarkan pengalaman para pendamping PSK atau Pekerja Seks Komersial, mereka yang terlibat dalam PSK itu karena ada dua alasan mendasar yang menyertai mereka. Dua alasan itu adalah kesulitan ekonomi untuk melanjutkan kehidupan mereka, membuat mereka terpaksa terjun di dalam dunia PSK, dan ada yang sudah terjerat di dalam jaringan PSK, kemudian tidak berdaya lagi untuk keluar dari jaringan PSK. Keluar dari dunia jaringan PSK maka kematian mengintip menyambut mereka di pintu keluar jaringan PSK.  


Bacaan Injil dan bacaan Pertama berbicara tentang perzinahan. Perzinahan itu bisa terjadi karena dirancang oleh beberapa orang untuk menghancurkan orang yang selama hidupnya baik dan benar di hadapan sesama dan Tuhan. Hal itu yang dialami oleh Susana di dalam Bacaan Pertama. Susana dituduh melakukan perzinahan untuk menghancurkan dirinya yang selama hidupnya baik dan benar di hadapan Tuhan. Tetapi berkat doanya yang tulus, kepada Tuhan, doanya dikabulkan. Tuhan mengutus Daniel anak muda itu menyelamatkan Susana. Daniel menyelesaikan persoalan Susana yang diciptakan oleh kejahatan dua penatua itu, di atas jalan keadilan Tuhan. Tuhan menyelamatkan orang yang baik dan benar. Tetapi Tuhan mematahkan rancangan orang-orang yang jahat yang menghancurkan Susana.  
Bacaan kedua atau Injil juga bisa saja lahir dari konspirasi Orang Yahudi untuk menjatuhkan sesama terutama mencobai Tuhan Yesus. Yesus menyelesaikan persoalan itu berdasarkan hukum cinta kasih intisari dari Hukum Musa. Yesus menyelamatkan orang yang berzinah. Yesus juga memberikan pencerahan kepada orang-orang membawa perempuan berzinah itu kepadaNya dengan harapan Yesus menjatuhkan hukuman mati atasnya berdasarkan Hukum Musa. Pencerahan itu adalah “siapa yang tidak berdosa, dia yang pertama angkat batu dan melempar perempuan berdosa ini”. Pencerahan itu berhasil masuk ke dalam kesadaran budi dan hati para pengantar wanita yang kedapatan berzinah itu. Tak satu pun di antara oang banyak itu melempari perempuan itu. Rupanya tulisan Yesus di tanah itu juga mereka baca dan mengubah rancangan jahat di dalam dada dan kepala mereka, sehingga mereka tidak menghukum mati perempuan berzinah itu. Yesus juga tidak membiarkan perempuan itu terus berzinah. Tetapi Yesus mengampuninya. Pengampunan itu disertai pesan perutusan:      "Pergilah... Jangan berzinah lagi."

                    

Doa Orang Benar Dikabulkan Tuhan



ZINAH

Homili Senin 18 Maret 2013
Dan 13 : 1 -9.15-17.19-30.33-62
Mzm 23 : 1 -3a.3b-6
Yoh 8 : 1 -11


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD


Apa yang kira-kira dapat dilakukan oleh seseorang yang sedang  menghadapi seorang anak manusia yang berzinah? Ada beraneka perasaan yang muncul di kepala (benak) dan dada (hati) seseorang ketika ia sedang berhadapan dengan pezinah. Setidak-tidaknya muncul tiga kemungkinan yang lahir dalam diri seseorang yang sedang berhadapan dengan seorang yang sedang berzinah.

1.    Menghukum. Dia melanggar Hukum maka harus dihukum mati sesuai hukum yang berlaku. Seorang yang kedapatan berzinah harus dihukum mati.
2.    Membiarkan. Dia dibiarkan terus berzinah karena zinah itu urusan pribadi. Seorang yang tahu tentang perzinahan sesamanya tidak mau mencampuri urusan pribadi orang lain.
3.    Menyelamatkan. Seorang yang senantiasa bertanggungjawab terhadap keselamatan sesama khususnya orang yang melakukan perzinahan, secara tulus berusaha mencari akar persoalan pezinah lalu menyelesaikan persoalan secara tepat, berdasarkan kemanusiaan maupun berdasarkan pemahaman bahwa setiap orang termasuk pezinah itu adalah citra Allah. Berdasarkan pengalaman para pendamping PSK atau Pekerja Seks Komersial, mereka yang terlibat dalam PSK itu karena ada dua alasan mendasar yang menyertai mereka. Dua alasan itu adalah kesulitan ekonomi untuk melanjutkan kehidupan mereka, membuat mereka terpaksa terjun di dalam dunia PSK, dan ada yang sudah terjerat di dalam jaringan PSK, kemudian tidak berdaya lagi untuk keluar dari jaringan PSK. Keluar dari dunia jaringan PSK maka kematian mengintip menyambut mereka di pintu keluar jaringan PSK.  


Bacaan Injil dan bacaan Pertama berbicara tentang perzinahan. Perzinahan itu bisa terjadi karena dirancang oleh beberapa orang untuk menghancurkan orang yang selama hidupnya baik dan benar di hadapan sesama dan Tuhan. Hal itu yang dialami oleh Susana di dalam Bacaan Pertama. Susana dituduh melakukan perzinahan untuk menghancurkan dirinya yang selama hidupnya baik dan benar di hadapan Tuhan. Tetapi berkat doanya yang tulus, kepada Tuhan, doanya dikabulkan. Tuhan mengutus Daniel anak muda itu menyelamatkan Susana. Daniel menyelesaikan persoalan Susana yang diciptakan oleh kejahatan dua penatua itu, di atas jalan keadilan Tuhan. Tuhan menyelamatkan orang yang baik dan benar. Tetapi Tuhan mematahkan rancangan orang-orang yang jahat yang menghancurkan Susana.  
Bacaan kedua atau Injil juga bisa saja lahir dari konspirasi Orang Yahudi untuk menjatuhkan sesama terutama mencobai Tuhan Yesus. Yesus menyelesaikan persoalan itu berdasarkan hukum cinta kasih intisari dari Hukum Musa. Yesus menyelamatkan orang yang berzinah. Yesus juga memberikan pencerahan kepada orang-orang membawa perempuan berzinah itu kepadaNya dengan harapan Yesus menjatuhkan hukuman mati atasnya berdasarkan Hukum Musa. Pencerahan itu adalah “siapa yang tidak berdosa, dia yang pertama angkat batu dan melempar perempuan berdosa ini”. Pencerahan itu berhasil masuk ke dalam kesadaran budi dan hati para pengantar wanita yang kedapatan berzinah itu. Tak satu pun di antara oang banyak itu melempari perempuan itu. Rupanya tulisan Yesus di tanah itu juga mereka baca dan mengubah rancangan jahat di dalam dada dan kepala mereka, sehingga mereka tidak menghukum mati perempuan berzinah itu. Yesus juga tidak membiarkan perempuan itu terus berzinah. Tetapi Yesus mengampuninya. Pengampunan itu disertai pesan perutusan:      "Pergilah... Jangan berzinah lagi."

                    


Minggu, Maret 17, 2013

Homili Sabtu 16 Maret 2013



SATPAM ORANG – ORANG FARISI

Homili Sabtu 16 Maret 2013
Yer 11 : 18 – 20
Mzm 7 : 2 – 3.9b-10.11-12
Yoh 7 : 40 – 53

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Sebuah rumah pejabat memiliki Satpam di pintu masuk ke Kompleks rumah jabatan itu. Biasanya satpam bertugas membuka dan menutup pintu gerbang saat mobil pejabat  keluar atau  masuk rumah jabatan. Satpam juga memeriksa atau meminta identitas utama setiap orang hendak masuk ke rumah jabatan untuk bertemu dengan si pejabat.  
Pertanyaannya adalah: Apa perasaan pejabat itu, kalau ada orang yang tidak dikenal identitasnya tembusi pintu gerbang langsung bertemu dengan pejabat? Pasti pejabat itu sangat marah satpam itu. Bahkan pejabat itu sesegera mungkin memecat satpam itu karena kurang bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas.
Injil hari ini berbicara tentang Bos dan satpam. Orang-orang Farisi adalah atasan atau berada pada posisi sebagai bos.  Para penjaga adalah satpamnya. Ketika Yesus tampil secara meyakinkan dan menarik banyak orang menjadi pengikutNya, orang-orang Farisi merasa  tersaingi dan  terancam kehilangan pengikutnya.  Kehadiran Yesus sangat mengganggu posisi dan status sosial  mereka.  Orang-orang Farisi tidak ingin disaingi dan tidak ingin diancam kehilangan pengikutnya. Upaya  yang mereka tempuh adalah menghalalkan segala cara membekukan warta dan karya Yesus. Mereka mengutus para penjaga atau satpamnya menuju ke  kediaman Yesus  dengan satu tujuan menangkap Yesus kemudian membawaNya kepada orang-orang Farisi untuk diadili secara  hukum. Apakah para penjaga itu melaksanakan perintah orang -  orang Farisi sebagai atasannya? Para penjaga itu di tengah jalan dan sampai di depan Tuhan Yesus mengalami perubahan yang luar biasa. Mereka pergi kepada Yesus   terkagum-kagum dengan “public speaking” Tuhan Yesus. Kekaguman itu membuat para penjaga itu tidak mempunyai alasan yang mendasar untuk menangkap Yesus dan membawaNya kepada orang-orang Farisi yang berjuang dengan berbagai cara untuk membekukan kata dan karya-karya Tuhan Yesus. Para penjaga setelah mengalami Tuhan Yesus secara personal dari dekat, mereka semakin mengenal identitas Tuhan Yesus dan bahkan menjadi percaya. Dalam kesederhanaan dan kerendahan hati serta ketulusan hati para penjaga itu, dilaporkan kepada Orang Farisi tentang pengakuan mereka kepada Tuhan Yesus. Mereka kembali bukan menyampaikan hasil perintah orang – orang Farisi tetapi mereka menyampaikan bahwa sesungguhnya mereka juga percaya kepada Tuhan Yesus.
          Kita semestinya belajar beriman dari para penjaga itu. Mereka memiliki relasi personal dekat dengan Tuhan Yesus. Semakin dekat dengan Tuhan Yesus semakin mendalam pengakuan dan iman mereka kepada Tuhan Yesus. Kita menambah bobot kedekatan kita dengan Tuhan Yesus dalam doa, dan Ekaristi, dalam membaca Kitab Suci dan sakramen-sakramen lainnya. Paus Fransiskus memberikan perhatian pada orang-orang kecil sebagai mandala tumbuh dan kembangnya iman kepada Tuhan Yesus. Sebaliknya orang-orang yang semakin jauh dari Tuhan Yesus, seperti orang-orang Farisi, semakin berjalan di atas jalan yang menyesatkan yaitu mereka menjadi orang-orang yang dikuasai oleh kesombongan dan kefasikan.

Homili Minggu 17 Maret 2013

TUHAN MENYELAMATKAN ORANG KECIL

Homili Minggu 17 Maret 2013
Yes 43 : 16 – 21
Mzm 126 : 1 – 2ab.2cd-3.4-5.6; Ul : 3
Flp 3 : 8 – 14
Yoh 8 : 1 – 11

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Paus Fransiskus mengadakan audiensi pertama dengan wartawan seluruh dunia pada hari sabtu 16 Maret 2013, menyampaikan arah Gereja Katolik sedunia dalam masa kepemimpinannya, berdasarkan spiritualitas Fransiskus Asisi yang memihak pada kaum papa miskin. Pertama : Santo Fransiskus melayani orang-orang yang papa dan miskin. Spiritualitas ini menuntun Gereja Katolik ke depan sebagai Gereja Kaum Papa dan miskin. Kedua: St. Fransiskus berdialog dengan semua orang dalam hidup pelayanannya. Spiritualitas dialog ini memandu Gereja Katolik pada masa yang akan datang sebagai insan dialog lintas batas untuk menghadirkan nilai damai, adil, jujur, dan solider dengan sesama yang miskin dan papa. Ketiga: Santo Fransiskus mencintai keutuhan alam ciptaan Tuhan. Spiritualitasnya ini mengemudi Gereja Katolik ke depan sebagai subyek yang menyelamatkan alam ciptaan Tuhan yang sudah semakin rusak oleh ketamakan manusia. Berdasarkan alasan-alasan inilah Paus memilih namanya sebagai Paus Fransiskus. Sebuah pemilihan nama yang sangat kontekstual bagi dunia dan Gereja Katolik.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang orang kecil yang selalu berada di pihak yang salah di mata para atasan.  Orang-orang yang membawa perempuan yang berzinah kepada Yesus adalah orang-orang yang menempati posisi atasan. Perempuan berzinah itu adalah orang kecil. Pertanyaan yang tidak muncul dalam peristiwa perzinahan perempuan itu adalah: Mengapa perempuan itu berzinah? Kalau pertanyaan ini muncul ke permukaan di dalam Kitab Suci ini maka pasti akan ada aneka jawaban yang muncul. Perempuan itu berzinah bisa jadi karena kehidupan ekonominya yang tidak memungkinkan dia untuk melanjutkan hidupnya. Kalau itu benar, maka sesama sekitar yang mengetahui sebab ekonomi perzinahan itu dapat menemukan solusinya dengan memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan ekonominya, sehingga perempuan itu tidak jatuh terus di dalam dosa perzinahan. Perempuan itu berzinah juga barangkali karena dia sudah jatuh dalam jaringan bisnis perzinahan atau dalam bahasa sekarang bisnis psk, sehingga dia sendiri tidak dapat keluar dari jaringan yang menjerat dirinya itu. Sesama sekitar semestinya memberikan pendampingan yang lahir dari cinta dan pengorbanan untuk menyelamatkan dirinya untuk kembali berjalan di jalan pertobatan.
Usaha yang nyata dari sesama sekitar membuat pesan Yesus kepada perempuan itu : “pergilah, jangan berbuat dosa lagi” menjadi sebuah kenyataan. Dengan demikian Sabda Yesus itu menjadi daging dan tinggal di antara kita. Kita turut menyelamatkan perempuan yang berzinah dengan mengembalikan dia ke jalan yang benar. Kita tidak hanya berdoa bagi keselamatan orang kecil tetapi secara konkret kita menyelamatkan orang kecil.  Santo Fransiskus Asisi doakanlah kami agar kami memiliki hati yang peduli pada orang kecil yang ada di sekitar kami.