Selasa, Maret 26, 2013

Homili Selasa 26 Maret 2013


“ORANG HEBAT JATUH JUGA”

Homili Selasa 26 Maret 2013
Yes 49 : 1-6
Mzm 71: 1-2.3-4a.5-6a.15-17
Yoh 13: 21 – 33.36-38

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Ada banyak orang yang hebat. Pada kesempatan ini fokus permenungan kita pada orang hebat di dalam kehidupan religius. Mereka yang termasuk orang hebat di dalam kehidupan religius adalah ekonom religius dan pemimpin religius. Apa perbedaan antara ekonom religius dengan pemimpin religius? Perbedaannya terletak di dalam penjelasan ini. Ekonom religius senantiasa kreatif menggandakan keuangan kehidupan religius dalam spirit nilai-nilai misi Allah yaitu keadilan, kejujuran, transparansi, kebaikan, kebenaran serta keselamatan  yang lahir dari misi Allah. Sedangkan pemimpin religius senantiasa menuntun anggota-anggotanya berjalan di atas misi Allah berdasarkan kekuatan yang mengalir dari Allah sendiri dalam melaksanakan karyaNya yang menyelamatkan semua manusia melintas batas.
Injil hari ini menampilkan dua orang hebat di dalam kehidupan komunitas dua belas rasul. Kedua orang hebat itu adalah ekonom dan pemimpin dalam kelompok dua belas rasul. Yudas adalah ekonom religius para murid sedangkan Petrus adalah ketua kelas dua belas rasul.  Ekonom bisa bekerja berdasarkan spiritualitas kehidupan religius atau bisa ada kemungkinan yang besar untuk ekonom bekerja sesuai kehendaknya sendiri yang bisa menyesatkan dirinya dan seluruh perjalanan anggota komunitas.  Ternyata berdasarkan pengalaman perjalanannya sebagai ekonom, dia bekerja bukan berdasarkan spiritualitas kehidupan religius tetapi berdasarkan keinginan pribadinya sendiri. Hal itu terbukti di dalam pekerjaannya sebagai ekonom yang korupsi uang kehidupan bersama dan menjual kemiskinan orang kecil untuk memperkaya diri sendiri.  Petrus pun menjadi ketua kelas kelompok religius dua belas rasul berjalan di atas jalan yang labil. Pemimpin yang masih belum yakin betul meletakkan kekuatan kepemimpinannya di atas dasar iman kepada Tuhan Yesus. Petrus menyangkal Tuhan Yesus di saat sulit dan deritaNya untuk keselamatan bersama banyak orang lintas batas. Masih ada mencari rasa aman untuk diri sendiri di dalam kepribadian Petrus sebagai pemimpin religius. Motivasi Petrus menjadi pemimpin religius semestinya melalui dan melewati sebuah ongoing formation yang tidak  mengenal usia dan jabatan dan waktu.  
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa kedua orang hebat  yaitu ekonom dan pemimpin itu “jatuh” di dalam mengikuti Tuhan Yesus? Seseorang jatuh dalam sebuah perjalanan panggilan tentu karena ada sesuatu yang tidak beres di dalam perjalanan panggilannya, yang membuat dia jatuh di tengah jalan. Kejatuhan itu bisa datangnya dari luar diri atau bisa juga datangnya dari dalam diri sendiri. Kejatuhan Yudas Iskariot dan Petrus itu penyebabnya datang dari dalam diri mereka sendiri. Penyebab itu adalah mereka menjauhkan diri dari pusat kekuatan mereka dan berdiri di atas sebuah dasar yang rapuh sehingga mereka tergelincir dan jatuh. Mereka meninggalkan kekuatan Tuhan Yesus dalam doa dan Ekaristi. Yudas meninggalkan Yesus menuju dosa kegelapan malam setelah menerima Roti Ekaristi dari Tuhan Yesus. Petrus sekalipun menerima Ekaristi, tetapi ketika Yesus menderita untuk kepentingan banyak orang, menyangkal Tuhan Yesus.  Yudas berjalan menuju kegelapan dosa dibawah bimbingan iblis yang mendorong dia menjual Tuhan Yesus dengan harga yang murah untuk kepentingan dan kekayaan dirinya sendiri, yang bukan menyelamatkan dirinya tetapi menghancurkan dirinya. Puncak kekayaan pribadi yang menghancurkan dirinya dalah dia mati karena membunuh dirinya sendiri. Artinya Yudas Iskariot mengkhianati Yesus sampai mati. Sedangkan Petrus setelah menyangkal Yesus kemudian sadar akan kesalan dan dosa penyangkalannya lalu berbalik berjalan meninggalkan kegelapan dosa penyangkalan Tuhan, menuju perjalanan di atas jalan Tuhan dan tinggal di dalam jalan Tuhan sebagai Pemimpin Gereja Pertama yang diteruskan untuk selama-lamanya dalam diri Paus penggantinya.  Sebuah kepemimpin religius untuk kepentingan dan keselamatan banyak orang lintas batas, yang dirindukan oleh semua golongan langgar batas.
Kita adalah orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan hidup kita pada zaman ini. Dari segi sarana dan prasarana, kita didukung untuk menjadi orang hebat di dalam perjalanan panggilan Tuhan. Kehebatan kita itu akan tetap berdiri kokoh di tengah badai dan gelombang hebat duniawi yang lebih dekat dengan kuasa, materi dan nama, jikalau kita berpegang teguh pada kekuatan utama panggilan kita yaitu kekuatan spiritual yang lahir dari rahim Doa yang berpuncak di dalam Ekaristi.

Senin, Maret 25, 2013

Homili Senin 25 Maret 2013


TABIAT MARIA DAN YUDAS ISKARIOT
Homili Senin 25 Maret 2013
Yes 42 : 1 – 7
Mzm 27 : 1.2.3.13-14
Yoh  12 : 1 – 11

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Apa perbedaan antara orang yang  pelit dengan orang yang dermawan? Perbedaannya sebetulnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Orang yang pelit adalah pribadi yang senantiasa membuka tangan menerima bantuan dari orang lain tetapi menutup aliran bantuannya kepada sesama di sekitar. Sedangkan orang yang dermawan senantiasa membuka diri menerima aliran rahmat dari orang lain kepada dirinya  dan mengalirkan aliran rahmat dari dirinya kepada orang lain yang ada di sekitarnya. Orang yang dermawan selama hidupnya ketika ia mengalami kesulitan di dalam hidupnya, orang-orang yang telah menerima bantuannya segera spontan memberikan bantuan dan pertolongan kepadanya sedangkan orang yang pelit atau kikir selama hidup bersama dalam kehidupan bersmasyarakat, ketika ia mengalami kesulitan dalam hidupnya, banyak orang di sekitarnya enggan memberikan bantuan kepadanya. Orang yang dermawan senantiasa mendapat banyak sahabat di dalam hidupnya sedangkan orang yang pelit atau kikir sedikit sahabat di dalam hidupnya.

Bacaan-bacaan Suci hari ini berbicara tentang orang-orang yang dermawan terhadap sesama yang lain di dalam hidupnya. Bacaan pertama berbicara tentang Hamba Yahwe yang memberikan yang terbaik kepada semua orang yang percaya kepada Tuhan yang terpencar-pencar di seluruh sudut dunia. Hamba Yahwe diutus Allah untuk mempersatukan mereka semua dalam namaNya. Hamba Yahwe diutus Allah untuk mewartakan kehendak Allah kepada mereka yang percaya kepadaNya yang terpencar-pencar di segala sudut dunia, agar mereka menjadi terang bagi orang lain dengan memberikan contoh dan teladan hidup yang baik dan benar di depan publik, sebagai kesaksian yang hidup tentang Allah yang diimaninya. 
Mazmur tanggapan mengemukakan tentang doa orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya baik dalam suka maupun duka. Doa orang yang demikian senantiasa didengarkan Tuhan.  Setan sumber kekuatan gelap tidak akan menundukkannya dan tidak akan mengalahkannya.  Seorang yang memberikan seluruh dirinya dan kehendak serta hati dan pikirannya kepada Tuhan, yang disampaikan di dalam doa,  pasti menerima banyak berkat dan penyertaan Tuhan.
Bacaan Injil menampilkan pemberian Maria kepada Tuhan berasal dari sebuah pemberian yang terbaik kepada Yesus yang sesaat lagi akan meninggal  dunia. Maria seperti kebanyakan orang yang lain, ketika  seorang saudaranya atau orang tuanya telah dokter fonis bahwa hidupnya hanya tinggal seminggu lagi,  maka ia akan memberikan segala yang terbaik kepadaNya. Sebaliknya  Yudas  Iskariot adalah orang yang sangat kikir, yang hanya tahu banyak menuntut untuk menerima berkat dan rahmat dari Tuhan dan sesama di sekitarnya, tanpa dia sendiri memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesamanya.

Kita telah mengenal Tabiat Yudas Iskariot dan Tabiat Maria. Maria adalah orang yang memberikan yang terbaik kepada  Tuhan Yesus.  Yudas Iskariot adalah orang yang kikir dan koruptor. Kalau kita diminta memilih tabiat Maria atau Yudas Iskariot,  sudah dapat dipastikan bahwa kita akan  memilih   sikap dermawan  Maria. Pilihan itu bisa mengantar kita untuk berkata dan bertindak yang dijiawai oleh sikap dermawan dimana pun dan kapan kita berada. 

Minggu, Maret 24, 2013

Raja Naik Keledai Pinjaman : Perpspektif Teori Pertukaran Sosial


“RAJA DAMAI NAIK KELEDAI  PINJAMAN”

Homili Minggu Palma 24 Maret 2013
Luk 19 : 28 – 40
Yes 50 : 4 – 7
Mzm 22 : 8 – 9.17-18a.19-20.23-24
Flp 2 : 6 – 11
Luk 22 : 14 – 23: 56
(Singkat 23 : 1 – 49)


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD  


Apa perbedaan antara pemimpin sipil dengan pemimpin spiritual? Perbedaannya sesungguhnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Pemimpin dunia ketika berjalan menuju tahkta kepemimpinan dengan meminjam harta kuasa suara rakyat  yang menjadi kendaraannya menuju istana kepemimpinan dan setelah tiba di menara istana menikmati harta kuasa suara rakyat yang dipinjamkannya itu lalu lupa mengembalikan harta kuasa suara rakyat itu kepada rakyat yang mengharapkan pemimpin memberikan keamanan, kedamaian, keadilan serta kesejahteraan.  Sedangkan Pemimpin Spiritual terpilih dengan meminjam harta suara domba-dombanya yang menjadi kendaraan pinjaman menuju istana kepemimpinan religius atau spiritual, dan setelah tiba di istana religius, mengembalikan pinjaman itu kepada umatnya yang mengharapkan pelayanan yang utuh yaitu kebaikan, kebenaran, kedamaian, kesejahteraan, serta keadilan bagi semua orang lintas batas.
Injil Lukas 19 : 28 – 40 hari ini berbicara tentang Keledai Pinjaman yang menjadi kendaraan Tuhan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem. Pemilik Keledai adalah seorang yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Raja Damai yang sederhana. Dia meminjamkan keledei milik kepunyaannya itu kepada Tuhan untuk digunakan. Dia tergolong umat yang dengan tulus dan ikhlas meminjamkan kendaraan itu kepada Raja Damai. Dia yakin bahwa  Raja Damai akan segera mengembalikan keledeainya setelah digunakan, sesuai kata-kata para murid yang disuruh Yesus untuk meminjam keledai itu. Yesus hanya sekali saja merayakan perarakan memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai pinjaman. Sebuah peristiwa yang tidak pernah terlupakan di dalam sejarah keselamatan yang terjadi di dalam diri Tuhan Yesus. Sebuah peristiwa peminjaman keledai dari sebuah keluarga, sebagai kendaraan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem, dalam menjalankan misi keselamatan bagi seluruh dunia.
Peminjaman keledai dari sebuah keluarga untuk kendaraan Yesus masuk Yerusalem untuk melaksanakan Kisah SengsaraNya, kematianNya serta kebangkitanNya sebagai puncak keselamatan semua orang dan kemudian mengembalikan  Keledai itu kepada pemiliknya, memberikan makna yang sangat mendalam untuk sebuah renungan kita secara kontekstual. Yesus adalah Raja Damai yang sangat sederhana. KesederhanaanNya dibuktikan dengan meminjam Keledai sebagai kendaraan bagiNya dalam perarakan menuju Yerusalem. PerarakanNya itu disertai lambaian dedaunan palem yang hijau, simbol kesejukan dan kedamaian serta keamanan bagi banyak orang lintas batas. Warna liturgi merah yang mengiringi perarakan Minggu Palma adalah ungkapan arti keberanian Raja Damai yang membawa kebenaran bahwa Dia adalah Mesias yang membawa keselamatan bagi bangsa Israel yang sedang menantikan kedatanganNya. Warna merah liturgi Minggu Palma mau menyatakan bahwa demi kebenaran, kebaikan dan keselamatan semua orang, Yesus berani menderita, wafat dan bangkit dari alam maut.
Keledai Raja Damai yang mengantarNya menuju Yerusalem, dikembalikan kepada pemilik Keledai dalam nilai yang lain. Dalam sosiologi dikenal dengan teori pertukaran Sosial. Pemilik Keledai memberikan Keledainya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengembalikan atau memberikan nilai yang paling luhur yaitu keledai keselatamatan universal yang terwujud dalam jembatan jalan salib Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, keselamatan dan kehidupan bagi semua orang lintas batas.
Penderitaan Salib Tuhan Yesus memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan aneka penderitaan yang manusia alami di dalam hidupnya. Penderitaan manusia tidak selamanya datang dari kesalahan dan dosa orang lain. Penderitaan manusia seringkali datangnya dari kesalahan dan dosa diri sendiri. Tetapi penderitaan Salib Tuhan Yesus senantiasa asalnya dari kesalahan dan dosa-dosa orang lain yaitu umat manusia, bukan datang dari diriNya sendiri.
Bacaan Pertama tentang penderitaan seorang Hamba YAHWE yang bukan karena kesalahannya tetapi kesalahan dan dosa yang lain. Hamba YAHWE itu terwujud di dalam diri Tuhan Yesus sendiri. Ramalan derita seorang Hamba YAHWE itu terlaksana dan terpenuhi di dalam diri Tuhan Yesus sendiri.
Mazmur tanggapan hari ini memuat tentang doa seseorang Hamba YAHWE yang menderita karena bukan kesalahan dan dosanya tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain untuk keselamatan banyak orang lintas batas. Mazmur ini tentang doa permohonan akan kekuatan dan pertolongan Allah untuk tetap kuat dan teguh dalam menanggung penderitaan demi keselamatan banyak orang. Tuhan mendengarkan doa orang benar yang menderita demi kebenaran dan kebaikan serta keselamatan banyak orang. Tuhan mengabulkan doa orang yang menderita untuk menyelamatkan banyak orang lintas batas.
Kekuatan dalam derita untuk kebaikan, kebenaran dan keselamatan banyak orang, datangnya dari  berkat Allah dan upaya pribadi manusia yang menjalani pengosongan diri sehingga diri pribadi bukan dipenuhi dengan segala kekuatan diri pribadi manusiawi tetapi kekuatan itu berasal dari kekuatan Allah sendiri di dalam hati manusia. Pengosongan diri untuk Tuhan menyimpan kekuatanNya yang menyelamatkan semua orang lintas batas itulah yang memberikan kekuatan bagi orang baik dan benar yang menderita bagi keselamatan banyak orang. Bacaan kedua hari ini menekankan pengosongan diri bagi kekuatan Allah menetap di dalam diri dalam menanggung banyak penderitaan untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Bacaan Injil Kisah Sengsara hari Minggu Palma ini mempertegas penderitaan yang unik antara penderitaan dua penjahat dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penjahat sendiri mengakui bahwa Yesus menderita di Salib bukan karena kesalahanNya dan dosaNya  sedangkan dua penjahat itu disalibkan karena dosa-dosanya dan kesalahannya sendiri.  Yesus menderita karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang lintas batas. Sedangkan dua penjahat itu menderita karena kesalahan dan dosanya secara pribadi.
Kita seringkali menggeneralisir penderitaan yang kita alami serupa derita Tuhan Yesus. Karena itu ketika kita terus hidup dalam kubangan derita yang lama dialami, seringkali kita bukan mencari solusi tetapi menyalahkan Tuhan. Kita perlu dengan budi yang jernih dan hati yang bening, membedah derita yang sedang kita alami. Dalam keadaan seperti itu kita barangkali menjadi orang yang kritis terhadap setiap penderitaan yang kita alami, bahwa ada penderitaan yang kita alami karena kesalahan kita dan kelalaian kita sendiri. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari luar diri kita. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari sesama kita. Ada derita yang semestinya kita alami dalam tugas dan karya perutusan serta panggilan kita dengan arah tujuan yang jelas yaitu untuk menyelamatkan banyak orang, untuk kebaikan dan kebenaran bersama. Derita yang terakhir inilah dapat kita identikan dengan Derita Yesus untuk keselamatan banyak orang lintas batas.

Derita Yesus vs Derita Dua Yg Disalibkan


“RAJA DAMAI NAIK KELEDAI  PINJAMAN”

Homili Minggu Palma 24 Maret 2013
Luk 19 : 28 – 40
Yes 50 : 4 – 7
Mzm 22 : 8 – 9.17-18a.19-20.23-24
Flp 2 : 6 – 11
Luk 22 : 14 – 23: 56
(Singkat 23 : 1 – 49)


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD  


Apa perbedaan antara pemimpin sipil dengan pemimpin spiritual? Perbedaannya sesungguhnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Pemimpin dunia ketika berjalan menuju tahkta kepemimpinan dengan meminjam harta kuasa suara rakyat  yang menjadi kendaraannya menuju istana kepemimpinan dan setelah tiba di menara istana menikmati harta kuasa suara rakyat yang dipinjamkannya itu lalu lupa mengembalikan harta kuasa suara rakyat itu kepada rakyat yang mengharapkan pemimpin memberikan keamanan, kedamaian, keadilan serta kesejahteraan.  Sedangkan Pemimpin Spiritual terpilih dengan meminjam harta suara domba-dombanya yang menjadi kendaraan pinjaman menuju istana kepemimpinan religius atau spiritual, dan setelah tiba di istana religius, mengembalikan pinjaman itu kepada umatnya yang mengharapkan pelayanan yang utuh yaitu kebaikan, kebenaran, kedamaian, kesejahteraan, serta keadilan bagi semua orang lintas batas.
Injil Lukas 19 : 28 – 40 hari ini berbicara tentang Keledai Pinjaman yang menjadi kendaraan Tuhan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem. Pemilik Keledai adalah seorang yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Raja Damai yang sederhana. Dia meminjamkan keledei milik kepunyaannya itu kepada Tuhan untuk digunakan. Dia tergolong umat yang dengan tulus dan ikhlas meminjamkan kendaraan itu kepada Raja Damai. Dia yakin bahwa  Raja Damai akan segera mengembalikan keledeainya setelah digunakan, sesuai kata-kata para murid yang disuruh Yesus untuk meminjam keledai itu. Yesus hanya sekali saja merayakan perarakan memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai pinjaman. Sebuah peristiwa yang tidak pernah terlupakan di dalam sejarah keselamatan yang terjadi di dalam diri Tuhan Yesus. Sebuah peristiwa peminjaman keledai dari sebuah keluarga, sebagai kendaraan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem, dalam menjalankan misi keselamatan bagi seluruh dunia.
Peminjaman keledai dari sebuah keluarga untuk kendaraan Yesus masuk Yerusalem untuk melaksanakan Kisah SengsaraNya, kematianNya serta kebangkitanNya sebagai puncak keselamatan semua orang dan kemudian mengembalikan  Keledai itu kepada pemiliknya, memberikan makna yang sangat mendalam untuk sebuah renungan kita secara kontekstual. Yesus adalah Raja Damai yang sangat sederhana. KesederhanaanNya dibuktikan dengan meminjam Keledai sebagai kendaraan bagiNya dalam perarakan menuju Yerusalem. PerarakanNya itu disertai lambaian dedaunan palem yang hijau, simbol kesejukan dan kedamaian serta keamanan bagi banyak orang lintas batas. Warna liturgi merah yang mengiringi perarakan Minggu Palma adalah ungkapan arti keberanian Raja Damai yang membawa kebenaran bahwa Dia adalah Mesias yang membawa keselamatan bagi bangsa Israel yang sedang menantikan kedatanganNya. Warna merah liturgi Minggu Palma mau menyatakan bahwa demi kebenaran, kebaikan dan keselamatan semua orang, Yesus berani menderita, wafat dan bangkit dari alam maut.
Keledai Raja Damai yang mengantarNya menuju Yerusalem, dikembalikan kepada pemilik Keledai dalam nilai yang lain. Dalam sosiologi dikenal dengan teori pertukaran Sosial. Pemilik Keledai memberikan Keledainya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengembalikan atau memberikan nilai yang paling luhur yaitu keledai keselatamatan universal yang terwujud dalam jembatan jalan salib Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, keselamatan dan kehidupan bagi semua orang lintas batas.
Penderitaan Salib Tuhan Yesus memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan aneka penderitaan yang manusia alami di dalam hidupnya. Penderitaan manusia tidak selamanya datang dari kesalahan dan dosa orang lain. Penderitaan manusia seringkali datangnya dari kesalahan dan dosa diri sendiri. Tetapi penderitaan Salib Tuhan Yesus senantiasa asalnya dari kesalahan dan dosa-dosa orang lain yaitu umat manusia, bukan datang dari diriNya sendiri.
Bacaan Pertama tentang penderitaan seorang Hamba YAHWE yang bukan karena kesalahannya tetapi kesalahan dan dosa yang lain. Hamba YAHWE itu terwujud di dalam diri Tuhan Yesus sendiri. Ramalan derita seorang Hamba YAHWE itu terlaksana dan terpenuhi di dalam diri Tuhan Yesus sendiri.
Mazmur tanggapan hari ini memuat tentang doa seseorang Hamba YAHWE yang menderita karena bukan kesalahan dan dosanya tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain untuk keselamatan banyak orang lintas batas. Mazmur ini tentang doa permohonan akan kekuatan dan pertolongan Allah untuk tetap kuat dan teguh dalam menanggung penderitaan demi keselamatan banyak orang. Tuhan mendengarkan doa orang benar yang menderita demi kebenaran dan kebaikan serta keselamatan banyak orang. Tuhan mengabulkan doa orang yang menderita untuk menyelamatkan banyak orang lintas batas.
Kekuatan dalam derita untuk kebaikan, kebenaran dan keselamatan banyak orang, datangnya dari  berkat Allah dan upaya pribadi manusia yang menjalani pengosongan diri sehingga diri pribadi bukan dipenuhi dengan segala kekuatan diri pribadi manusiawi tetapi kekuatan itu berasal dari kekuatan Allah sendiri di dalam hati manusia. Pengosongan diri untuk Tuhan menyimpan kekuatanNya yang menyelamatkan semua orang lintas batas itulah yang memberikan kekuatan bagi orang baik dan benar yang menderita bagi keselamatan banyak orang. Bacaan kedua hari ini menekankan pengosongan diri bagi kekuatan Allah menetap di dalam diri dalam menanggung banyak penderitaan untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Bacaan Injil Kisah Sengsara hari Minggu Palma ini mempertegas penderitaan yang unik antara penderitaan dua penjahat dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penjahat sendiri mengakui bahwa Yesus menderita di Salib bukan karena kesalahanNya dan dosaNya  sedangkan dua penjahat itu disalibkan karena dosa-dosanya dan kesalahannya sendiri.  Yesus menderita karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang lintas batas. Sedangkan dua penjahat itu menderita karena kesalahan dan dosanya secara pribadi.
Kita seringkali menggeneralisir penderitaan yang kita alami serupa derita Tuhan Yesus. Karena itu ketika kita terus hidup dalam kubangan derita yang lama dialami, seringkali kita bukan mencari solusi tetapi menyalahkan Tuhan. Kita perlu dengan budi yang jernih dan hati yang bening, membedah derita yang sedang kita alami. Dalam keadaan seperti itu kita barangkali menjadi orang yang kritis terhadap setiap penderitaan yang kita alami, bahwa ada penderitaan yang kita alami karena kesalahan kita dan kelalaian kita sendiri. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari luar diri kita. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari sesama kita. Ada derita yang semestinya kita alami dalam tugas dan karya perutusan serta panggilan kita dengan arah tujuan yang jelas yaitu untuk menyelamatkan banyak orang, untuk kebaikan dan kebenaran bersama. Derita yang terakhir inilah dapat kita identikan dengan Derita Yesus untuk keselamatan banyak orang lintas batas.