Jumat, April 19, 2013

Makna Ritus Adat TAIS HOTA ASUEMAN SUKU BUNAQ

TAIS HOTA :
BANGUN PERSAUDARAAN ABADI
BUKAN KONFLIK

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Ritus adat tais hota adalah ritus adat yang membangkitkan kembali ingatan akan asal usul setiap anggota suku Bunaq. Setiap anak suku Bunaq lahir dalam keadaan telanjang.  Lembaran kain adat sudah disiapkan kedua orang tua untuk mentupi tubuh bayi yang lahir dalam keadaan telanjang.  Ritus adat Tais hota membangkitkan kembali penghormatan anak terhadap orang tua. Anak mengucap syukur kepada orang tua yang melahirkan dalam keadaan telanjang kemudian orang tua menyiapkan kain adat sebagai penutup badan bayi anak yang baru lahir.
Siapakah yang dimaksud dengan anak dan orang tua dalam Ritus Adat Tais Hota?  Pertama-tama orang tua dan anak yang dimaksud adalah orang tua kandung yang melahirkan kita sebagai anak. Ritus adat kematian membangkitkan kesadaran atau ingatan penuh bahwa setiap orang bukan jatuh daru langit atau tumbuh dari dalam tanah, tetapi dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu. Setiap orang melalui adat ini menghormati orang tua yang melahirkan.
Kedua yang dimaksud dengan orang tua adalah MALU dan yang dimaksud dengan anak adalah Aiba'a. Ritus adat Tais Hota adalah ritus menghormati anak terhadap orang tua. Ritus abadi saling menghormati antara Malu dengan Aiba'a. Bentuk penghormatan itu secara nyata. MALU menyediakan kain adat. AIBAA membeli Kain Adat. Pembeli membeli Kain adat yang dijual dengan Harga Persaudaraan dan penghormatan. Tais Hota membangkitkan ikatan persaudaraan abadi bukan konflik abadi. Setiap orang boleh mengambil makna dengan melihat video TAIS HOTA berikut.
Tais Hota khas Aueman SUKU BUNAK di Rumah Maria Bete Asa pada Senin 3 September 2012. Perekam P. Benediktus Bere Mali SVD.  Lihat Adat Tais Hota  1- 17 di Youtobe : http://youtu.be/WbyAFqGMxUg   dan http://youtu.be/kPC9JU7L-9g
Tais Hota adalah satu bagian penting dari ritus adat kenduri Suku Bunaq. Adat kenduri ini selalu disebut sebagai adat kematian. Sebutan ini kurang tepat. Mengapa? Karena Kenduri Suku Bunaq bukan berpuncak pada kematian tetapi menuju kehidupan. Kehidupan di dunia menuju kehidupan setelah kematian. Maka bagi saya adat kenduri Suku Bunaq adalah bukan adat kematian tetapi adat kehidupan.

Makna Ritus Adat TAIS HOTA ASUEMAN SUKU BUNAQ

TAIS HOTA :
BANGUN PERSAUDARAAN ABADI
BUKAN KONFLIK

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Ritus adat tais hota adalah ritus adat yang membangkitkan kembali ingatan akan asal usul setiap anggota suku Bunaq. Setiap anak suku Bunaq lahir dalam keadaan telanjang.  Lembaran kain adat sudah disiapkan kedua orang tua untuk mentupi tubuh bayi yang lahir dalam keadaan telanjang.  Ritus adat Tais hota membangkitkan kembali penghormatan anak terhadap orang tua. Anak mengucap syukur kepada orang tua yang melahirkan dalam keadaan telanjang kemudian orang tua menyiapkan kain adat sebagai penutup badan bayi anak yang baru lahir.
Siapakah yang dimaksud dengan anak dan orang tua dalam Ritus Adat Tais Hota?  Pertama-tama orang tua dan anak yang dimaksud adalah orang tua kandung yang melahirkan kita sebagai anak. Ritus adat kematian membangkitkan kesadaran atau ingatan penuh bahwa setiap orang bukan jatuh daru langit atau tumbuh dari dalam tanah, tetapi dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu. Setiap orang melalui adat ini menghormati orang tua yang melahirkan.
Kedua yang dimaksud dengan orang tua adalah MALU dan yang dimaksud dengan anak adalah Aiba'a. Ritus adat Tais Hota adalah ritus menghormati anak terhadap orang tua. Ritus abadi saling menghormati antara Malu dengan Aiba'a. Bentuk penghormatan itu secara nyata. MALU menyediakan kain adat. AIBAA membeli Kain Adat. Pembeli membeli Kain adat yang dijual dengan Harga Persaudaraan dan penghormatan. Tais Hota membangkitkan ikatan persaudaraan abadi bukan konflik abadi. Setiap orang boleh mengambil makna dengan melihat video TAIS HOTA berikut.
Tais Hota khas Aueman SUKU BUNAK di Rumah Maria Bete Asa pada Senin 3 September 2012. Perekam P. Benediktus Bere Mali SVD.  Lihat Adat Tais Hota  1- 17 di Youtobe : http://youtu.be/WbyAFqGMxUg   dan http://youtu.be/kPC9JU7L-9g
Tais Hota adalah satu bagian penting dari ritus adat kenduri Suku Bunaq. Adat kenduri ini selalu disebut sebagai adat kematian. Sebutan ini kurang tepat. Mengapa? Karena Kenduri Suku Bunaq bukan berpuncak pada kematian tetapi menuju kehidupan. Kehidupan di dunia menuju kehidupan setelah kematian. Maka bagi saya adat kenduri Suku Bunaq adalah bukan adat kematian tetapi adat kehidupan.

Makna Ritus Adat TAIS HOTA ASUEMAN SUKU BUNAQ

TAIS HOTA :
BANGUN PERSAUDARAAN ABADI
BUKAN KONFLIK

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Ritus adat tais hota adalah ritus adat yang membangkitkan kembali ingatan akan asal usul setiap anggota suku Bunaq. Setiap anak suku Bunaq lahir dalam keadaan telanjang.  Lembaran kain adat sudah disiapkan kedua orang tua untuk mentupi tubuh bayi yang lahir dalam keadaan telanjang.  Ritus adat Tais hota membangkitkan kembali penghormatan anak terhadap orang tua. Anak mengucap syukur kepada orang tua yang melahirkan dalam keadaan telanjang kemudian orang tua menyiapkan kain adat sebagai penutup badan bayi anak yang baru lahir.
Siapakah yang dimaksud dengan anak dan orang tua dalam Ritus Adat Tais Hota?  Pertama-tama orang tua dan anak yang dimaksud adalah orang tua kandung yang melahirkan kita sebagai anak. Ritus adat kematian membangkitkan kesadaran atau ingatan penuh bahwa setiap orang bukan jatuh daru langit atau tumbuh dari dalam tanah, tetapi dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu. Setiap orang melalui adat ini menghormati orang tua yang melahirkan.
Kedua yang dimaksud dengan orang tua adalah MALU dan yang dimaksud dengan anak adalah Aiba'a. Ritus adat Tais Hota adalah ritus menghormati anak terhadap orang tua. Ritus abadi saling menghormati antara Malu dengan Aiba'a. Bentuk penghormatan itu secara nyata. MALU menyediakan kain adat. AIBAA membeli Kain Adat. Pembeli membeli Kain adat yang dijual dengan Harga Persaudaraan dan penghormatan. Tais Hota membangkitkan ikatan persaudaraan abadi bukan konflik abadi. Setiap orang boleh mengambil makna dengan melihat video TAIS HOTA berikut.
Tais Hota khas Aueman SUKU BUNAK di Rumah Maria Bete Asa pada Senin 3 September 2012. Perekam P. Benediktus Bere Mali SVD.  Lihat Adat Tais Hota  1- 17 di Youtobe : http://youtu.be/WbyAFqGMxUg   dan http://youtu.be/kPC9JU7L-9g
Tais Hota adalah satu bagian penting dari ritus adat kenduri Suku Bunaq. Adat kenduri ini selalu disebut sebagai adat kematian. Sebutan ini kurang tepat. Mengapa? Karena Kenduri Suku Bunaq bukan berpuncak pada kematian tetapi menuju kehidupan. Kehidupan di dunia menuju kehidupan setelah kematian. Maka bagi saya adat kenduri Suku Bunaq adalah bukan adat kematian tetapi adat kehidupan.

Rabu, April 17, 2013

Homili Rabu 17 April 2013



Homili Rabu 17 April 2013
Kis 8 : 1b – 8
Mzm 66 : 1 -3a.4-5.6-7a
Yoh 6 : 35 – 40

“PIHAK  C  DALAM  KONFLIK A – B”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kehidupan kita diwarnai suka dan duka. Kehidupan kita juga diwarnai damai dan konflik. Pengalaman demikian dialami mulai di dalam komunitas mikro hingga komunitas makro. Misalnya konflik dalam komunitas mikro, dalam keluarga konflik antara kakak dengan adik, bapa dengan mama, orang tua dengan anak-anak, keluarga A dengan keluarga B. Contoh, dalam komunitas makro misalnya konflik antara suku A dengan Suku B, antara pulau A dengan Pulau B, antara Agama A dengan Agama B, antara Negara A dengan Negara B, antara Benua A dengan Benua C dan seterusnya.
Pihak A dengan B yang sedang konflik menutupi pintu menuju jalan kerukunan dan kedamaian. Pembuka pintu damai itu datangnya dari pihak C atau pihak ketiga. Misalnya kalau kakak dengan adik sedang konflik di dalam sebuah keluarga, pihak ketiga dalam hal ini orang tua mengambil inisiatif memberikan pengertian kepada pihak-pihak yang konflik untuk mencari dan menemukan “win-win solution” yang menguntungkan Pihak A dengan Pihak B atau tidak merugikan pihak A dan Pihak B. Masing-masing pihak menerima pihak C untuk menggunakan “win-win solution” maka di situlah kembali membangkitkan kerukunan dan kedamaian antara kedua belah pihak.
 Para Rasul mewartakan Kebangkitan Tuhan dan mengadakan mujizat di dalam nama Yesus di seluruh wilayah kecuali di wilayah Samaria. Para Rasul adalah berdarah bangsa Yahudi. Pandangan Yahudi terhadap bangsa Samaria sangat negatif. Orang Samaria adalah orang kafir sedangkan orang Yahudi adalah orang beriman. Pola pandangan ini diwariskan sejak jaman leluhur secara turun-temurun hingga memasuki alam bawah sadar Para Rasul. Ketidaksadaran Para Rasul itu membuat  pewartaan Injil kepada segala bangsa kecuali Samaria.
Tuhan Yesus yang telah bangkit membangkitkan kesadaran baru bahwa KeselamatanNya bagi dunia dan manusia sebenarnya melintas batas. Jurang perpedaan dan konflik alam bawah sadar itu diangkat ke permukaan kesadaran. Tuhan Yesus yang telah bangkit membangkitkan Filipus pergi mewartakan kebangkitan Tuhan Yesus kepada bangsa Samaria dan melakukan mujizat penyembuhan di Samaria. Pewartaan Filipus itu membawa hasil yang sangat memuaskan. Banyak orang Samaria dengan sebulat hati menerima pewartaan Injil dan Mujizat yang dilakukan di dalam nama Yesus yang sudah bangkit. Banyak orang Samaria dengan sebulat hati mengakui dan mengimani Tuhan Yesus yang telah bangkit sebagai Tuhan yang mereka nanti-nantikan kedatanganNya.
Keberhasilan misi Pewartaan Injil oleh Filipus di Samaria ini karena Filipus berpandangan bahwa Keselamatan Yesus Kristus yang telah bangkit itu bersifat umum universal bagi semua orang melintas batas. Tuhan adalah Allah semua orang. KeselamatanNya untuk semua orang lintas batas. Filipus adalah orang Yunani. Bangsa Yunani dikenal dunia sebagai bangsa yang melahirkan Filsafat. Orang yang berfilsafat melihat segala sesuatu dari segi multidimensi. Pandangan Filipus senantiasi diwarnai oleh kemanusiaan universal dan keimanan yang berkemanusiaan. Filipus orang Yunani dijiwai oleh keluasan dalam berpikir, berkata-kata dan berkeputusan di dalam misi perutusannya. Filipus diterima Orang Samaria. Kedatangan Filipus dan pewartaan kebangkitanNya di Samaria serta mujizat yang dilakukan dalam nama Tuhan Yesus yang telah bangkit, menghapus noda stereotype bangsa Samaria sebagai bangsa kafir di mata bangsa Yahudi. Filipus menjadi pribadi yang menyatukan bangsa Yahudi dengan bangsa Samaria dalam iman kepada Tuhan Yang Sama Yaitu Tuhan Yesus yang telah bangkit. Filipus berhasil, sukses mendamaikan akar konflik antara bangsa Yahudi dengan Bangsa Samaria. Filipus tampil sebagai pihak C atau pihak ketiga yang mendamaikan pihak A dengan pihak B yang sedang konflik. Filipus menjadi jembatan pendamai yang baik dan benar antara pihak-pihak yang konflik.
Kita menjadi air membawa kesejukan damai bagi sesama atau api yang menyalakan konflik antara sesama? Kita semestinya hadir sebagai orang yang membangkitkan sesama di dalam segala bidang segi kehidupan bagi kemajuan dan perkembangan diri sesama secara baik dan benar, bukan menyalibkan sesama dalam multidimensi.  Pengalaman paskah ada kalau kita membangkitkan sesama bukan menyalibkan sesama.


Pihak Ketiga dalam Manajemen Konflik



Homili Rabu 17 April 2013
Kis 8 : 1b – 8
Mzm 66 : 1 -3a.4-5.6-7a
Yoh 6 : 35 – 40

“PIHAK  C  DALAM  KONFLIK A – B”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kehidupan kita diwarnai suka dan duka. Kehidupan kita juga diwarnai damai dan konflik. Pengalaman demikian dialami mulai di dalam komunitas mikro hingga komunitas makro. Misalnya konflik dalam komunitas mikro, dalam keluarga konflik antara kakak dengan adik, bapa dengan mama, orang tua dengan anak-anak, keluarga A dengan keluarga B. Contoh, dalam komunitas makro misalnya konflik antara suku A dengan Suku B, antara pulau A dengan Pulau B, antara Agama A dengan Agama B, antara Negara A dengan Negara B, antara Benua A dengan Benua C dan seterusnya.
Pihak A dengan B yang sedang konflik menutupi pintu menuju jalan kerukunan dan kedamaian. Pembuka pintu damai itu datangnya dari pihak C atau pihak ketiga. Misalnya kalau kakak dengan adik sedang konflik di dalam sebuah keluarga, pihak ketiga dalam hal ini orang tua mengambil inisiatif memberikan pengertian kepada pihak-pihak yang konflik untuk mencari dan menemukan “win-win solution” yang menguntungkan Pihak A dengan Pihak B atau tidak merugikan pihak A dan Pihak B. Masing-masing pihak menerima pihak C untuk menggunakan “win-win solution” maka di situlah kembali membangkitkan kerukunan dan kedamaian antara kedua belah pihak.
 Para Rasul mewartakan Kebangkitan Tuhan dan mengadakan mujizat di dalam nama Yesus di seluruh wilayah kecuali di wilayah Samaria. Para Rasul adalah berdarah bangsa Yahudi. Pandangan Yahudi terhadap bangsa Samaria sangat negatif. Orang Samaria adalah orang kafir sedangkan orang Yahudi adalah orang beriman. Pola pandangan ini diwariskan sejak jaman leluhur secara turun-temurun hingga memasuki alam bawah sadar Para Rasul. Ketidaksadaran Para Rasul itu membuat  pewartaan Injil kepada segala bangsa kecuali Samaria.
Tuhan Yesus yang telah bangkit membangkitkan kesadaran baru bahwa KeselamatanNya bagi dunia dan manusia sebenarnya melintas batas. Jurang perpedaan dan konflik alam bawah sadar itu diangkat ke permukaan kesadaran. Tuhan Yesus yang telah bangkit membangkitkan Filipus pergi mewartakan kebangkitan Tuhan Yesus kepada bangsa Samaria dan melakukan mujizat penyembuhan di Samaria. Pewartaan Filipus itu membawa hasil yang sangat memuaskan. Banyak orang Samaria dengan sebulat hati menerima pewartaan Injil dan Mujizat yang dilakukan di dalam nama Yesus yang sudah bangkit. Banyak orang Samaria dengan sebulat hati mengakui dan mengimani Tuhan Yesus yang telah bangkit sebagai Tuhan yang mereka nanti-nantikan kedatanganNya.
Keberhasilan misi Pewartaan Injil oleh Filipus di Samaria ini karena Filipus berpandangan bahwa Keselamatan Yesus Kristus yang telah bangkit itu bersifat umum universal bagi semua orang melintas batas. Tuhan adalah Allah semua orang. KeselamatanNya untuk semua orang lintas batas. Filipus adalah orang Yunani. Bangsa Yunani dikenal dunia sebagai bangsa yang melahirkan Filsafat. Orang yang berfilsafat melihat segala sesuatu dari segi multidimensi. Pandangan Filipus senantiasi diwarnai oleh kemanusiaan universal dan keimanan yang berkemanusiaan. Filipus orang Yunani dijiwai oleh keluasan dalam berpikir, berkata-kata dan berkeputusan di dalam misi perutusannya. Filipus diterima Orang Samaria. Kedatangan Filipus dan pewartaan kebangkitanNya di Samaria serta mujizat yang dilakukan dalam nama Tuhan Yesus yang telah bangkit, menghapus noda stereotype bangsa Samaria sebagai bangsa kafir di mata bangsa Yahudi. Filipus menjadi pribadi yang menyatukan bangsa Yahudi dengan bangsa Samaria dalam iman kepada Tuhan Yang Sama Yaitu Tuhan Yesus yang telah bangkit. Filipus berhasil, sukses mendamaikan akar konflik antara bangsa Yahudi dengan Bangsa Samaria. Filipus tampil sebagai pihak C atau pihak ketiga yang mendamaikan pihak A dengan pihak B yang sedang konflik. Filipus menjadi jembatan pendamai yang baik dan benar antara pihak-pihak yang konflik.
Kita menjadi air membawa kesejukan damai bagi sesama atau api yang menyalakan konflik antara sesama? Kita semestinya hadir sebagai orang yang membangkitkan sesama di dalam segala bidang segi kehidupan bagi kemajuan dan perkembangan diri sesama secara baik dan benar, bukan menyalibkan sesama dalam multidimensi.  Pengalaman paskah ada kalau kita membangkitkan sesama bukan menyalibkan sesama.