Sabtu, November 10, 2012

Kotbah Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012 HARI PAHLAWAN



ALLAH MENGETAHUI HATIMU
Peringatan Wajib Santo Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Flp 4:10-19; Luk 16:9-15
Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012,
Di Soverdi Surabaya
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)

Manusia hidup dan berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua di dalam sebuah keluarga, sebuah komunitas, di dalam sebuah lingkungan, di dalam sebuah masyarakat yang mempunyai aturan yang mengatur hidup bersama, mengatur hidup sopan santun bersama, mengatur perilaku bersama dengan satu tujuan untuk menyelamatkan semua orang, untuk mendamaikan semua orang, untuk membahagiakan semua orang.

Ketika manusia menempatkan diri secara tepat di dalam keluarganya, komunitasnya, lingkungan masyarakatnya, ada apresiasi yang diterima, ada penghargaan yang disambut, ada sukacita yang didapat. Tetapi ketika manusia melanggar aturan yang ada, bahkan secara berulang-ulang atau bahkan secara keterlaluan melanggar dan tidak peduli pada aturan yang ada, akan dinilai sebagai pembangkang, dan dibanjiri berbagai cibiran dan kata-kata penolakan yang diterimanya.

Orang yang menerima penolakan karena tidak taat pada aturan bersama untuk kebaikan dan keselamatan bersama, seringkali membela diri terhadap teguran sesama sekitar di dalam keluarga, di dalam komunitas gereja, di dalama lingkungan masyarakat setempat. Orang yang ditegur karena salah, orang yang diarahkan kepada jalan yang benar karena telah berjalan di jalan yang salah, bahkan direspon dengan membenarkan diri di hadapan publik, atau tidak secara jujur dan tulus mengakui kesalahannya, sehingga sesama sekitar tidak dapat mengarahkannya dengan penuh belas kasih.

Di dalam Injil hari ini, menampilkan dua  hati yang mewarnai hidup manusia. Hati yang jujur mengakui kesalahan dalam hidup bersama dan hati yang tidak jujur atau membenarkan diri walau telah melakukan kesalahan dan dosa. Yesus menghendaki agar semua orang berlaku jujur dan tidak membenarkan diri atas kesalahan dan dosanya. Sebaliknya orang Farisi tidak jujur mengakui kesalahannya bahkan membela diri di hadapan publik. Yesus bersabda kepada orang-orang Farisi yang menjadi hamba-hamba mamon itu demikian:

"Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu."

Yesus menghendaki agar orang Farisi dan setiap pengikutnya mengutamakan harta rohani yang sifatnya kekal dibandingkan dengan harta duniawi yang sifatnya sementara. Harta duniawi tercipta untuk mencari dan menemukan harta surgawi yang memberikan keselamatan abadi. Harta surgawi itu ada dan ditemukan di dalam diri Yesus. Menemukan harta Surgawi berarti mendengarkan Sabda Yesus dan melaksanakan di dalam hidup karena Yesus adalah jalan keselamatan bagi para pengikutNya. Di dalam namaNya ditemukan keselamatan.

Dihadapan Tuhan yang Maha Tahu kita tidak bisa berbuat lain selain mengakui kesalahan dan dosa secara tulus dan jujur. Maka kalau dulu kita jarang menerima sakramen Rekonsiliasi maka inilah kesempatan bagi kita untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi agar hidup harmonis dan damai dengan Allah, dengan Sesama dan Alam Sekitar dan diri sendiri. Kalau dulu kita masih bermain topeng, kini kita mau berlaku tulus dan jujur di dalam kehidupan beriman kita kepada Tuhan Yesus.  

Hari ini adalah hari Pahlawan. Para pahlawan adalah para pejung keselamatan bagi bangsa dan Negara, bagi rakyat seluruhnya di tanah air Indonesia, bagi kemerdekaan rakyat Indonesia. Kita dapat menjadi pahlawan spiritual yaitu mengutamakan harta surgawi untuk menyelamatkan semua orang. Kita menjadi pahlawan rohani, dengan setia kepada Tuhan dan Sesama dalam hal-hal kecil yang menyelamatkan semua orang melintas batas. Sto. Leo Agung sudah menjadi Pahlawan Spiritual, sebagai pemimpin dan pengarah umat Katolik di seluruh dunia pada jalan keselamatan dalam jabatannya sebagai Paus selama hidupnya.

Jumat, November 09, 2012

Kotbah Misa Harian, Jumat 9 Nopember 2012



BAIT ALLAH YANG HIDUP

1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22
Misa Harian, Jumat 9 Nopember 2012,
di Wilayah Matius
Paroki Roh Kudus Surabaya

(P. Benediktus Bere Mali, SVD)


Kita hidup di antara banyak tempat ibadah dari beraneka agama yang ada di sekitar kita. Tempat ibadat pada dasarnya memiliki satu tujuan mulia yaitu berkomunikasi dengan Tuhan yang Maha Tinggi. Tempat ibadat bertujuan untuk berkontak dengan Allah yang menyelamatkan. Tempat ibadat adalah tempat khusus untuk manusia berdialog dari hati ke hati dengan Tuhan yang diimaninya. Tempat ibadah adalah wadah bagi manusia untuk menata diri dan hati berdasarkan kehendak Allah yang diimaninya dan dengan demikian seluruh hidupnya membawa keselamatan, kedamaian, dan sukacita bagi diri dan sesama serta alam sekitarnya.


Kita sebagai orang Katolik memiliki tempat ibadat untuk berdoa, berkomunikasi, berdialog dengan Tuhan yang disebut sebagai Gereja. Pada hari ini adalah Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran, yang dirayakan Gereja Katolik Seluruh dunia.


Pesta ini mengingatkan kita bahwa Gereja itu berupa bangunan fisik sebagai tempat istimewa yang dikhususkan hanya untuk berdoa, yaitu berkomunikasi dengan Tuhan dari hati ke hati untuk menata seluruh diri kita sesuai kehendak Allah yang menyelamatkan semua manusia dan alam sekitar.


Gereja itu juga adalah Bait Allah yang hidup yaitu tubuh kita sendiri. Gereja yang hidup ini adalah tempat kediaman Roh Kudus. Sejak kita dibaptis kita adalah kudus. Dengan tubuh yang kudus kita berdoa dan memuliakan Tuhan. Kita ini adalah milik Allah Maha Kudus. Kita lahir dari Allah Maha Kudus lewat kedua orang tua kita.


Maka tidak ada alasan bagi kita manusia untuk mencemari bangunan gereja, kapela, tempat-tempat ziarah yang telah dikuduskan lewat pemberkatan oleh tangan tertahbis imam dan atau uskup. Juga tidak ada alasan untuk kita mencemari tubuh sebagai bait Allah Roh Kudus yang hidup, dengan dosa dan salah yang kita lakukan di dalam kontrol kesadaran dan kebebasan.


Kita harus berupaya penuh konsentrasi pada pengudusan Gereja berupa tidak mengotori bangunan Gereja dengan membuang sampah di sekitar Gereja dan tidak mencemari tubuh sendiri dengan cara apapun.


Kalau dulu kita sering sms-an di dalam gereja sementara misa berlangsung, ribut di dalam gereja, maka kini adalah saat bagi kita untuk matikan hp dan hening selama Ekaristi sedang berlangsung. Kalau dulu kurang disiplin mengatur tubuh dan kesehatan, mengatur relasi yang baik dan benar, maka kini harus disiplin hidup dalam doa, dan berkarya serta mengatur relasi yang sehat dalam kehidupan bersama.


"Ambil semuanya (sampah fisik dan dosa) ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku (Bait Allah yang Hidup) menjadi tempat berjualan (pencemaran)”.


Gereja yang kudus itu meliputi tiga bagian. Gereja yang kudus itu mencakup tiga karakter. Gereja yang Kudus itu memiliki tiga sifat yaitu Gereja yang berziarah (sedang berjalan di dunia), gereja yang sedang berjuang di tempat penyucian atau pemurnian, serta gereja yang jaya.


Gereja yang berziarah adalah kita-kita ini yang masih memiliki daging, kalau badan kita dicubit masih merasakan sakit. Gereja yang berjuang di api pencucian adalah anggota keluarga yang telah meninggal dunia, yang karena dosa-dosanya yang belum diampuni, masih tinggal di api penyucian. Gereja yang jaya adalah para Kudus dan para malaikat di Surga. Mereka itu adalah para santo dan santa, yang namanya kita tempatkan pada nama kita masing-masing saat di Baptis.

Pada hari ini, pada perayaan Ekaristi ini, kita arahkan seluruh perhatian kita pada peringatan arwah. Kita fokus pada doa bagi keselamatan arwah. Mengapa? Kita berdoa bagi sesama adalah membawa sukacita baginya. Kita berdoa bagi sesama, memberikan kekuatan baginya. Kita berdoa bagi sesama memohonkan Tuhan memberikan keselamatan baginya. Kita berdoa bagi sesama agar Tuhan memberkatinya.


Demikian juga kita berdoa bagi mereka yang telah meninggal dunia. Mereka yang meninggal adalah seperti beralih dari ruangan kehidupan di dunia menerobos masuk tirai ruangan bangunan rumah dunia yang lain, dan setelah meninggal menerobos tirai kematian itu, tidak dapat kembali lagi. Mereka tinggal di satu rumah dengan ruangan yang berbeda, dalam perspektif yang berbeda pula. Mereka dapat melihat kita walaupun kita dengan mata fisik kita tidak dapat melihatnya.


Meskipun demikian, kita dapat berkomunikasi dengan mereka. Kita dapat berdalog dengan mereka. Kita dapat membangun jembatan konek dengan mereka dalam doa-doa kita. Artinnya bahwa doa kita sebagai anggota Gereja yang sedang berziarah, membantu mereka, khususnya menebus dan menyelamatkan dosa dan salah mereka. Doa kita maupun doa para santa-santo di Surga dapat menyelamatkan mereka. Dengan bantuan doa Gereja Ziarah dan Gereja Jaya, mereka yang ada di api pencucian diselamamatkan. Lewat doa kita dan doa gereja jaya, mereka dapat keluar dari api pencucian, menuju sukacita abadi.


Bait Allah yang hidup, Bait Allah yang sedang berjuang, dan Bait Allah jaya di Surga, ketiganya adalah wilayah refleksi kita tentang Bait Allah yang selalu berada di atas jalan dan selalu berjalan menuju kemah kediaman abadi di surga. Ketiga Bait Allah saling menyokong satu sama lain menuju Surga.
Ketiga Bait Allah senantiasa saling memperhatikan menuju keselamatan sebagai tujuan utama Gereja yang teosentris dan kristosentris.

Kamis, November 08, 2012

Kotbah Misa Harian, Kamis 8 Nopember 2012



MENJUMPAI WAJAH ALLAH YANG HILANG
Flp 3:3-8a; Luk 15:1-10
Kotbah Misa Harian, Kamis 8 Nopember 2012
Di Kapela Soverdi Surabaya

(P. Benediktus Bere Mali, SVD)


Hidup manusia selalu bertumbu dan berkembang mulai dari bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Di dalam hidup manusia itu ada yang bertambah, ada yang berkurang, ada yang datang, ada yang pergi, ada yang memperoleh dan ada yang menghilang, ada yang menjumpai dan menadapat tetapi ada yang menghilang. Hari ini satu tema yang menjadi pusat dan fokus perhatian kita di dalam permenungan ini adalah tentang domba yang hilang dari kandangnya.


Apa artinya domba yang hilang dari kandangnya? Manusia tidak selalu hidup sebagai malaikat. Manusia juga tidak selalu hidup sebagai orang yang Kudus. Dosa dan salah mewarnai hidupnya dan menodai hidupnya. Dosa membuat manusia menjauh dari wajah Allah bahkan manusia melalui dosanya menghilangkan wajah Allah di dalam hidupnya.


Tetapi manusia dapat konsentrasi pada kekudusan tanpa dosa dalam perilaku hidupnya. Manusia memiliki kerinduan yang mendalam, untuk menemui wajah Allah di dalam hidupnya. Manusia adalah subyek yang bebas yang dapat menyetir seluruh perilaku hidupnya pada kekudusan yang berasal dari kehendak Allah. Untuk itu manusia harus memahami antara dosa dengan Tobat untuk dapat mengarahkan diri pada kekudusan yang dikehendaki oleh Tuhan. Pemahaman yang baik dan benar mengantar orang pada perilaku yang baik dan benar.


Pertanyaannya adalah: Apa perbedaan antara DOSA dengan TOBAT? Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari singkatannya. TOBAT singkatannya (T)-indakan (O)-rang (B)-erdasarkan  (A)-llah dan (T)-untunanNya. Sedangkan DOSA singkatan dari (D)-iri (O)-rang yang (S)-ingkirkan (A)-llah. Dengan kata lain Dosa adalah orang berjalan dari Terang (Tuhan) menuju kegelapan (Setan) sedangkan Tobat adalah orang yang berjalan meninggalkan kegelapan (setan) menuju Terang (Allah) dan hidup di dalam bimbingan dan penyertaan Allah.


Nah orang yang Berdosa adalah orang hilang dari rumah Allah dan perlu dicari dan dituntun kembali menuju Rumah Allah. Pencari itu adalah pemilik orang yang berdosa. Pemilik yang mencari orang yang hilang dari pelukan kasih Allah di dalam RumahNya seperti seorang gembala yang mencari dombanya yang hilang dari kandangnya. Mencari orang yang jauh dari Allah dengan arahan-arahan yang baik dan benar agar disadarkan untuk secara bebas meninggalkan dosa menuju Rumah Tuhan.


Saat ada keputusan bebas meninggalkan kegelapan dosa menuju Terang di Rumah Tuhan itulah awal pertobatannya. TOBAT hadir dalam dirinya dan menuntunnya menuju dan tiba di Rumah Tuhan sumber terang yang sejati. Tobat berarti Kristus terpenting dalam hidup daripada yang lain-lainnya. Tobat berarti bersukacita di dalam Allah karena domba yang hilang telah ditemukan kembali dan bergabung kembali di dalam kandang Tuhan. Tobat berarti hidup selalu di dalam tuntunan Allah dalam pola pikir, kata dan perilaku.


Ada banyak pengalaman pertobatan manusia. Misalnya, dulu, Saulus mengandalkan diri sendiri. Kehebatan pribadi penting di atas segala-galanya. Sekarang Paulus setelah bertobat, Kristus adalah lebih penting di atas segala-galanya. Dia menjumpai Wajah Allah dalam seluruh hidupnya. Kehilangan Wajah Allah dalam pola pikir, kata dan tindakannya dulu, lewat pertobatannya, dia menjumpai kembali Wajah Allah di dalam Kristus yang terpenting di atas segala-galanya.


Kita barangkali dulu selalu memiliki kehangatan di dalam hidup bersama dan hidup berkomunitas. Kehangatan itu adalah keluarga bersama-sama datang ke Gereka pada hari Minggu. Kehangatan itu adalah keluarga selalu makan bersama-sama sebagai satu keluarga. Kehangatan itu adalah anak-anak selalu disapa dan diperhatikan secara langsung sehingga mengalami sentuhan kasih orang tua secara langsung. Anak-anak sebelum berangkat ke sekolah selalu menerima doa dan berkat dari kedua orang tua.


Sekarang barangkali semua kehangatan itu telah hilang. Kehangatan itu adalah Wajah Allah yang telah hilang di dalam hidup dan karya kita. Maka kita mau seperti Saulus yang bertobat dan menjumpai kembali Wajah Allah yang hilang dengan mengutamakan Kristus di dalam hidup. Kita menjumpai kembali Wajah Allah yang hilang di dalam membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa bersama di dalam keluarga, makan bersama di dalam keluarga, rekreasi bersama keluarga. Dengan itu kita menemukan Wajah Allah di dalam hidup sehari-hari. Dengan itu kita tidak berjalan menjauh dari Wajah Allah.

Apakah hidupmu masih ada dalam kuasa DOSA (Diri Orang yang Singkirkan Allah) atau sebaliknya TOBAT (Tindakan Orang Berdasarkan Allah dan TuntunanNya?

Selasa, November 06, 2012

Kotbah Misa Harian, Rabu 7 Nopember 2012



IKUT YESUS  &  PRINSIP EKONOMI
Flp 2:12-18; Luk 14:25-35)
Kotbah Misa Harian, Rabu 7 Nopember 2012
Di Soverdi St. Arnoldus Surabaya

(Rm. Benediktus Bere Mali, SVD)

Kita hidup dalam aneka konteks yang menyertai kita. Kita hidup dalam perkembangan ilmu ekonomi yang sangat luar biasa. Kita juga hidup di antara kehidupan keagamaan yang beraneka ragam. Kita hidup di antara ilmu kedokteran yang begitu cepat perkembangannya. Kita juga hidup di antara perkembangan ilmu politik yang berkembang dengan sangat pesat. Singkat kata, kita hidup di antara multidisplin ilmu yang mengelilingi kita dengan prinsipnya masing-masing. 


Masing-masing ilmu itu hidup dan berkembang selalu berkaitan dengan kehidupan uang  atau ekonomi. Seorang dokter melalui pengorbanan di dalam  prosfesinya  untuk mendapat keuntungan material yang sebesar-besarnya. Seorang ekonom memegang  prinsip ekonomi di dalam menjalankan perannya sebagai ekonom yaitu dengan pengorbanan yang seminimal mungkin untuk memperoleh hasil yang semaksimal mungkin, atau dengan biaya yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. 


Dalam  keadaan seperti ini, hari ini Gereja mengingatkan kita atau mengajarkan kita sebuah prinsip yang sangat berbeda dengan prinsip ilmu-ilmu profan.  Gereja memberikan pandangan yang lain tentang ilmu para pengikut Yesus di sepanjang jaman, dibandingkan dengan ilmu profan di dalam perspektif ekonomi. 


Lantas muncul pertanyaan di dalam otak kita masing-masing,  apa perbedaan Prinsip pengikut Yesus dengan prinsip ekonomi? Perbedaan keduanya ada di sini. Prinsip ekonomi adalah dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Sebaliknya prinsip pengikut Yesus adalah pengorbanan yang sebesar-besarnya untuk memperoleh keselamatan yang sejati.  


Prinsip mengikuti Yesus itu  diungkapkan di dalam SabdaNya pada hari ini :  "Jika seorang datang kepada-Ku  dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya,  saudara-saudarinya, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Pengikut Yesus harus seperti Yesus yang memegang prinsip di dalam seluruh realitas hidupnya bahwa dengan pengorbanan yang sebesar-besarnya atau pengorbanan yang sehabis-habisnya di jalan salib dan wafat di Salib kemudian bangkit, memberikan keselamatan yang begitu luas dan dalam bagi seluruh dunia, bagi semua manusia, dan alam semesta.  Barangsiapa masih berada di bawah kuasa prinsip ekonomi, dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil (keselamatan) yang sebesar-besarnya adalah tidak layak menjadi pengikut Yesus. 


Apakah kita hidup di jaman ini sebagai orang beriman, murid dan pengikut Yesus, masih ada dalam kuasa prinsip ekonomi?