Sabtu, Desember 15, 2012

Kotbah Misa Harian, Rabu 5 Desember 2012

 
HIDUP DALAM KEHENDAK BAIK

(Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37)
Rabu 5 Desember 2012 dari Jakarta Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Kompas kemarin, selasa, 4 desember 2012, menurunkan sebuah artikel berjudul "Bangkitlah Bangsaku." Kalimat awal artikel ini menggambarkan tentang apa perbedaan antara binatang dengan manusia. Antara binatang dengan manusia ada perbedaan yang mencolok yaitu binatang hidup tanpa refleksi sedangkan manusia itu dapat berefleksi tentang kehidupannya baik secara personal maupun kehidupan bersama. Manusia yang mengabaikan refleksi dan hidup seperti mesin, hidup hanya berdasarkan rutinitas saja, menurunkan harkat dan martabatnya menjadi seperti binatang yang hidup tanpa refleksi. Artikel itu berisi juga tentang refleksi atas kepemimpinan di tanah air di Indonesia, pemimpin masa lalu dengan plus minusnya, harapan pada calon pemimpin masa yang akan datang, yang berhati nurani untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.



Pemimpin masa depan yang diharapkan adalah pemimpin yang menjaga pembangunan dalam segala segi kehidupan, baik keluar negeri maupun ke dalam negeri Indonesia, sehingga ada keseimbangan. Indonesia bukan membutuhkan pemimpin yang baik dan benar tetapi membutuhkan pemimpin yang berkehendak baik dan benar, jujur dan trasnparan dalam memimpin bangsa Indonesia.



Kehidupan menggereja dan kehidupan religius adalah sebuah organisasi yang sangat rapi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kekokohan ini akan menjadi Kesaksian hidup bagi dunia, bagi manusia melintas batas ketika Gereja Katolik, pemimpin Katolik, kita sebagai orang Katolik dalam komunitas besar maupun dalam komunitas yang paling kecil, hidup didasarkan atas Kehendak baik dan benar, kejujuran dan transparan untuk kebaikan dan keselamatan serta kesejahteraan bersama. Dengan demikian kita memberikan yang terbaik bagi dunia, yang persis dunia pada umumnya atau manusia pada umumnya harapkan yaitu kebaikan, kebenaran, kejujuran, dan transparansi.



Kesaksian yang demikian lahir dari pemimpin yang sejati yaitu Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus. Ramalan Yesaya tentang Allah yang memberikan kebahagiaan sejati terlaksana dalam diri Yesus yang memberikan kebutuhan jasmani dan rohani kepada para pengikutnya dan banyak orang memuliakan Dia. Yesus memberikan kesembuhan bagi yang sakit. Yesus memberikan makan bagi yang lapar. Maka tepat nubuat Yesaya dalam bacaan pertama hari ini: "Sesungguhnya, inilah Allah (Pemimpin) kita, yang kita nanti-nantikan supaya menyelamatkan kita. Inilah Tuhan (Pemimpin) yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karena keselamatan yang diadakan-Nya!"


Kotbah Misa Harian, Selasa 4 Desember 2012




HIDUP DALAM ROH
 

(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)
Selasa, 4 Desember 2012
Dari Soverdi Jakarta,
Jl. Matraman Raya 125 untuk dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Membaca judul renungan pagi ini, ada dua hal yang muncul dalam benak. Dua hal yang muncul di dalam pikiran adalah hidup dalam Roh Kudus Allah dengan hidup dalam roh setan atau roh iblis. Lantas hal selanjutnya yang muncul di dalam benak adalah sebuah pertanyaan yaitu apa yang membedakan antara Hidup dalam Roh Kudus atau Hidup dalam Roh Allah dengan hidup dalam Roh setan atau roh iblis?


Perbedaan antara hidup dalam Roh Kudus dengan roh iblis sebetulnya terletak di dalam penjelasan yang sangat sederhana sebagai berikut.


Hidup dalam Roh kudus tampak dari perbuatan-perbuatan yang menyelamatkan diri, sesama dan alam sekitar kita. Misalnya seorang pemimpin agama mengatur keuangan jemaat dengan jujur dan transparan, dengan cara, brankas disimpan di dalam kamar pemimpin agama, kunci brankas dipegang oleh bendahara, sehingga ambil uang harus diketahui oleh pemimpin agama dan bendahara. Prinsip ini disampaikan kepada umat sehingga semua umat di gereja tahu dan menyetujuinya. Pengalaman ini menumbuhkan kepercayaan umat dalam memberikan apa yang mereka miliki bagi kepentingan banyak umat di dalam gereja. Contoh di atas dari sebuah gereja di NTT yang dari tahun ke tahun melaporkan keuangan gereja dalam jumlah yang selalu meningkat karena adanya manajemen keuangan yang transparan.



Sebaliknya hidup dalam roh iblis terlihat dalam perbuatan-perbuatan yang menghancurkan diri, sesama, dan alam sekitar. Contohnya, seorang pemimpin agama yang bekerja sendiri, termasuk dalam hal mengatur keuangan keagamaan. Manajemen keuangan paroki yang tertutup, tidak transparan, melahirkan berbagai imaginasi atau prasangka banyak orang terhadap pemimpin, dan dampaknya umat tidak percaya pada pemimpin yang tidak transparan dalam mengatur keuangan umat untuk kepentingan bersama. Kalau umat tidak percaya maka umat juga sulit untuk memberikan apa yang mereka miliki kepada kepentingan Gereja secara universal.



Pemimpin yang baik dan benar, yang jujur dan transparan dalam manajemen keuangan pribadi dan bersama, selalu dicari dan dipercaya bawahannya, umatnya, rakyatnya. Maka nubuat Yesaya ini tepat dan selalu aktual : "Dia (Yesus) akan dicari oleh suku-suku bangsa." Karena Yesus adalah pemimpin yang sejati, di dalam Dia ada kejujuran dan transparansi untuk keselamatan universal.


Kotbah Misa Harian, Senin 3 Desember 2012




DUNIA DALAM INJIL
 

Mrk 16: 15 – 20
1Kor 9:16-19.22-23
Kotbah Misa Harian
Senin 3 Desember 2012
di Soverdi St. Arnoldus Surabaya


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Judul renungan kali ini adalah Dunia dalam Injil. Bentuk pertanyaan yang muncul dalam benak ketika melihat judul renungan di atas adalah apa perbedaan antara Injil dalam dunia dengan Dunia dalam Injil? Perbedaan antara Dunia dalam Injil dengan Injil dalam Dunia sesungguhnya sangat jelas di dalam penjelasan berikut. Dunia dalam Injil mengandung arti bahwa yang menjadi subyek adalah Injil sedangkan yang menjadi obyek adalah dunia, sebaliknya Injil dalam dunia mengandung pesan bahwa yang menjadi subyek adalah dunia sedangkan yang menjadi obyek adalah Injil.


Paulus dan para murid Yesus menjadi misionaris yang mewartakan Injil di atas dunia. Pewartaan Injil di atas dunia yang semakin hidup di dalam hal hal yang bukan Injil atau yang bertolakbelakang dengan Injil. Injil adalah khabar gembira, sukacita, kedamaian, keadilan, kesejahteraan, kejujuran, keterbukaan, transparansi untuk kebaikan dan kebenaran bersama melintas batas.


Para misionaris dari dulu sampai sekarang dan pada masa yang akan datang, untuk selama-lamanya, selalu ada dan diutus untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa agar semua bangsa hidup dalam Injil yang menyelamatkannya.


Pewartaan Injil pada zaman ini membutuhkan sebuah pewartaan yang lahir dari teladan hidup yang berakar dalam Injil. Contoh hidup adalah pewartaan yang paling kuat pengaruhnya bagi dunia agar dunia tinggal dan hidup dalam Injil. Para misionaris pun mewartakan Injil dalam dunia maya. Teladan hidup yang nyata yang lahir dari dan berakar dalam Injil harus diwartakan dalam dunia internet agar teladan yang baik dan benar yang lahir dari Injil mendatangi hati manusia di kamar dan di laptop, di bb, di twiter, di facebook, di blogspot, di webside, di youtobe dan dalam model model dunia maya yang mempercepat pewartaan Injil ke seluruh dunia, kepada hati setiap manusia melintas batas. Dengan demikian dunia hidup dalam Injil akan tercapai.


Kotbah Misa Harian, Sabtu 15 Desember 2012

Rabu, Desember 12, 2012

SERMON AT MASS DAILY, THURSDAY, DECEMBER 13, 2012




MISSIONARIES:

BRINGING THE GOSPEL TO PEOPLE

BRINGING PEOPLE TO THE GOSPEL



ISA. 41: 13-20; MATT. 11: 11-15

SERMON AT MASS DAILY,

THURSDAY, DECEMBER 13, 2012

FROM SURABAYA TO SOVERDI WORLD


P. BENEDICT BERE MALI, SVD



An old proverb says "you can take a horse to the water, but you can't force that horse to drink from it.” It means that you can always introduce or teach someone something good and right. But even you can do so, perhaps, you cannot make them to think, to talk or to behave accordingly.
Everybody has freedom to decide and choose what is right and wrong, what is good or bad.

As a missionary, we are called to introduce God and his message to people and then to lead them to God. However, we cannot force someone to accept our teaching.

In his Ministry, Jesus gives freedom to people to accept or refuse his teaching. This is the point of today's Gospel. He does not compel people to accept him or the kingdom of God. In the Gospel he concludes his teaching by saying: "Whoever has ears ought to hear"

We all have two ears. We can use our ears to hear everything, good and bad. we have right to use our ears, but we also have capacity to control what information or new we ought to hear. we can open it to more good information, or to more rumors, gossips or bad talking about others.

 Since we have capacity, lets control open our ears to something good and useful for the benefit of others.

Whenever we hear bad or wrong information such as gossip or rumor about others, let's keep it. Advent is a good time for us also to control ourself including our ears.



Sabtu, Desember 01, 2012

Kotbah Misa Minggu Adven I. C. 2 Desember 2012




BERSIAP-SIAGA DALAM KASIH

Yer 33: 14-16
1 Tes 3 : 12-4; 2
Luk 21 : 25-28, 34-36
Misa Hari Minggu, 2 Desember 2012
Di Soverdi St. Arnoldus Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Kompas tanggal 1 Desember menurunkan sebuah artikel tentang calon presiden 2014. Rakyat Indonesia bersiap-siaga menyambut kedatangan pemimpin baru pada tahun 2014. Partai-partai besar, bersiap-siap akan mengajukan calon presiden dari non-partai, yaitu orang yang netral, bersih dari KKN, dan dapat membawa perubahan yang berarti bagi rakyat Indonesia seluruhnya. Partai-partai besar belajar dari pengalaman pemilihan Gubernur DKI  yang berasal dari orang luar, yang sungguh diharapkan membawa sebuah perubahan di DKI sebagai ibu kota Negara Indonesia, sekaligus sebagai contoh bagi seluruh rakyat Indonesia. Menantikan pemimpin yang bersih adalah sebuah kegembiraan tetapi sebuah kegoncangan bagi para koruptor.


Bacaan minggu ini mewartakan umat manusia yang siap-siaga menantikan kedatangan seorang pemimpin ideal dalam kehidupan sipil maupun dalam kehidupan religius. Yeremia, dalam bacaan pertama, bernubuat, pemimpin yang diharapkan itu adalah Mesias yang muncul dari “Tunas Keadilan Daud”. Ia membawa keadilan, kebebasan dan ketentraman bagi bangsa manusia.


Injil melukiskan kedatangan Mesias Pemimpin Ideal yang dilukiskan Yeremia itu dengan menyebutnya Anak Manusia. KedatanganNya diawali dengan tanda-tanda alam yang guncang yang menakutkan. Mengapa? Karena Anak manusia datang membawa perubahan besar yaitu kebebasan, keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang melintas batas.  Hal ini menakutkan bagi banyak orang, khususnya para penguasa dunia yang berlaku tidak adil dan menindas sesama manusia.


Paulus dalam bacaan kedua melukiskan Anak Manusia itu adalah Yesus Kristus. Kedatangan Yesus Kristus yang dimaksud adalah kedatanganNya pada akhir zaman. Yesus yang telah datang pertama sama dengan Yesus yang akan datang kedua pada akhir zaman.  KedatanganNya pertama ke dunia, telah memberikan hukum cinta kasih sebagai hukum terbesar dan terutama bagi keselamatan manusia.  Menantikan kedatanganNya yang kedua, menantikanNya dengan selalu berjaga-jaga dalam kasih. Berjaga-jaga dalam berbuat kasih berarti memberikan diri, hati, tenaga, pikiran, materi bagi keselamatan sesama secara universal.


Pertanyaan kita adalah kapan Anak Manusia itu datang? Kapan Akhir zaman itu datang? Masa adven adalah masa menantikan kedatangan Anak Manusia. Masa Adven adalah masa menantikan kedatangan Akhir zaman. Kapan persisnya tak seorang pun tahu.


Yang pasti bagi kita adalah ada kelahiran pasti ada kematian. Tetapi bagi orang beriman, kematian adalah awal kehidupan. Kita hidup pada masa antara. Masa anatara adalah masa yang menyatukan masa kelahiran dan kematian kita.


Pada masa antara ini kita menantikan kedatangan Anak Manusia dengan bersiap-siaga dalam kasih. Kita Kasih waktu untuk Tuhan dalam doa dan ekaristi untuk menyelamatkan diri dan sesama manusia melintas batas. Kita kasih pikiran kita bagi pencerahan sesama dalam komunitas dan lingkungan sekitar kita. Kita kasih tenaga dalam membangun dan menciptakan yang baik dan benar bagi  kebaikan bersama. Kita kasih materi bagi kebutuhan hidup sesama yang sangat membutuhkan.