Rabu, Januari 09, 2013

Kotbah Misa Malam Natal, Senin 24 Desember 2012



KELAHIRAN:
MEMBAWA DAMAI
ATAU
KEHANCURAN

Yes 9 : 1-6; Tit 2 : 11-14; Luk 2 : 1-14

Malam Natal
Senin 24 Desember 2012

di Stasi SP5 dan Stasi SP7,
Paroki St. Petrus SP3 Karang Senang
Keuskupan TIMIKA Untuk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Semua manusia di dunia pasti dilahirkan bukan jatuh dari langit atau tumbuh dari dalam tanah. Ada yang dilahirkan bertumbuh dan hidup membawa kebaikan tetapi ada yang dilahirkan dan bertumbuh dan berkembang serta hidup membawa kejahatan bagi dunia. Ada yang lahir membawa sukacita, damai dan kegembiraan, tetapi ada yang dilahirkan, bertumbuh dan berkembang, hidup membawa kehancuran bagi sesama.


Ada tokoh-tokoh dalam Kitab Suci yang lahir dan hidupnya membawa damai dan ada yang membawa kehancuran. Adam dan Eva dilahirkan bertumbuh dan berkembang serta hidup membawa kehancuran yang merusak Firdaus yang indah dan rapi yang diberikan Tuhan.


Yesus dan Maria dilahirkan membawa perbaikan dan penataan kembali Firdaus yang telah hilang karena dosa Adam dan Eva, sehingga Firdaus yang telah hilang ditemukan kembali. 


Bagaimana proses penemuan kembali Firdaus yang telah hilang itu dalam  kelahiran Yesus dan Maria?  Para Nabi mewartakan secara sistematis bahwa Firdaus itu hilang karena dosa Adam dan Eva dan dapat ditemukan kembali dalam kelahiran Maria dan Yesus. Perayaan penemuan kembali Firdaus dalan Kelahiran Yesus dari Maria  itulah yang kita rayakan pada Malam Natal ini. Natal Yesus membawa damai bagi dunia melintas batas. Kelahiran Yesus selalu untuk menata kembali yang rusak akibat dosa, menjadi baik kembali dalam hal relasi dengan Tuhan dan sesama.

Kahiran Yesus dirayakan tepat pada sensus penduduk atas perintah Kaisar Agustus yang dikenal sebagai pejuang kedamaian. Tuhan mempunyai rencana yang indah pada waktunya. Yesus lahir pada zaman Kaisar Agustus, dan kelahirannya membawa damai.


Apa bedanya damai kaisar Agustus dan Yesus? Perbedaannya sebetulnya ada di dalam pernyataan berikut. Kaisar Agustus pejuang kedamaian dengan mengangkat senjata membunuh para musuh, sedangkan Tuhan Yesus mengangkat senjata cinta kasih memberi hidup bagi musuh untuk hidup damai dalam Tuhan tanpa kekerasan.                 


Kita merayakan Kelahiran Tuhan Yesus sang pembawa damai sejati. Kelahiran Tuhan adalah kelahiran kita. Kelahiran Tuhan Yesus selalu membawa damai sejati bagi semua melintas batas. Kelahiran kita pun harus membawa damai sejati bagi sesama tanpa membeda-bedakan. Dengan itu makna natal Tuhan Yesus lahir dan bertumbuh serta berkembang di dalam kandang betlehem hati kita. Selamat Natal 2012.

Kotbah Misa Harian, Senin Adven 24 Desember 2012



HIDUP RAGU ATAU YAKIN

2Sam 7:1-5, 8b-12, 16
Luk : 67 – 69

Senin Adven, 24 Desember 2012
Pastoran St. Yosef Kuala Kencana
Freeport – Keuskupan Timikia


P. Benediktus Bere Mali, SVD



Dalam hidup bersama, hidup di dalam keluarga dan di dalam komunitas, sering kita menjumpai teman-sahabat yang selalu memberikan kepastian dalam mengambil sebuah kebijakan untuk kehidupan bersama, tetapi ada juga pemimpin yang senantiasa memberikan keputusan-keputusan yang ambivalen antara ya atau tidak, yang penuh dengan keraguan bagi pemimpin dan juga bagi yang dipimpinnya.


Pemimpin yang kurang yakin bahkan selalu dibayangi oleh keraguannya di dalam menentukan sebuah keputusan untuk kebijakan bersama selalu mematahkan semangat anggota atau bawahannya untuk melakukan sesuatu yang lebih berkembang maju demi kebaikan bersama. Masing-masing anggota akhirnya berjalan sendiri-sendiri tanpa sebuah koordinasi yang terarah pada tujuan kehidupan bersama untuk kebaikan bersama.


Sebaliknya seorang pemimpin yang yakin dan pasti dalam mengambil sebuah keputusan sebagai sebuah kebijakan untuk kebaikan bersama, mudah menyatukan dan mengkoordinir anggota atau bawahan yang dipimpinnya, untuk bergerak membangun gerakan bersama di dalam memajukan kehidupan bersama untuk kebaikan bersama.


Zakharia adalah seorang imam yang setiap hari lebih banyak menghabiskan waktu hidupnya di Bait Allah. Tetapi hal itu tidak menambah dan meneguhkan kepastian imannya kepada Tuhan yang dia sembah dalam panggilannya sebagai seorang imam. Dia sepertinya doa di Gereja sebagai pelarian karena isterinya mandul, dan dijadikan aib dalam pandangan umum masyarakat pada waktu itu. Imannya pada Allah belum sempurna karena dia masih dalam keadaan yang selalu ragu-ragu.


Hal ini terbukti saat Malaikat Tuhan mewartakan bahwa isterinya akan mengandung dan melahirkan Yohanes, dalam usianya yang sudah mati haid, Zakharia ragu-ragu akan hal itu. Maka Allah membisukan Zakharia, hingga imannya menjadi pasti kepada berita Tuhan tentang kelahiran Yohanes karena berkat Roh Kudus Allah. Kepastian imannya itu terungkap dalam tulisan tangannya dalam keadaan bisu, bahwa anak yang lahir itu harus diberi nama Yohanes sesuai kehendak Allah, bukan berdasarkan kehendak manusia, kehendak pribadi Zakharia yang lebih memberikan nama sesuai adat keturunan dalam budaya Yahudi pada zamannya. Hal ini menegaskan bahwa Yohanes lahir bukan berdasarkan kehendak manusia tetapi berdasarkan kehendak Allah. Maka nama bayi yang lahir dari Elisabeth pun harus sesuai kehendak Allah bukan kehendak Zakharia.


Setelah Zakharia memastikan imannya kepada Tuhan atas kelahiran Yohanes dan menulis nama Yohanes sebagai hitam di atas putih, mujizat terjadi atas diri Zakharia yang bisu kembali dapat berbicara.


Ucapan syukur atas kepastian imannya itu, Zakharia memulai dalam sukacita Tuhan memuliakan Tuhan dalam Kidung Zakharia. Orang yang mendapat rahmat berlimpah dari Tuhan dan sungguh menyadari betapa besar dan dalamnya rahmat Tuhan baginya, pasti tahu bersyukur dan berterimakasih serta memuji dan memuliakan Tuhan sebagai ungkapan imannya yang pasti kepada Tuhan.


Kita setiap hari menerima rahmat Tuhan berupa napas kehidupan yang kita terima, makanan dan minuman yang kita peroleh dari tanah ciptaan Tuhan, perhatian, cinta dan pengorbanan dari sesama kepada kita. Kita selalu memperolah bantuan dari sesama kita, yang membuat kita selalu hidup di dalam kecukupan. Kita harus tahu bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan memuji dan memuliakan Tuhan. Rahmat yang selalu kita terima dari Tuhan harus membuat kita pasti mengungkapkan iman kita kepada Tuhan sumber segala yang baik dan benar untuk kita. Kita tidak boleh meragukan Tuhan yang selalu menyertai dan memberkati kita di dalam setiap langkah hidup kita.

Kotbah Misa Harian, Minggu 23 Desember 2012



KUNJUNGAN YG MENEGUHKAN
ATAU MENGHANCURKAN

Mik 5 : 2- -5; Ibr 10 : 5-10; Luk 1 : 39-45
Minggu 23 Desember 2012
Kotbah Misa Hari Minggu IV Adven C
Di Gereja Bethlehem Kuala Kencana
Timika - Papua

P. Benediktus Bere Mali, SVD



Hari ini, Minggu, 23 Desember 2012, tepat pukul 07.00 Waktu Timika, saya untuk pertama kalinya mendarat di Bandara Timika dan mengunjungi Tanah TIMIKA-Papua.


Setelah tiba di Pastoran dan merayakan Ekaristi Pribadi, saya mengunjungi sebuah keluarga yang sakit tidak dapat berkomunikasi, untuk memberikan Komuni Kudus. Saat saya kunjung dan mendoakan serta memberkati Bapa Tom yang sakit, Bapa Tom sangat bersukacita. Kegembiraan itu diungkapkan di dalam senyumnya yang sangat mencerahkan. Keluarganya, isteri dan anak-anaknya juga sangat bersukacita karena dikunjungi pada hari Minggu Adven V ini.


Sebetulnya sukacita keluarga Bapak Tom, bukan karena saya, tetapi karena Yesus yang hadir dalam Hosti Kudus yang memberikan sukacita sejati kepada keluarga Bapak Tom. Yesus sendiri yang mengunjunginya dan membawa sukacita sejati bagi keluarga Bapak Tom.


Hari ini hari minggu adven ke-empat dalam tahun liturgi C. Tokoh utama yang ditampilkan di dalam masa penantian dan persiapan Natal ini adalah Maria Ibu Yesus. Maria sungguh secara pasti menyiapkan diri bagi kelahiran Tuhan Yesus. Maria membuka diri dan membuka Rahim Imannya yang mengandung Yesus sang Sukacita sejati bagi semua orang melintas batas.


Sukacita Yesus itu dirasakan ketika Maria Mengunjungi Elisabeth. Ketika Maria mengucapkan Salam sukacita kepada Keluarga Elisabeth, sukacita itu juga dirasakan oleh bayi yang ada di dalam rahim Elisabeth melonjak kegirangan. Kehadiran Maria adalah bagi sang sukacita sejati. Kunjungan Maria adalah sebuah kunjungan yang membawa berkat dan kegembiraan bagi yang dikunjungi.


Teladan Maria yang hadir selalu membawa sukacita Tuhan ini menjadi model bagi kehadiran kita untuk senantiasa membawa berkat dan sukacita bagi sesama. Ketika kita hadir membawa gosip dan irihati, dan kebencian maka kehadiran kita bukan kehadiran seperti Maria yang selalu membawa sukacita bagi sesama, tetapi kehadiran kita membawa kehancuran bagi sesama kita.


Apakah kehadiran saya selalu dirindukan orang atau kehadiran kita selalu ditolak oleh banyak orang?

Sabtu, Desember 22, 2012

Kotbah Misa Harian, Sabtu 22 Desember 2012



SUKACITA IBU
MEMBERI
SUKACITA ANAK

(1Sam 1:24-28; Luk 1:46-56)
Kotbah Misa Harian, Sabtu 22 Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD

Hari ini Sabtu 22 Desember 2012, dalam masa Hari Biasa Khusus Adven adalah juga kesempatan bagi kita sebagai anak mengucapkan terimakasih kepada ibu kita yang melahirkan kita dan Selamat Hari IBU untuk para ibu di mana saja berada.

        Kita yang berbahagia ini, kita yang bersukacita ini, kita yang menjadi orang pandai ini, kita yang cerdas ini, kita yang ramah tamah ini, kita yang senantiasa senyum dan damai bagi sesama ini, kita yang selalu membawa berkat bagi sesama ini, kita tidak membawa kekerasan bagi dunia dan sesama ini, pasti sangat dipengaruhi damai, sukacita, kegembiraan, ketenangan, kesabaran, ketekunan doa ibu selama masa awal penciptaan kita dalam rahimnya, sampai kita dilahirkan, dibentuk dan dibimbing dan seterusnya sampai dewasa sampai saat seperti ini.

Karakter kedua orang tua baik Bapa dan Mama, yang jujur, adil, damai, anti kekerasan, baik dan benar, dalam mengandung dan melahirkan kita sampai menjadi dewasa, adalah pembentukan karakter dasar kita dalam kehidupan  kita. Kualitas Orang tua membentuk kualitas anak.

Hari ini Maria yang sedang mengandung Yesus mengungkapkan sukacitanya yang mendalam dalam mengandung Tuhan Yesus sebagai sumber sukacita yang sejati. Kebahagiaan Maria yang mengandung Tuhan Yesus diungkapkan di dalam Kidung Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku" (Lukas 1:46-47).

Sukacita ibu, secara psikologis sebagai awal pembentukan karakter sukacita anak Yesus yang sedang dikandungnya.

Secara sosiologis, sukacita awal yang dibentuk oleh sukacita ibu yang mengandung di dalam rahim, menjadi basis bagi anak membawa sukacita bagi sesama. Yesus yang masih di dalam Rahim Maria membawa sukacita bagi Yohanes yang masih di dalam rahim Elisabeth pada saat Maria Mengunjungi Elisabeth. Sukacita dan damai ibu yang membentuk karakter anak dalam rahim itu, membentuk Yesus yang dalam hidup relasi sosialnya, sejak dalam rahim, setelah lahir dan berkarya, selalu membawa Damai dan menjadi sumber kedamaian bagi sesama termasuk musuh-musuhnya.

Secara spiritual, sukacita dan damai serta kebahagiaan Ibu yang mengandung Tuhan Yesus, bersumber dan berasal dari Allah sumber kebahagiaan sempurna.

Pertanyaan yang muncul dalam benak: Mengapa Kekerasan terjadi di dalam dunia ini? Bukankah kekerasan itu pertama-tama dikandung dan dilahirkan di dalam rahim Ibu, rahim keluarga, rahim lingkungan sekitar, rahim wilayah tertentu, rahim desun tertentu, rahim RT/RW tertentu, rahim kecamatan tertentu, dan terutama rahim hati manusia yang dibentuk sejak dalam rahim ibu?

Komunikasi nirkekerasan adalah bahasa kehidupan, harus dimulai di dalam rahim ibu, rahim keluarga, rahim lingkungan yang paling mini, demikian dalam buku NONVIOLENT COMMUNICATION A LANGUAGE OF LIFE, Marshall B. Rosenberg, Ph.D., 2003.