Minggu, Januari 20, 2013

Homili Jumat 18 Januari 2013

ADA JALAN ALTERNATIF KE TUJUAN

Jumat 18 Januari 2013
Ibr 4 : 1– 5, 11,  Mrk  2:1-12
Homili Misa di Biara St.Maria
Jl. Dharmo – Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Apa perasaan Anda ketika Anda secara tiba-tiba mendapat telephone dari Rumah, bahwa orang tua Anda sedang sakit kritis? Di samping ada rasa panik dan cemas, anda akan berjuang mencari  dan menemukan berbagai jalan alternatif untuk memberikan kesembuhan  kepada orang tua yang sakit kritis. Ketika sebuah jalan tidak dapat memberikan kesembuhan, ada jalan alternatif lain yang ditempuh untuk memberikan yang terbaik kepada orang tua yang sakit kritis.  
Ada empat pemuda yang menghadapi sahabatnya yang sakit lumpuh. Mereka telah menemukan berbagai jalan untuk memberikan yang terbaik kepada kesembuhkan sahabatnya yang lumpuh itu. Jalan alternatif terbaik yang mereka temukan dan ini adalah jalan alternatif final yaitu mereka berempat bekerja sama menggotong si lumpuh itu dan mengantarnya kepada Yesus sang penyembuh yang sangat diharapkan.
Mereka membawa Si Lumpuh itu kepada Yesus, selama berjalan di jalan menuju Yesus bukan melawati jalan tol tanpa hambatan.  Penghambat itu adalah para pendengar pengajaran Yesus yang menutupi jalan masuk kepada Yesus.
Ribuan massa yang menghalangi jalan ke Yesus, tidak membuat para pengantar Si Lumpuh itu mengalami putus asa. Mereka dalam kesulitan dan halangan itu, masih berpikir kreatif, menciptakan jalan alternatif dalam perjalanan mereka menuju dan tiba di hadapan Yesus. Jalan itu adalah mereka naik ke atas atap rumah, membuka atap rumah, lalu menurunkan si Lumpuh persis di depan Yesus yang sedang mengajar  banyak orang yang mengerumuniNya.
Apakah Yesus marah? Apakah Yesus kaget? Tidak, Yesus memberikan apresiasi yang mendalam kepada keempat orang yang berjuang dan dengan tulus hati membawa orang sakit lumpuh kepadaNya. Iman mereka itulah memberikan kesembuhan kepada si lumpuh. Iman mereka itulah yang melahirkan  mujizat.
          Ada dua mujizat yang terjadi atas orang lumpuh itu berkat iman keempat orang yang menjadi pengantar orang lumpuh kepada Yesus. Penyembuhan rohani yang dialami si lumpuh, terungkap dalam Sabda Allah :”Dosamu sudah diampuni.” Mujizat penyembuhan fisik tampak dalam Sabda Allah :”Bangunlah dan berjalanlah”.

          Iman kita berdampak sosial.  Upaya tulus hati kita mendoakan sesama, menolong sesama adalah wujudnyata bahwa kehadiran kita adalah penyelamatan bagi sesama  bukan penyesatan.



Kamis, Januari 17, 2013

Homili Kamis 17 Januari 2013



BERJUANG RAIH SEMPURNA – BAHAGIA

(Ef 6:10-13.18; Mat 19:16-21)
Atau Ibr 3: 7-14; Mrk 1:40-45
Homili Misa Kamis 17 Januari 2013
Dari St. Maria Jl. Dharmo Surabaya Untuk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Anda memiliki harta kekayaan dunia yang berlimpah-limpah, semua kebutuhan jasmani anda selalu terpenuhi, pada saat yang sama Anda mencari kesempurnaan yang lebih lagi, mencari harta kekayaan yang lebih, dengan syarat anda harus meninggalkan harta kekayaanmu yang anda saat ini punya, atau menjual hartamu itu dan hasil jualannya bagi-bagikan kepada orang lain terutama orang miskin sehingga engkau pun digolongkan sebagai orang yg tidak punya apa-apa lagi secara fisik,. Lantas apa reaksimu terhadap syarat untuk meraih lebih sempurna seperti itu?


Pertama-tama pasti Anda bingung dan setelah bingung Anda membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menjawab dan memenuhi syarat yang bagi Anda sangat berat itu. Dipastikan bahwa setelah berpikir dalam kesempatan yang lama, Anda akan menjawab bahwa Anda tidak dapat memenuhi persyaratan itu, dalam dunia yang sangat membutuhkan kemandirian dalam hal finansial untuk melaksanakan atau menjalankan bidang kehidupan yang lain. Bagi Anda syarat itu tidak masuk di akal Anda.


Pemuda kaya dalam bacaan Injil hari ini berjuang menggapai kebagiaan dan kesempurnaan yang lebih dengan datang kepada Yesus mencari petunjuk, bukan mencari petunjuk pada para normal atau orang pintar atau ke Gunung Kawi. Yesus memberikan syarat untuk mengalami kebahagiaan dan kesempurnaan, yaitu dia harus solider dengan sesama dengan menjual harta milikya kemudian hasil jualan itu dibagi-bagikan kepada orang miskin.


Berat sekali syarat itu bagi Pemuda kaya dan dia kembali ke habitatnya lama bergulat mencari kebahagiaan dalam hartanya, sehingga pemuda itu gagal dalam meraih kesempurnaan yang sejati dalam diri Yesus. Bagi pemuda itu sangat sulit dalam dunianya untuk meninggalkan hartanya apalagi menjualnya lalu bagi hasil itu kepada orang miskin, karena biaya pendidikan keluarganya mahal, kesehatan keluarganya mahal, biaya hidup harian mahal, di saat krisis ekonomi yang terus menimpah dunianya.


Maka dia katakan "Goodby" pada Yesus dan berjalan di jalan yang semakin menjauh dari Yesus sang kesempurnaan sejati. Artinya dia tidak ikut kehendak Yesus tetapi kemauannya sendiri. Ini berlawanan dengan mujizat penyembuhan si kusta terjadi karena si kusta berkata kepada Yesus memohon kesembuhan:"Jika Tuhan Mau, sembuhkanlah aku...". Artinya perubahan terjadi dalam hidup ketika manusia mau supaya hidup berdasarkan kehendak Allah.


Tetapi sebaliknya, St. Antonius Abas yang pestanya dirayakan pada hari ini, berjalan menuju kesempurnaan yang sejati yaitu Yesus. Beliau sangat terinspirasi dengan Mat 19:21 :"Jika ingin sempurna juallah semua hartamu dan bagikan kepada orang miskin lalu ikutilah Aku". Antonius adalah orang yang kaya raya memperoleh harta warisan dari orang tuanya. Dia sadar bahwa harta yang memberikan bahagia dan sempurna sejati bukan dalam harta fisik melainkan ada dalam harta rohani dalam diri Yesus.

Maka dia membalikkan pengalaman pemuda kaya itu dengan menjual semua harta miliknya dan membagikannya kepada orang miskin lalu mengikuti Tuhan Yesus. Teladan St. Antonius Abas memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam tugas perutusan kita pada zaman ini, dimana di dalam segala lini misi, kita harus mandiri sekaligus solider dengan sesama. Kadang kita terjebak dalam kemandirian sehingga seolah-olah lupa akan apa yang menjadi prioritas panggilan kita yaitu solider dalam misi menuju kemandirian umat.

Rabu, Januari 16, 2013

Homili Rabu 16 Januari 2013



YESUS DI TENGAH PENGAGUMNYA

(Ibr 2:14-18; Mrk 1:29-39)
Rabu 16 Januari 2013
Homili Misa Harian di St. Maria Ursulin
Surabaya Dharmo

P. Benediktus Bere Mali, SVD



Ketika anda di antara para pengagummu, karena kerja dan pelayanan yang memikat hati mereka, sehingga banyak kebutuhanmu selalu mereka penuhi, lantas pada saat yang demikian, dapatkah  anda berani memutuskan meninggalkan mereka, pergi ke tempat kerja yang sama sekali baru dan tanpa pengagum, tanpa kemudahan pemenuhan segala kebutuhanmu, atas perintah Pimpinan Anda berdasarkan SK pimpinan Anda?  Saya sangat yakin bahwa ini adalah  sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab seketika, perlu waktu yang agak lama untuk menjawabnya. Atau dengan kata lain, anda tidak begitu mudah meninggalkan sebuah tempat pelayanan yang disebut sebagai "tempat basa" untuk pergi ke tempat lain yang dikategorikan sebagai "tempat kering".                                       


Tetapi yang menarik bahwa ketika Yesus berhasil memberikan pelayanan yang sangat bagus dan banyak orang yang mengikutiNya, mengagumiNya, memuliakanNya, memujiNya, Yesus berani memutuskan meninggalkan mereka pergi melayani orang lain yang ada di tempat lain, yang belum tentu setelah melayani mereka, menghormatiNya, memuliakanNya dan mengagumiNya. Hal inilah ditegaskan dalam Injil hari ini. Sabda Injil hari ini mengemukakan bahwa ketika para murid menyampaikan kepada Yesus bahwa banyak orang yang mencari Yesus, ditanggapiNya dengan berkata : "Marilah kita ke tempat lain..."                                                           

Yesus bermisi dalam paradigma yang meluas dan global. Bermisi meluas berarti menjauhkan diri dari misi yang membatasi pelayanan pada tempat tertentu dan orang tertentu, tetapi pergi melayani semua manusia melintas batas, agar Injil mendiami hati semua manusia.


Bermisi dengan paradigma "Mari kita ke tempat lain..." adalah sebuah ajakan misi yang menantang sekaligus penuh inspirasi.  Misi Yesus selalu menantang untuk merevisi misi kita dewasa ini dengan bimbingan Roh Kudus yang selalu menuntun kita dengan cara-cara baru yang sangat kontekstual untuk membawa Injil agar Khabar Gembira Tuhan hidup di dalam hati semua manusia melintas batas geografis.


Misi dengan pandangan "Mari kita ke tempat lain" adalah sebuah ajakan misi untuk kita meninggalkan misi kepada orang-orang yang dilingkupi kemapanan baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, iman menuju misi kepada orang-orang yang masih labil dalam iman, ekonomi dan pendidikan, agar Kerajaan Allah, Injil dapat menjangkau aneka wilayah geografis dan terutama menjangkau aneka hati manusia.

Selasa, Januari 15, 2013

Homili Selasa 15 Januari 2013



JALAN TUHAN TANPA HAMBATAN SETAN

(Ibr 2:5-12; Mrk 1:21b-28)
Selasa 15 Januari 2013
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Beberapa hari lalu jalan A. Yani macet total karena pohon pinang tumbang mengahalangi jalan. Apakah semua orang hanya menonton pohon tumbang itu tanpa memindahkannya? Tidak. Ada petugas yang bertindak cepat memindahkan pohon tumbang itu serta membersihkan jalan itu sehingga semua kendaraan berjalan lancar menuju tujuannya masing-masing.


Jalan Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah berjalan di jalan menuju aneka wilayah dan terutama menuju wilayah hati setiap manusia. Perjalanan menuju tujuan itu tidak bebas hambatan. Setan atau iblis adalah musuh sekaligus penghalang jalan Tuhan menuju tujuan wilayah geografis seluruh dunia dan terutama menuju wilayah hati manusia. Supaya jalan tol Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah itu tanpa hambatan maka setan atau iblis yang menghalangi jalan harus dipindahkan di jalan menuju tujuan wilayah hati manusia.


Karena itulah ketika Yesus mewartakan Kerajaan Allah di dalam Rumah Ibadat di Kapernaum, yang dihadiri sekian banyak orang, Kerasukan setan dalam diri orang juga ada dalam kesempatan itu, diusir sehingga yang ada dan mendiami hati manusia tujuan akhir jalan Kerjaaan Allah yang diwartakan Yesus, menjadi tempat tinggal Tuhan di situ. Tuhan tinggal di dalam hati manusia, Kerajaan diam di dalam hati manusia sebagai pemimpin manusia berjalan di jalan yang baik dan benar. Dengan demikian manusia berjalan di jalan bersama Sabda Allah yang menyelamatkan semua orang melintas batas, bukan lagi berjalan bersama setan yang mencari kenuntungan dirinya sendiri yang menyesatkan banyak orang.

Hari ini Hari Raya Santo Arnoldus Janssen. Motonya adalah Misi Yesus adalah Misi Kita. PerutusanNya adalah peruntusan kita. Intisari adalah Misio Dei adalah sebyek bukan misi diri sebagai subyek. St. Arnoldus Janssen doakan kami agar kami berjalan di jalan Tuhan bukan berjalan di jalan setan.  

Senin, Januari 14, 2013

Homili Senin 14 Januari 2013

Mengikuti-Nya
vs
Menjauhi-Nya

(Ibr 1:1-6; Mrk 1:14-20)
Senin 14 Januari 2013
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Setiap panggilan hidup dipilih oleh banyak orang, misalnya banyak orang yang memilih kehidupan berkeluarga, banyak orang menentukan  pilihannya pada panggilan biarawan biarawati.


Di antara sekian banyak orang yang menentukan pilihan panggilan hidup yang disebutkan di atas, dapat dikelompokkan di dalam dua kelompok besar yaitu mereka yang selalu setia dalam menjalani panggilan hidupnya dan mereka yang mulai "ke lain hati" dalam perjalanan panggilan hidupnya.


Dalam Bacaan Injil, Para Murid menentukan panggilan hidupnya sebagai pemukat manusia. Panggilan itu diawali dengan ajakan Yesus kepada para murid pertama : "Mari ikutlah Aku". Mereka belum paham Sabda  Ajakan Yesus itu. Hal ini ditemukan dalam Yoh 1 yang berbicara juga tentang panggilan para murid. Mereka bertanya pada Yesus yang memanggil mereka : "Dimanakah Guru Tinggal?". Jawaban yang diberikan adalah "Mari dan Lihatlah". Dalam ketidakpahaman yang utuh itu, mereka memutuskan mengikuti Yesus.

Dalam sekian lama hidup dan tinggal bersama Yesus, serta bekerja bersama Yesus, ada proses perkembangan tetapi ada juga proses kemunduran di dalam panggilan mereka. Pengalaman para murid Yesus membuktikannya. Misalnya Petrus menjadi pemimpin hebat yang dikenang sampai selama-selamanya. Sedangkan Murid yang lain, Yudas menjadi orang yang mengkhianati Tuhan sendiri.


Dengan kata lain, pengikut Yesus terdiri dari dua kelompok besar yang terdiri dari  mereka yang berjalan di jalan Yesus semakin namanya disegani dan dihormati bahkan dikenang sepanjang zaman, sebaliknya mereka yang berjalan meninggalkan Yesus selalu diposisikan sebagai pengkhianat atau orang yang gagal.


Mereka yang mengikuti Yesus dengan setia, menjawabi warta Yesus: "bertobatlah dan percayalah kepada Injil". Mereka yang berjalan semakin menjauh dari Yesus, adalah orang yang mendengarkan Warta Yesus, terima dengan telinga kiri keluar pergi hilang di telinga kanan.


Kita termasuk kelompok mana? Kita sedang mengikuti Yesus. Di jalan ada dua arah jalan yang terbuka bagi kita. Selalu ikut jalan menuju Yesus atau berjalan menjauh atau meninggalkan Yesus. Barangkali cara pikir, cara kata dan cara laku kita selama ini selalu berada di jalan Tuhan. Atau sudah semakin menjauh dari Tuhan. Kita sadari dalam keheningan kita.