Rabu, Januari 30, 2013

PARADIGMA BARU MISI SVD SERATUS TAHUN KE DEPAN



DARI
“DUNIA PAROKI SVD”
 KE
“DUNIA MEDAN PASTORAL KATEGORIAL SVD”

Kotbah Pesta St. Yosef Freinademetz
Selasa 29 Januari 2013
Rm 15 : 13 – 19a. 20 - 21; Luk 10 : 1 – 9
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Ketika Kaul Kekal dan ditahbiskan sebagai imam SVD  kemudian tiba acara pengumuman benuming atau penempatan pertama para misionaris di utus ke seluruh dunia, ke segala bangsa, disambut dengan tepukan tangan yang sangat meriah dari umat. Peristiwa ini sadar atau tidak, lahir dari sebuah prinsip misi SVD yang memproklamasikan bahwa sesungguhnya “DUNIA ADALAH PAROKI KITA (SVD)”. Tepukan tangan itu bisa lahir dari sebuah kejutan yang lahir dari kebanggaan umat atas seorang misionaris SVD dari Indonesia ke seluruh dunia untuk menjadi pelayan di Paroki-paroki yang tersebar di seluruh dunia, di segala bangsa, dan suku serta bahasa. Seorang misionaris pun merasa bangga bahagia atas penempatan ke luar negeri karena saat itu ditempatkan sebagai misionaris produk lokal  dalam negeri untuk konsumsi internasional.   

Tetapi ketika uskup-uskup mulai mengambil paroki – paroki dari SVD, bukan lagi tepukan tangan meriah dari SVD, tetapi SVD menyerahkan paroki-paroki yang sebelumnya ditangani oleh SVD kepada Keuskupan, sesuai Hukum Gereja dan Konstitusi Serikat Sabda Allah, SVD menundukkan kepala dan mengheningkan cipta, serta mengangkat wajah menatapi masa depan SVD yang sedang berjalan di atas medan misi, dengan sebuah kepastian menggeser paradigma misi masa lalu “DUNIA ADALAH PAROKI KITA (SVD)” kepada paradigma misi masa kini dan akan datang yang kontekstual “DUNIA ADALAH MEDAN PASTORAL KATEGORIAL KITA (SVD)”.  Pergeseran paradigma misi ini sebuah tawaran yang sesegera mungkin direalisasikan dalam perjalanan SVD ke masa depan.

Kesegeraan itu ditampakkan di dalam pembangunan manusia menuju profesionalisme dalam segala bidang ilmu sosial dan ilmu pasti sebagai pintu masuk kepada misi kategorial SVD di atas  planet ini.  Nilai-nilai  iman Kristiani dialirkan ke dalam bidang-bidang karya setiap konfrater SVD, yang dimainkan secara profesional.  Profesionalisme setiap anggota dalam ilmu sosial, humaniora, ilmu pasti, teologi dan Filsafat adalah keutamaan yang menjadi jantung yang menggerakkan seluruh perjalanan hidup matinya pastoral kategorial SVD. Para pengambil kebijakan dan keputusan sesegera mungkin memberikan porsi yang lebih untuk pastoral kategorial SVD baik di tingkat distrik, rumah-rumah karya, provinsi maupun secara internasional.

Pembangunan profesionalisme Sumber Daya Manusia SVD dalam segala bidang kehidupan sekular maupun spiritual membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Investasi sumber daya manusia  diberi tempat pertama dan utama, dan sekiranya dana pembangunan fisik diminimalisir bahkan diberhentikan. Karena wajah dunia bisa diperbarui secara cepat dan berbobot melewati dunia pendidikan. Hal ini sangat ditekankan oleh seorang tokoh terkenal yaitu Nelson Mandela. Ia berkata : “Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang dapat  digunakan untuk mengubah wajah dunia” (Kompas, sabtu, 26 Januari 2013, hal. 7 ).

Profesionalisme dalam bidang karya yang diakui legal secara intrenasional baik dalam ilmu sosial, humaniora, ilmu-ilmu pasti, teologi dan filsafat, adalah pintu yeng terbuka lebar bagi SVD untuk pergi ke seluruh dunia mewartakan Khabar Gembira kepada semua orang yang dilayani. Profesionalisme dalam bidang karya yang diakui secara legal pada tingkat internasional, memudahkan SVD masuk Negara-negara yang menutupi pintunya bagi misionaris asing untuk bermisi dengan gaya misi Katolik di dalam negaranya. Misalnya Negara India menutupi pintu bagi misionaris luar India masuk ke Negara India. Tetapi dengan visa sebgai dosen professional diperkenankan untuk mengajar di Universitas di India. Indonesia menutupi pintu bagi misionaris asing masuk ke Indonesia untuk menyebarkan Injil. Tetapi pintu Indonesia terbuka bagi seorang pendidik atau dosen professional untuk mengajar di universitas di Indonesia. China menutupi pintu bagi para misonaris masuk ke China untuk tujuan mewartakan Injil dan menyebarkan agama Katolik. Tetapi pintu terbuka lebar bagi seorang dosen yang professional dalam bidangnya untuk mengajar di suatu universitas yang ada di China. Pintu yang tertutup dibuka dengan pendidikan yang professional. Pendidikan mengubah wajah dunia melintas batas.  


Peristiwa ini membuka pintu hati SVD yang  tertutup rapat oleh kebingungan yang mendalam karena semua paroki SVD diambil alih oleh keuskupan sesuai hukum Gereja dan konstitusi Serikat Sabda Allah. Pintu dunia selalu terbuka lebar bagi misi SVD. Pastoral kategorial sebuah keharusan. Pastoral Parokial ditinggalkan. Paradigma “DUNIA ADALAH PAROKI KITA” mulai perlahan gugur karena hampir semua paroki diserahkan kepada keuskupan. Inilah saatnya bagi pertumbuhan Paradigma misi SVD: “DUNIA ADALAH MEDAN PASTORAL KATEGORIAL”.

Kita memerlukan penafsiran baru atas Paulus dan Para Murid  diutus kepada bangsa-bangsa untuk mewartakan Injil seperti dalam bacaan pertama dan bacaan Injil pada pesta St. Yosef Freinademetz ini, dalam konteks dan zaman serta moment kita saat ini. Saat kita sekarang bukan pembangunan Fisik yang utama tetapi profesionalisme para agen misi dalam hal ini misionaris.

Pada saat  P. Yosef Freinademetz SVD terpilih sebagai provincial China pada tahun 1900, 113 tahun yang lalu, dia memberikan sambutannya dalam kalimat emas ini : “Kemajuan Misionaris adalah Kemajuan Misi.”  P. Yosef Freinademetz SVD  merealisasikan pemikiran atau prinsip misinya di China dengan menciptakan peluang-pelung emas bagi para misionaris SVD. 

Gaya kepemimpinannya sungguh terpuji karena sebagai pemimpin membuka peluang yang luas bagi para konfrater dan bruder misionaris mengasah dan mempertajam bidang keahlihannya secara professional. Peluang-peluang yang tercipta bagi kemajuan misionaris kemajuan misi adalah dalam bidang spiritualitas dan dalam bidang sekular sebagai lahan misi misionaris. 

 Konfrater misionaris diberi peluang untuk menata kehidupan rohani dengan retret tertata secara professional. Perpustakaan sebagai jendela dunia bagi misi Allah. Kursus-kursus keahlihan untuk kemajuan misionaris kemajuan misi. Pendidikan formal setiap misionaris untuk menjadi seorang misionaris yang profesional di dalam bidang karya misi.  Peluang-peluang yang tercipta itu dimanfaatkan untuk kemajuan misionaris kemajuan misi di China.

Misi SVD Jawa didominasi misi parokial. Beberapa Paroki sudah diserahkan kepada Keuskupan. Paroki St. Petrus Batam tepat tanggal 13 Januari 2013, SVD serahkan kepada Keuskupan Pangkal Pinang. Sementara Pastoral Kategorial masih dilihat sebelah mata hati. Kapitel General terakhir 2012, mengarahkan anggota SVD dunia kepada pastoral Kategorial. Sosialisasi Hasil Kapitel itu kepada konfrater sudah dilaksanakan. Arah dasar Provinsi pun sudah dibuat berdasarkan hasil sosialisasi kapitel General. Perlu sosialisasi kepada para Uskup tempat SVD berkarya agar bisa  sepaham dengan Gereja Lokal dalam pelaksanaan pastoral Kategorial yang dijalankan SVD di dalam wilayah teritorial keuskupan.  Dialog dan komunikasi dari SVD dengan keuskupan adalah jembatan menuju pelaksanaan pastoral kategorial berdasarkan amanat Kapitel General SVD tahun 2012.

Minggu, Januari 20, 2013

Homili Sabtu 19 Januari 2013




“MENELANJANGI DIRI
DI HADAPAN TUHAN”

Sabtu 19 Januari 2013
Ibr 4 : 12 –  16 Mrk  2:13-17
Homili Misa di Biara St.Maria
Jl. Dharmo – Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Setiap wilayah yang berada dalam kekacauan karena peperangan pasti mengundang pihak keamanan untuk memelihara keamanan dan kedamaian di tempat tersebut. Sebaliknya kalau sebuah daerah sudah damai dan masing-masing orang sadar menegakkan kedamaian di dalam hidupnya maka kebutuhan akan pihak kemanan dari luar tidak dibutuhkan lagi. Masing-masing orang dalam masyarakat adalah penjaga kemanan bagi diri dan sesamanya.
Dengan kata lain antara konflik sosial dengan pihak kemanan berlaku prinsip ini. Semakin tinggi kekacauan semakin tinggi kebutuhan akan kehadiran pihak keamanan di daerah konflik. Sebaliknya semakin aman atau semakin rendah tingkat konflik sosial atau semakin damai sebuah wilayah semakin kurang atau semakin kecil atau semakin tidak ada kebutuhan akan pihak keamanan dari luar.
Persoalannya adalah apakah dengan tidak ada konflik, kesejahteraan pihak keamanan yang kembali ke barak itu selalu terjamin dan atau apa pekerjaan alternatif bagi mereka sebagai mahkluk yang memiliki martabat sebagai makhluk bekerja? Kalau tidak ada lapangan pekerjaan alternatif yang mendukung kesejahteraan keluarga, pimpinan tidak memperhatikan kesejahteraan mereka, apakah tidak ada di dalam benak mereka dengan rancangan yang sistematis untuk menciptakan konflik agar nilai pihak keamanan tetap dibutuhkan dan pekerjaan mereka tetap ada dengan harga material yang baik untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah sebuah arahan menuju pemahaman yang global untuk menciptakan keamanan dan kedamaian universal dalam kehidupan bersama. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah sebuah tuntunan yang mengantar manusia pada umumnya dan pihak kemanan untuk mengadakan pembaharuan diri dalam membangun keamanan dan kedamaian bersama melintas batas.
Sama seperti pihak keamanan membutuhkan konflik sosial, dalam memainkan perannya memelihara keamanan dan kedamaian bersama, dan seorang dokter membutuhkan orang sakit, dalam memainkan perannya menyehatkan kembali yang sakit, demikian juga Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Yesus membutuhkan orang berdosadalam memainkan peranNya sebagai Adam Baru yang menuntun orang berdosa yang telah meninggalkan Firdaus pertama yang dihilangkan oleh Adam Lama dengan dosanya, kembali ke Firdaus Baru yang telah di temukan di dalam Yesus sendiri.
Yesus makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Yesus memangil Lewi si pemungut cukai itu menjadi muridNya. Jawaban Lewi si pendosa mengikuti Yesus menunjukkan bahwa Lewi bertobat dari cara hidup yang lama dan menempuh cara hidup yang baru. Kalau pada masa lalu Lewi memainkan perannya sebagai pemungut pajak dengan pungutan yang memeras dan mencari keuntungan untuk diri sendiri, kini dengan jawaban atas panggilan Yesus dan menjadi MuridNya, berarti dia telah meninggalkan kerja lama yang membuat dia berjalan semakin jauh dari Tuhan, dan kini dia berjalan kembali di jalan menuju jejak Yesus yang menyelamatkan. Lewi sadar akan dosanya dan kini bertobat. Lewi menelanjangi diri di hadapan Tuhan Yesus sebagai orang berdosa yang telah bertobat.
Sebaliknya Ahli Taurat yang setiap hari cukup dekat dan akrap dengan kehidupan keagamaan, membeda-bedakan sesama manusia ciptaan Tuhan, dalam relasinya. Prinsip pembedaan Ahli Taurat adalah boleh bergaul dengan orang yang tidak berdosa, tidak boleh bergaul dengan orang yang berdosa. Bagi Ahli Taurat Yesus adalah seorang yang tidak berdosa. Maka aneh, kalau Yesus itu duduk bersama orang berdosa dan makan bersama Lewi dan kawan-kawannya yang digolongkan sebagai orang berdosa.  Di sini kita menemukan bahwa Ahli Taurat itu menganggap diri mereka orang yang baik dan benar. Mereka menentukan siapa yang berdosa dan tidak berdosa. Mereka membatasi orang dalam berelasi. Orang yang berdosa hanya berelasi dengan orang yang berdosa. Orang yang berdosa tidak boleh berelasi dengan orang yang tidak berdosa. Orang yang tidak berdosa bergaul dengan orang yang tidak berdosa.

Yesus datang ke dunia untuk membongkar tembok rohani ciptaan Ahli Taurat yang sangat diskriminatif itu. Tirai pembedaan itu harus diruntuhkan. Yesus meruntuhkannya bukan dengan kekerasan. Tetapi dengan teladan dan kata. Ketika Yesus duduk makan bersama orang berdosa dan ditegur Ahli Taurat, Yesus menelanjangi pemahaman mereka yang sangat diskriminatif itu dengan berkata : “ Seorang dokter membutuhkan orang sakit. Aku datang membutuhkan orang yang berdosa, bukan orang benar.” Artinya, Yesus tidak membutuhkan orang yang menganggap diri benar seperti Ahli Taurat. Yesus membutuhkan orang yang berdosa seperti Lewi yang bertobat dengan mengikuti jalan yang dilalui Yesus yaitu jalan yang menyelamatkan, bukan menyesatkan.

Sabda Allah menelanjangi diri Lewi, Ahli Taurat dan kita para beriman, karena di hadapan Sabda Allah semuanya telanjang. (Bdk. Ibr 4 : 12 -13).

Homili Jumat 18 Januari 2013

ADA JALAN ALTERNATIF KE TUJUAN

Jumat 18 Januari 2013
Ibr 4 : 1– 5, 11,  Mrk  2:1-12
Homili Misa di Biara St.Maria
Jl. Dharmo – Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Apa perasaan Anda ketika Anda secara tiba-tiba mendapat telephone dari Rumah, bahwa orang tua Anda sedang sakit kritis? Di samping ada rasa panik dan cemas, anda akan berjuang mencari  dan menemukan berbagai jalan alternatif untuk memberikan kesembuhan  kepada orang tua yang sakit kritis. Ketika sebuah jalan tidak dapat memberikan kesembuhan, ada jalan alternatif lain yang ditempuh untuk memberikan yang terbaik kepada orang tua yang sakit kritis.  
Ada empat pemuda yang menghadapi sahabatnya yang sakit lumpuh. Mereka telah menemukan berbagai jalan untuk memberikan yang terbaik kepada kesembuhkan sahabatnya yang lumpuh itu. Jalan alternatif terbaik yang mereka temukan dan ini adalah jalan alternatif final yaitu mereka berempat bekerja sama menggotong si lumpuh itu dan mengantarnya kepada Yesus sang penyembuh yang sangat diharapkan.
Mereka membawa Si Lumpuh itu kepada Yesus, selama berjalan di jalan menuju Yesus bukan melawati jalan tol tanpa hambatan.  Penghambat itu adalah para pendengar pengajaran Yesus yang menutupi jalan masuk kepada Yesus.
Ribuan massa yang menghalangi jalan ke Yesus, tidak membuat para pengantar Si Lumpuh itu mengalami putus asa. Mereka dalam kesulitan dan halangan itu, masih berpikir kreatif, menciptakan jalan alternatif dalam perjalanan mereka menuju dan tiba di hadapan Yesus. Jalan itu adalah mereka naik ke atas atap rumah, membuka atap rumah, lalu menurunkan si Lumpuh persis di depan Yesus yang sedang mengajar  banyak orang yang mengerumuniNya.
Apakah Yesus marah? Apakah Yesus kaget? Tidak, Yesus memberikan apresiasi yang mendalam kepada keempat orang yang berjuang dan dengan tulus hati membawa orang sakit lumpuh kepadaNya. Iman mereka itulah memberikan kesembuhan kepada si lumpuh. Iman mereka itulah yang melahirkan  mujizat.
          Ada dua mujizat yang terjadi atas orang lumpuh itu berkat iman keempat orang yang menjadi pengantar orang lumpuh kepada Yesus. Penyembuhan rohani yang dialami si lumpuh, terungkap dalam Sabda Allah :”Dosamu sudah diampuni.” Mujizat penyembuhan fisik tampak dalam Sabda Allah :”Bangunlah dan berjalanlah”.

          Iman kita berdampak sosial.  Upaya tulus hati kita mendoakan sesama, menolong sesama adalah wujudnyata bahwa kehadiran kita adalah penyelamatan bagi sesama  bukan penyesatan.



Kamis, Januari 17, 2013

Homili Kamis 17 Januari 2013



BERJUANG RAIH SEMPURNA – BAHAGIA

(Ef 6:10-13.18; Mat 19:16-21)
Atau Ibr 3: 7-14; Mrk 1:40-45
Homili Misa Kamis 17 Januari 2013
Dari St. Maria Jl. Dharmo Surabaya Untuk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Anda memiliki harta kekayaan dunia yang berlimpah-limpah, semua kebutuhan jasmani anda selalu terpenuhi, pada saat yang sama Anda mencari kesempurnaan yang lebih lagi, mencari harta kekayaan yang lebih, dengan syarat anda harus meninggalkan harta kekayaanmu yang anda saat ini punya, atau menjual hartamu itu dan hasil jualannya bagi-bagikan kepada orang lain terutama orang miskin sehingga engkau pun digolongkan sebagai orang yg tidak punya apa-apa lagi secara fisik,. Lantas apa reaksimu terhadap syarat untuk meraih lebih sempurna seperti itu?


Pertama-tama pasti Anda bingung dan setelah bingung Anda membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menjawab dan memenuhi syarat yang bagi Anda sangat berat itu. Dipastikan bahwa setelah berpikir dalam kesempatan yang lama, Anda akan menjawab bahwa Anda tidak dapat memenuhi persyaratan itu, dalam dunia yang sangat membutuhkan kemandirian dalam hal finansial untuk melaksanakan atau menjalankan bidang kehidupan yang lain. Bagi Anda syarat itu tidak masuk di akal Anda.


Pemuda kaya dalam bacaan Injil hari ini berjuang menggapai kebagiaan dan kesempurnaan yang lebih dengan datang kepada Yesus mencari petunjuk, bukan mencari petunjuk pada para normal atau orang pintar atau ke Gunung Kawi. Yesus memberikan syarat untuk mengalami kebahagiaan dan kesempurnaan, yaitu dia harus solider dengan sesama dengan menjual harta milikya kemudian hasil jualan itu dibagi-bagikan kepada orang miskin.


Berat sekali syarat itu bagi Pemuda kaya dan dia kembali ke habitatnya lama bergulat mencari kebahagiaan dalam hartanya, sehingga pemuda itu gagal dalam meraih kesempurnaan yang sejati dalam diri Yesus. Bagi pemuda itu sangat sulit dalam dunianya untuk meninggalkan hartanya apalagi menjualnya lalu bagi hasil itu kepada orang miskin, karena biaya pendidikan keluarganya mahal, kesehatan keluarganya mahal, biaya hidup harian mahal, di saat krisis ekonomi yang terus menimpah dunianya.


Maka dia katakan "Goodby" pada Yesus dan berjalan di jalan yang semakin menjauh dari Yesus sang kesempurnaan sejati. Artinya dia tidak ikut kehendak Yesus tetapi kemauannya sendiri. Ini berlawanan dengan mujizat penyembuhan si kusta terjadi karena si kusta berkata kepada Yesus memohon kesembuhan:"Jika Tuhan Mau, sembuhkanlah aku...". Artinya perubahan terjadi dalam hidup ketika manusia mau supaya hidup berdasarkan kehendak Allah.


Tetapi sebaliknya, St. Antonius Abas yang pestanya dirayakan pada hari ini, berjalan menuju kesempurnaan yang sejati yaitu Yesus. Beliau sangat terinspirasi dengan Mat 19:21 :"Jika ingin sempurna juallah semua hartamu dan bagikan kepada orang miskin lalu ikutilah Aku". Antonius adalah orang yang kaya raya memperoleh harta warisan dari orang tuanya. Dia sadar bahwa harta yang memberikan bahagia dan sempurna sejati bukan dalam harta fisik melainkan ada dalam harta rohani dalam diri Yesus.

Maka dia membalikkan pengalaman pemuda kaya itu dengan menjual semua harta miliknya dan membagikannya kepada orang miskin lalu mengikuti Tuhan Yesus. Teladan St. Antonius Abas memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam tugas perutusan kita pada zaman ini, dimana di dalam segala lini misi, kita harus mandiri sekaligus solider dengan sesama. Kadang kita terjebak dalam kemandirian sehingga seolah-olah lupa akan apa yang menjadi prioritas panggilan kita yaitu solider dalam misi menuju kemandirian umat.