PELITA DALAM GELAP
Homili
Kamis 31 Januari 2013
Ibr
10 : 19 – 25
Mrk
4 : 21 – 25
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Pada tanggal 15 Februari 2010, menuju
Bandara Adisucipto Jogjakarta hendak terbang menuju Bandara Juanda Sidoardo.
Sesudah memasuki ruang tunggu tinggal beberapa menit lagi akan boarding, hujan
deras dan kabut menutupi Bandara Adisucipto. Petugas mengumumkan bahwa untuk
sementara Bandara Adisucipto ditutup karena keadaan cuaca gelap yang
menyulitkan pesawat landing dan take off.
Terang dibutuhkan dalam transportasi
darat laut dan udara untuk keselamatan bersama. Terang ditempatkan pada nomor
satu untuk keselamatan orang-orang yang mengadakan perjalanan menuju tempat
tujuan. Terang memberikan petunjuk yang jelas bagi mata untuk berjalan di jalan
yang baik dan benar menuju tujuan yang dituju. Menyembunyikan terang memberikan
peluang kepada kegelapan berkuasa. Orang yang berjalan dalam kegelapan tanpa
arahan yang jelas, kemungkina orang berjalan di atas jalan yang sangat
menyesatkan bahkan membawa kehancuran.
Kehadiran Terang sebuah kebutuhan
bagi kita manusia di dalam pekerjaan yang baik dan benar. Kerja di dalam
kegelapan membawa banyak kesalahan dan kekeliruan bahkan kehancuran bagi diri
dan banyak orang. Bacaan Injil hari ini
memberikan sebuah arahan bahwa seperti orang yang menempatkan pelita di kaki
dian yang memberikan terang baginya dalam bekerja demikian juga kita orang
beriman kepada Kristus Sang Sabda Terang Sejati menghadirkan Terang Kristus
yang membawa keselamatan bagi semua orang di dalam kehidupan dan keberadaan
kita di mana saja.
Orang yang menghadirkan Terang
Kristus yang membawa keselamatan kepada dunia, memiliki ciri-ciri yang melekat
di dalam dada dan kepalanya. Berbicara dan berperilaku secara jujur dan tulus.
Senantiasa setia membersihkan hati yang berada dalam lumpur dosa dengan air murni sakramen rekonsiliasi serta
berjalan dalam Hadirat Allah dalam suka dan duka hidupnya.
Kita dalam hidup seringkali mengotori
hati dan budi dengan berkata dan berperilaku yang menyembunyikan cacat dosa
kita dengan penampilan lahiriah yang seolah-olah tanpa persoalan. Tetapi
namanya barang yang busuk yang disembunyikan dengan cara apapun akan terasa dan
tercium kebusukannya yang telah hancur dan tak dapat tertolong lagi. Ketika
kita menyembunyikan cacat luka dengan bungkusnya yang indah seolah-olah tanpa
kekurangan, maka di situlah kita sendiri memberikan kesempatan kepada
penghancur yang menghancurkan diri sendiri. Sebaliknya ketika kita dengan
bersusah payah setia menempatkan diri pada posisi yang tepat yang dikehendaki
oleh Tuhan Yesus sang Terang Sejati, maka kita sendiri menjadi pelita yang
pertama-tama menerangi diri sendiri dan kemudian menjadi penerang bagi sesama.
Kita menjadi terang yang memberikan terang kepada sesama baik secara
intelektual mapun secara spiritual.
Hari ini adalah Pesta St. Yohanes
Bosco, pelindung kaum muda. Ada yang unik dari beliau adalah apa yang dia
sampaikan kepada anak-anak muda : “barang siapa bergaul dengan orang yang baik
akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya barangsiapa bergaul dengan orang jahat
akan cepat atau lambat menjadi orang yang jahat.” Formasi pribadi ditentukan
juga oleh lingkungan sekitar. Mayoritas yang baik akan berpengaruh pada
individu untuk adaptasi dengan yang baik yang lahir dari mayoritas. Sebaliknya
yang mayoritas berlaku jahat maka individu dalam lingkup mayoritas yang jahat
akan adaptasi juga dengan kelompok mayoritas yang jahat. Dalam bahasa Injil hari ini kalau kita berada
dalam Terang kita akan kelihatan terang. Sebalik ketika kita berdiri di dalam
kegelapan malam kelam, kita juga menjadi bagian dari kegelapan malam kelam di
mata orang lain yang memandang kita.