Rabu, Februari 27, 2013

Homili Rabu 27 Februari 2013



DESAKAN INISIATIF  PROGRESIF SVD
UNTUK PASTORAL KATEGORIAL
Homili Rabu 27 Februari 2013
Yer 18 : 18 – 20
Mzm 31 : 5-6.14.15-16
Mat 20 : 17 - 28

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Dalam kapitel general SVD yang terakhir, tahun 2012 lalu, utusan yang berbangsa India dalam Kapitel General itu cukup diperhitungkan di dalam proses pemilihan calon pemimpin tertinggi SVD dan anggota dewannya untuk masa jabatan pelayanan delapan tahun ke depan dalam memimpin SVD sedunia.
Mengapa India tidak dipandang dengan sebelah mata? Karena banyak SVD dari India yang terpilih menjadi provinsial di luar India yang menjadi peserta Kapitel dan juga beberapa utusan yang berasal dari India baik dari Negara India maupun dari luar Negara India yang menjadi peserta Kapitel General SVD 2012 di Roma.
Mengapa orang India menjadi pemimpin atau provinsial di luar India pada hal jumlah misionaris SVD Indonesia paling banyak bekerja di luar negeri, tak satu pun yang terpilih menjadi Provinsial di luar negeri?  Karena ada suatu kemungkinan yang melekat pada diri misionaris Indonesia di luar negeri maupun di dalam negeri. Barangkali Pelita inisiatif progresif misionaris Indonesia masih disimpan di bawah kolom hati tempat tidur sehingga terangnya tidak kelihatan masih tersembunyi. Sebaliknya mentari inisiatif progresif misionaris India sudah ditempatkan di menara sehingga menerangi semua orang, yang menuntun banyak SVD memilih misionaris SVD asal India untuk menempati posisi-posisi penting untuk mengambil keputusan dan kebijakan bagi roda misi SVD yang sedang menjalankan misi Allah di dunia.
Berdasarkan sharing pengalaman beberapa misionaris Indonesia yang pernah bekerja sama dengan misionaris India di luar negeri bahwa misionaris India sangat inisiatif progresif meminta secara lisan atau tertulis kepada atasan untuk studi lanjut dan kursus-kursus formal dalam formasi diri yang berkelanjutan. Kebanyakan permintaan mereka yang lahir dari inisiatif progresif itu disambut positif oleh atasan sehingga mereka secara akademis senantiasa menempati posisi – posisi penting dalam perjalanan pelayanan SVD tempat mereka bekerja melayani umat. Sebaliknya misionaris Indonesia sekalipun lebih mampu, kurang inisiatif progresif tetapi lebih tradisional dan bahkan diam sehingga atasan tidak tahu apa yang ada di dalam hati mereka untuk masa depannya dalam formasi berlanjut.
Karakter pribadi inisiatif progresif dan karakter pribadi yang tradisionalis ini dicetuskan di dalam bacaan Injil hari ini. Bagi saya Injil hari ini sangat jelas menguak dua karakter itu secara terbuka ke permukaan.
Yohanes dan Yakobus dengan ibunya adalah orang-orang yang berkarakter inisiatif progresif dalam hidupnya. Mereka secara lantang dan meyakinkan datang kepada Yesus bicara secara lisan langsung ungkapkan isi hati dan perencanaan mereka untuk diperkenankan kalau ada kesempatan untuk menempati posisi kekuasaan di samping kiri dan kanan Kerajaan Yesus. Bagi  mereka yang utama adalah mengajukan permintaan secara langsung dan terbuka kepada atasan. Persetujuan atau penolakan permintaan itu adalah soal urusan kebijakan atasan. Prinsip mereka adalah mintalah walau tidak diberi yang penting jangan mencuri. Ketuklah sekalipun pintu tidak dibukakan. Carilah sekalipun belum tentu mendapat.
Tetapi sebaliknya karakter tradisional kesepuluh murid yang lain yang lebih banyak diam, ketika ada yang inisiatif progresif hanya bisanya melahirkan kemarahan kepada mereka. Tipe kesepuluh murid adalah pribadi-pribadi yang hidup tradisional menunggu atasan perintah atau suruh baru melakukan suruhan atau perintah sehingga mereka bisanya hanya disamakan dengan burung beo atau pesuruh saja. Atasan suruh sekolah baru mereka sekolah. Ketiga gagal studi, malah mempersalahkan atasan dengan dalil,  saya sekolah bukan karena saya mau tetapi atas suruhan atasan. Orang seperti itu sesungguhnya pribadi yang sangat infantil.
Pelayanan kita dewasa ini dalam zaman yang meminta sebuah profesionalisme dalam segala bidang yang kita geluti termasuk di dalam bidang kerohanian. Inisiatif progresif para pelayan untuk memperdalam bidang yang sedang digelutinya merupakan sebuah kesegeraan yang jangan ditahan-tahan lagi. Dengan demikian pelayanan kita menjadi sebuah pelayanan yang diminati konsumen di antara sekian banyak pelayan yang semakin kreatif profesional menjawabi kebutuhan konsumen pelayanan kita termasuk di dalam bidang spiritualitas yang menjadi perhatian utama dalam perjalanan panggilan kita.
Hal seperti ini menjadi pembuka pintu lebar bagi jalan kita menuju medan misi yang terarah pada pastoral kategorial  karena tidak lama lagi pintu misi teritorial sesegera tertutup hampir di seluruh ranah diosesan baik dalam negeri maupun dalam negeri. Maka kita semestinya belajar misi yang berstrategi yang dilakukan oleh P. Superior General SVD baru, ketika beliau masih provinsial di Philipina, beliu menerapkan prinsip bahwa setiap konfrater SVD bekerja lima tahun atau tiga tahun wajib diberi kesempatan untuk studi lanjut secara formal. Ini adalah jalan lebar bagi pastoral katerial SVD sejagat. Jalan ideal yang sesegera ditempuh oleh kita pada saat ini dan nanti adalah mari kita duduk bersama saling berbagi ide dan gagasan untuk menyusun strategi misi pastoral kategorial sehingga yang dihasilkan dan dilaksanakan adalah inisiatif progresif kita, karena menyatukan inisiatif progresif bawahan dan atasan. Peran kekuasaan menjadi kunci dalam menjembatani sekaligus menyatukan inisiatif progresif meraih bawan dan atasan untuk menghasilkan inisiatif progresif kita untuk pastoral kategorial yang sangat mendesak kita SVD di Indonesia maupun di luar negeri.  

desakan inisiatif Progresif SVD untuk Pastoral Kategorial



DESAKAN INISIATIF  PROGRESIF SVD
UNTUK PASTORAL KATEGORIAL
Homili Rabu 27 Februari 2013
Yer 18 : 18 – 20
Mzm 31 : 5-6.14.15-16
Mat 20 : 17 - 28

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Dalam kapitel general SVD yang terakhir, tahun 2012 lalu, utusan yang berbangsa India dalam Kapitel General itu cukup diperhitungkan di dalam proses pemilihan calon pemimpin tertinggi SVD dan anggota dewannya untuk masa jabatan pelayanan delapan tahun ke depan dalam memimpin SVD sedunia.
Mengapa India tidak dipandang dengan sebelah mata? Karena banyak SVD dari India yang terpilih menjadi provinsial di luar India yang menjadi peserta Kapitel dan juga beberapa utusan yang berasal dari India baik dari Negara India maupun dari luar Negara India yang menjadi peserta Kapitel General SVD 2012 di Roma.
Mengapa orang India menjadi pemimpin atau provinsial di luar India pada hal jumlah misionaris SVD Indonesia paling banyak bekerja di luar negeri, tak satu pun yang terpilih menjadi Provinsial di luar negeri?  Karena ada suatu kemungkinan yang melekat pada diri misionaris Indonesia di luar negeri maupun di dalam negeri. Barangkali Pelita inisiatif progresif misionaris Indonesia masih disimpan di bawah kolom hati tempat tidur sehingga terangnya tidak kelihatan masih tersembunyi. Sebaliknya mentari inisiatif progresif misionaris India sudah ditempatkan di menara sehingga menerangi semua orang, yang menuntun banyak SVD memilih misionaris SVD asal India untuk menempati posisi-posisi penting untuk mengambil keputusan dan kebijakan bagi roda misi SVD yang sedang menjalankan misi Allah di dunia.
Berdasarkan sharing pengalaman beberapa misionaris Indonesia yang pernah bekerja sama dengan misionaris India di luar negeri bahwa misionaris India sangat inisiatif progresif meminta secara lisan atau tertulis kepada atasan untuk studi lanjut dan kursus-kursus formal dalam formasi diri yang berkelanjutan. Kebanyakan permintaan mereka yang lahir dari inisiatif progresif itu disambut positif oleh atasan sehingga mereka secara akademis senantiasa menempati posisi – posisi penting dalam perjalanan pelayanan SVD tempat mereka bekerja melayani umat. Sebaliknya misionaris Indonesia sekalipun lebih mampu, kurang inisiatif progresif tetapi lebih tradisional dan bahkan diam sehingga atasan tidak tahu apa yang ada di dalam hati mereka untuk masa depannya dalam formasi berlanjut.
Karakter pribadi inisiatif progresif dan karakter pribadi yang tradisionalis ini dicetuskan di dalam bacaan Injil hari ini. Bagi saya Injil hari ini sangat jelas menguak dua karakter itu secara terbuka ke permukaan.
Yohanes dan Yakobus dengan ibunya adalah orang-orang yang berkarakter inisiatif progresif dalam hidupnya. Mereka secara lantang dan meyakinkan datang kepada Yesus bicara secara lisan langsung ungkapkan isi hati dan perencanaan mereka untuk diperkenankan kalau ada kesempatan untuk menempati posisi kekuasaan di samping kiri dan kanan Kerajaan Yesus. Bagi  mereka yang utama adalah mengajukan permintaan secara langsung dan terbuka kepada atasan. Persetujuan atau penolakan permintaan itu adalah soal urusan kebijakan atasan. Prinsip mereka adalah mintalah walau tidak diberi yang penting jangan mencuri. Ketuklah sekalipun pintu tidak dibukakan. Carilah sekalipun belum tentu mendapat.
Tetapi sebaliknya karakter tradisional kesepuluh murid yang lain yang lebih banyak diam, ketika ada yang inisiatif progresif hanya bisanya melahirkan kemarahan kepada mereka. Tipe kesepuluh murid adalah pribadi-pribadi yang hidup tradisional menunggu atasan perintah atau suruh baru melakukan suruhan atau perintah sehingga mereka bisanya hanya disamakan dengan burung beo atau pesuruh saja. Atasan suruh sekolah baru mereka sekolah. Ketiga gagal studi, malah mempersalahkan atasan dengan dalil,  saya sekolah bukan karena saya mau tetapi atas suruhan atasan. Orang seperti itu sesungguhnya pribadi yang sangat infantil.
Pelayanan kita dewasa ini dalam zaman yang meminta sebuah profesionalisme dalam segala bidang yang kita geluti termasuk di dalam bidang kerohanian. Inisiatif progresif para pelayan untuk memperdalam bidang yang sedang digelutinya merupakan sebuah kesegeraan yang jangan ditahan-tahan lagi. Dengan demikian pelayanan kita menjadi sebuah pelayanan yang diminati konsumen di antara sekian banyak pelayan yang semakin kreatif profesional menjawabi kebutuhan konsumen pelayanan kita termasuk di dalam bidang spiritualitas yang menjadi perhatian utama dalam perjalanan panggilan kita.
Hal seperti ini menjadi pembuka pintu lebar bagi jalan kita menuju medan misi yang terarah pada pastoral kategorial  karena tidak lama lagi pintu misi teritorial sesegera tertutup hampir di seluruh ranah diosesan baik dalam negeri maupun dalam negeri. Maka kita semestinya belajar misi yang berstrategi yang dilakukan oleh P. Superior General SVD baru, ketika beliau masih provinsial di Philipina, beliu menerapkan prinsip bahwa setiap konfrater SVD bekerja lima tahun atau tiga tahun wajib diberi kesempatan untuk studi lanjut secara formal. Ini adalah jalan lebar bagi pastoral katerial SVD sejagat. Jalan ideal yang sesegera ditempuh oleh kita pada saat ini dan nanti adalah mari kita duduk bersama saling berbagi ide dan gagasan untuk menyusun strategi misi pastoral kategorial sehingga yang dihasilkan dan dilaksanakan adalah inisiatif progresif kita, karena menyatukan inisiatif progresif bawahan dan atasan. Peran kekuasaan menjadi kunci dalam menjembatani sekaligus menyatukan inisiatif progresif meraih bawan dan atasan untuk menghasilkan inisiatif progresif kita untuk pastoral kategorial yang sangat mendesak kita SVD di Indonesia maupun di luar negeri.  

Selasa, Februari 26, 2013

Homili kamis 24 Januari 2013

MOTIVASI IKUT YESUS

Homili Kamis 24 Januari 2013
Ibr 7 : 25 – 8 : 6
Mzm 40 : 7 – 10. 17
Mrk 3 : 7 - 12

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Ada tiga hal penting yang perlu dicatat ketika peristiwa napak tilas misi SVD di Pulau dewata yang dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2013. Pertama:  tokoh SVD atau misionaris awal atau perintis di Bali. Kedua: Lokus atau tempat. Ketiga: Peristiwa.   Ketiga hal ini dialami oleh semua yang ikut napak tilas ini. Ketika tiba di Negara, kita disambut dengan sebuah sapaan yang mengejutkan. Ternyata hampir semua umat Negara mengharapkan kehadiran Rm Herry Ballhorn SVD di antara sekian banyak misionaris SVD yang ada dan tiba di dalam Gereja Negara.
Muncul pertanyaan dalam diri saya, mengapa mereka lebih mengharapkan kedatangan Pastor SVD yang satu ini daripada yang lainnya? Apa keunggulannya sehingga sangat diharapkan kehadirannya? Dari pembicaraan yang disampaikan di dalam sambutan-sambutan di dalam Gereja Negara bahwa pastor yang satu ini disiplin dalam tugas pelayanan dan setia melaksanakan pastoral keluarga secara menyeluruh dan merata. Pastor yang satu ini melayani dengan sikap tegas dan sangat disiplin.  Mereka mengharapkan kehadiran pastor yang satu ini sebagai sebuah sentilan bagi para misinaris SVD baik di Bali ataupun di mana saja untuk memberikan kesan positif dalam melayani sehingga umat tetap kenang kebaikan misionaris  bukan keburukannya.  Romo Heri Ballhorn SVD meletakkan dasar yang kuat dalam menanamkan iman dan disiplin hidup yang kuat di setiap Paroki yang dilayaninya. Dari Pelayanan Misionaris di Bali kini banyak yang menjadi pengikut Yesus. Banyak orang Bali yang menjadi imam, biarawan dan biarawati.

Injil hari ini memberitakan tentang banyak orang yang mengikuti Yesus. Ada dua kelompok besar yang mengikuti Yesus. Mereka yang sehat dan mereka yang sakit. Mereka dipenuhi oleh  Roh Kudus dan mereka yang dirasuki roh setan atau Iblis. Mereka yang datang kepada Yesus melakukan kehendakNya dan Mereka yang datang kepada Yesus melawan Yesus. Yesus menerima mereka semua. Mereka yang dipenuhi Roh Kudus semakin dekat dengan Yesus mengalami pelayanan Yesus. Mereka yang merasuki manusia yaitu setan atau iblis mengalah dan tunduk di hadapan Kuasa Allah. Hal ini jelas di dalam Inil hari ini “Bilamana roh-roh jahat melihat Yesus, mereka jatuh tersungkur di hadapanNya dan berteriak…” .
Dari banyak orang yang mengikuti Yesus itu memiliki motivasi yang tidak terungkap dalam Injil. Roh – roh jahat ikut Yesus untuk melawan dan menghalangi orang-orang yang ikut Yesus dan Yesus sendiri. Orang-orang yang ikut Yesus itu barangkali hanya mau mendapat penyembuhan dari Yesus sesudah itu hilang tanpa muncul lagi di Bait Allah untuk berdoa berkomunikasi dengan Tuhan Yesus. Tetapi pasti diantara mereka itu banyak yang beriman kepada Yesus secara jujur dan tulus.

Kita mengikuti Yesus dengan motivasi yang jujur dan tulus untuk menjadi pelayan seperti Yesus yang selalu mempunyai waktu untuk melayani sesama yang datang kepadaNya. Kita mengikuti Yesus bukan karena motivasi duniawi yang sifatnya sementara, misalnya kita mengikuti Yesus bukan karena mencari hormat dan status yang tinggi tetapi pertama dan teruatama adalah kita dipanggil dan mengikuti Yesus untuk melayani bukan untuk dilayani. Yesus dipandang dari statusNya, Dia adalah Anak Allah tetapi kehadirannya adalah sebagai hamba yang melayani semua orang dari segala golongan yang datang kepadaNya tanpa penolakan kepada siapapun. Teladan Yesus adalah kekuatan bagi karya pelayanan kita para pengikutNya di zaman ini.  




Homili Selasa 22 Januari 2013



ATURAN DAN KEMANUSIAAN
Homili Selasa 22 Januari 2013
Ibr 6 : 10 – 20
Mrk 2 : 23 – 28

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Di sebuah asrama, terjadi persoalan yang kurang diinginkan oleh para anak asrama karena pembuat aturan dalam hal ini pemimpin menerapkan aturan yang pelaksanaannya tidak masuk akal dan tidak kontekstual.
Ada kegiatan bersama yang sudah direncanakan bersama untuk dilaksanakan. Kegiatan itu adalah setiap angkatan atau tingkat mengadakan rekreasi angkatan atau tingkat. Kendaraan yang ada di asrama itu dapat digunakan untuk melaksanakan rekreasi. Tetapi pada hari H, sebuah angkatan tidak diberikan mobil untuk digunakan pergi rekreasi tanpa alasan yang masuk akal. Pemimpin asrama itu mempunyai kejengkelan terhadap salah seorang dari angkatan yang bersangkutan. Ungkapan kejengkelan itu lewat tidak memberikan kendaraan asrama kepada angkatan itu untuk pergi rekreasi. Kemudain semua angkatan itu marah karena rencana mereka digagalkan. Kendaraan tidak diberikan kepada mereka untuk rekreasi.
Angkatan itu marah pada pimpinan asrama. Ungkapan kemarahan adalah mereka menggunakan uang yang dikumpulkan itu membeli anakan pisang lalu menanam pisang di kebun asrama. Pisang yang mereka tanam itu mereka berinama PISANG KEMARAHAN. Lebih baik alirkan kemarahan dengan menanam pisang daripada memukul pimpinan asrama.
Injil hari ini menampilkan dua paradigma yang berbeda tentang aturan khususnya tentang Hari Sabat. Orang-orang Farisi memandang aturan itu subyek sedang manusia itu obyek. Prinsip mereka adalah manusia untuk aturan. Sebaliknya Yesus berpandangan berbeda dengan orang-orang Farisi. Manusia adalah subyek atas aturan. Prinsip Yesus adalah aturan untuk manusia. Aturan membuat manusia semakin berkemanusiaan. Bukan aturan menindas manusia sehingga menodai kemanusiaannya.
Ketika orang Farisi melarang para muridNya yang memetik bulir gandum pada hari Sabat dengan tujuan untuk makanan mereka demi mempertahankan hidup mereka, Yesus bersabda kepada mereka : “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat. Jadi Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari sabat”. Hal ini membenarkan apa yang dikatakan dalam Perjanjian Lama.”Ketika Daud dan Para penggiringnya kekurangan dan kelaparan, Daud Masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Agung lalu makan sajian yang tidak boleh di makan kecuali oleh imam-imam. Sajian itu diberikan juga kepada pengikut-pengikutnya yang kekurangan dan kelaparan. Contoh ini adalah lawan aturan untuk hidup manusia. Bukan taat aturan yang membiarkan kematian terjadi.
Kita membuat banyak aturan prosedural dalam kehidupan bersama baik di dalam kehidupan sipil maupun di dalam lembaga-lembaga religius. Aturan-aturan itu dibuat untuk kita manusia semakin menampilkan kemanusiaan kita. Bukan aturan itu dibuat hanya untuk pembuat pembuat aturan sejahtera tetapi menyengsarakan rakyat di daerah periferi. Aturan atau undang-undang yang dibuat harus mengantar semua orang baik pemimpin maupun rakyatnya kepada kesejahteran yang adil dan merata.