Kamis, Maret 21, 2013

Otak Pendek vs Otak Panjang


DIAM VS DIALOG
Homili Kamis 21 Maret 2013
Kej 17 : 3 – 9
Mzm 105 : 4 – 9
Yoh 8 : 51 – 59

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Seorang  pemuda yang akan memilih seorang gadis cantik yang akan menjadi isterinya, atau seorang gadis cantik  menentukan pilihan pada seorang pemuda ganteng yang akan menjadi suaminya, pasti mengawali rencana cinta mereka menuju bahtera keluarga dengan saling mengenal satu dengan yang lain melalui dialog dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang ada atau berdialog secara langsung face to face secara intens.  Pengenalan itu meliputi semua keunggulan masing-masing pribadi dan kekurangan dan kelemahan serta keterbatasan pribadi yang melekat dalam diri mereka masing-masing, agar kelak menjalani bahtera kehidupan berkeluarga mereka dengan penuh cinta dan saling pengertian menuju sebuah keluarga yang penuh bahagia dan sukacita. Keterbukaan baik dari pria atau gadis itu bisa membangun sebuah cinta yang lebih mengikat kuat rencana bahtera keluarga yang mereka jalani, atau juga bisa jadi melalui saling mengenal satu dengan yang lain itu membuat  masing-masing orang berhenti sejenak merenung lalu bisa jadi mengampil keputusan yang saling meninggalkan karena usai pembicaraan secara terbuka dan mendalam itu membawa hal-hal yang akan menyulitkan atau memacetkan perjalanan bahtera keluarga pada masa yang akan datang.
Sebaliknya kalau pemuda dan pemudi yang saling cinta itu sama-sama pribadi bertipe diam atau introvert, maka akan sulit saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain. Orang yang introvert sedikit berdialog secara langsung sebatas hal-hal yang penting, lebih banyak dengan bahasa tubuhnya yang perlu ditafsir yang bisa jadi penafsiran itu mendatangkan semakin pasti mengenal satu dengan yang lain, atau bisa jadi sebaliknya membawa sebuah pengenalan satu sama lain secara keliru. Keadaan pribadi yang introvert itu pada akhirnya mengantar kedua pribadi itu menuju sebuah keluarga maka keluarga itu menjadi keluarga yang introvert di mata banyak orang di sekitarnya.  
Bacaan Pertama hari ini berbicara tentang keterbukaan yang membawa keselamatan bukan perpisahan atau perpecahan.  Allah membuka diri kepada Abram dan Abraham membuka diri kepada Allah dengan bersembah sujud kepadaNya. Allah berbicara dan Abraham mendengarkan dalam sembah bhakti kepadaNya. Kerendahan hati Abraham mendengarkan  Allah yang bersabda  kepadanya, membawa pembaruan yang besar dalam seluruh sejarah perjalanan hidupnya. Kalau dulu namanya Abram yang menjadi bapa keluarga yang otak pendek karena berpikir dan berkata serta bertindak sebatas untuk dirinya sendiri, kemudian dibarui menjadi Abraham bapa bangsa-bangsa yang otak panjang yang berpikir, berkata-kata serta berkarya melayani kepentingan banyak orang. Kalau dulu Abram tanpa keturunan, kemudian dibarui menjadi Abraham yang memiliki banyak keturunan. Kalau dulu Abram hidup tanpa arah dan harapan akan masa depan yang cerah, kemudian dibarui menjadi Abraham yang penuh harapan akan masa depan dengan diberi janji oleh Allah bahwa dari keturunannyalah akan lahir dan muncul raja-raja yang memimpin bangsa-bangsa. Kalau dulu Abram yang tidak setia pada Tuhan, kemudian dibarui menjadi Abraham yang senantiasa setia kepada Tuhan. Kalau dulu Abram yang belum bertobat, berjalan di atas jalan kesempitan otak pendek, kemudian dibarui menjadi Abraham yang berjalan di jalan keluasan otak panjang yang berpikiran luas multidimensi, berkata-kata secara bijaksana dan bertindak secara simpatik bagi semua orang.  
Mazmur tanggapan hari ini mengemukakan sebuah doa keturunan Abraham kepada Allah yang diimaninya untuk senantiasa mencari dan menemukan serta hidup dan tinggal di dalam Rumah Allah yang selalu memberikan keamanan dan keselamatan abadi yang dijanjikanNya kepada bangsa-bangsa keturunan satu bapa Abraham. Dalam konteks Mazmur tanggapan ini, bertobat berarti berjalan meninggalkan jalan Abram yang tidak setia, menuju perjalanan dalam jalan Abraham yang selalu setia berkomunikasi dengan Allah dalam sembah sujud doa-doa kepadaNya, yang kemudian dari kekuatan doa dan komunikasi dengan Allah itu menuntun pendoa kepada pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyelamatkan semua bangsa melintas batas.
Bacaan Injil hari ini menampilkan kepada kita tentang Yesus yang memberi hidup di dunia dan memberi hidup yang kekal di Surga. Yesus seorang pribadi yang terbuka menyampaikan identitas diriNya secara jujur dan tulus kepada orang-orang Yahudi yang menantikan kedatangan Mesias sang Penyelamat. Yesus adalah YAHWE yang mereka nantikan untuk menyelamatkan mereka.  SabdaNya kepada orang-orang Yahudi secara langsung menyatakan kepastian yang mengusir semua keraguan orang Yahudi akan kedatangan Sang Mesias yang dinantikan. Yesus bersabda :                     “… Barangsiapa menuruti Firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya.” Keterbukaan Yesus menyampaikan identitas diriNya kepada mereka itu bukan membawa kepastian kepada orang Yahudi, tetapi mereka justru melahirkan amarah kepadaNya.  Mereka merasa bahwa pernyataan diri Yesus itu adalah sebuah pernyataan diri yang lahir dari seorang yang sedang kerasukan setan. Reaksi emosional bangsa Yahudi terhadap pernyataan diri Allah itu, justru melahirkan karakter kesetanan di dalam diri mereka, yang karyanya berlawanan dengan karakter Mesias yang menyelamatkan bangsa-bangsa lintas batas. Setan ada dan bekerja untuk egoisme dan menghancurkan sesama. Setan ada di dalam diri orang Yahudi. Mereka berusaha untuk membunuh Allah yang membuka diri kepada mereka. Mereka tidak bersyukur atas kedatangan Allah yang menyelamatkan. Tetapi mereka mau membunuh Tuhan yang menyelamatkan semua orang, agar mereka menjadi tuhan yang lahir dari egoime mereka.
Konteks bacaan Injil ini membimbing kita untuk memahami dan melaksanakan pertobatan secara tepat di dalam masa prapaskah ini. Bertobat berarti berjalan meninggalkan cara kesetanan orang Yahudi yang berupaya membunuh Tuhan untuk menjadikan dirinya tuhan yang lahir dari egoisme dan kesombongan mereka, menuju perjalanan dalam Tuhan Yesus yang senantiasa menyelamatkan semua orang melintas batas.

Diam vs Dialog


DIAM VS DIALOG
Homili Kamis 21 Maret 2013
Kej 17 : 3 – 9
Mzm 105 : 4 – 9
Yoh 8 : 51 – 59

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Seorang  pemuda yang akan memilih seorang gadis cantik yang akan menjadi isterinya, atau seorang gadis cantik  menentukan pilihan pada seorang pemuda ganteng yang akan menjadi suaminya, pasti mengawali rencana cinta mereka menuju bahtera keluarga dengan saling mengenal satu dengan yang lain melalui dialog dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang ada atau berdialog secara langsung face to face secara intens.  Pengenalan itu meliputi semua keunggulan masing-masing pribadi dan kekurangan dan kelemahan serta keterbatasan pribadi yang melekat dalam diri mereka masing-masing, agar kelak menjalani bahtera kehidupan berkeluarga mereka dengan penuh cinta dan saling pengertian menuju sebuah keluarga yang penuh bahagia dan sukacita. Keterbukaan baik dari pria atau gadis itu bisa membangun sebuah cinta yang lebih mengikat kuat rencana bahtera keluarga yang mereka jalani, atau juga bisa jadi melalui saling mengenal satu dengan yang lain itu membuat  masing-masing orang berhenti sejenak merenung lalu bisa jadi mengampil keputusan yang saling meninggalkan karena usai pembicaraan secara terbuka dan mendalam itu membawa hal-hal yang akan menyulitkan atau memacetkan perjalanan bahtera keluarga pada masa yang akan datang.
Sebaliknya kalau pemuda dan pemudi yang saling cinta itu sama-sama pribadi bertipe diam atau introvert, maka akan sulit saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain. Orang yang introvert sedikit berdialog secara langsung sebatas hal-hal yang penting, lebih banyak dengan bahasa tubuhnya yang perlu ditafsir yang bisa jadi penafsiran itu mendatangkan semakin pasti mengenal satu dengan yang lain, atau bisa jadi sebaliknya membawa sebuah pengenalan satu sama lain secara keliru. Keadaan pribadi yang introvert itu pada akhirnya mengantar kedua pribadi itu menuju sebuah keluarga maka keluarga itu menjadi keluarga yang introvert di mata banyak orang di sekitarnya.  
Bacaan Pertama hari ini berbicara tentang keterbukaan yang membawa keselamatan bukan perpisahan atau perpecahan.  Allah membuka diri kepada Abram dan Abraham membuka diri kepada Allah dengan bersembah sujud kepadaNya. Allah berbicara dan Abraham mendengarkan dalam sembah bhakti kepadaNya. Kerendahan hati Abraham mendengarkan  Allah yang bersabda  kepadanya, membawa pembaruan yang besar dalam seluruh sejarah perjalanan hidupnya. Kalau dulu namanya Abram yang menjadi bapa keluarga yang otak pendek karena berpikir dan berkata serta bertindak sebatas untuk dirinya sendiri, kemudian dibarui menjadi Abraham bapa bangsa-bangsa yang otak panjang yang berpikir, berkata-kata serta berkarya melayani kepentingan banyak orang. Kalau dulu Abram tanpa keturunan, kemudian dibarui menjadi Abraham yang memiliki banyak keturunan. Kalau dulu Abram hidup tanpa arah dan harapan akan masa depan yang cerah, kemudian dibarui menjadi Abraham yang penuh harapan akan masa depan dengan diberi janji oleh Allah bahwa dari keturunannyalah akan lahir dan muncul raja-raja yang memimpin bangsa-bangsa. Kalau dulu Abram yang tidak setia pada Tuhan, kemudian dibarui menjadi Abraham yang senantiasa setia kepada Tuhan. Kalau dulu Abram yang belum bertobat, berjalan di atas jalan kesempitan otak pendek, kemudian dibarui menjadi Abraham yang berjalan di jalan keluasan otak panjang yang berpikiran luas multidimensi, berkata-kata secara bijaksana dan bertindak secara simpatik bagi semua orang.  
Mazmur tanggapan hari ini mengemukakan sebuah doa keturunan Abraham kepada Allah yang diimaninya untuk senantiasa mencari dan menemukan serta hidup dan tinggal di dalam Rumah Allah yang selalu memberikan keamanan dan keselamatan abadi yang dijanjikanNya kepada bangsa-bangsa keturunan satu bapa Abraham. Dalam konteks Mazmur tanggapan ini, bertobat berarti berjalan meninggalkan jalan Abram yang tidak setia, menuju perjalanan dalam jalan Abraham yang selalu setia berkomunikasi dengan Allah dalam sembah sujud doa-doa kepadaNya, yang kemudian dari kekuatan doa dan komunikasi dengan Allah itu menuntun pendoa kepada pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyelamatkan semua bangsa melintas batas.
Bacaan Injil hari ini menampilkan kepada kita tentang Yesus yang memberi hidup di dunia dan memberi hidup yang kekal di Surga. Yesus seorang pribadi yang terbuka menyampaikan identitas diriNya secara jujur dan tulus kepada orang-orang Yahudi yang menantikan kedatangan Mesias sang Penyelamat. Yesus adalah YAHWE yang mereka nantikan untuk menyelamatkan mereka.  SabdaNya kepada orang-orang Yahudi secara langsung menyatakan kepastian yang mengusir semua keraguan orang Yahudi akan kedatangan Sang Mesias yang dinantikan. Yesus bersabda :                     “… Barangsiapa menuruti Firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya.” Keterbukaan Yesus menyampaikan identitas diriNya kepada mereka itu bukan membawa kepastian kepada orang Yahudi, tetapi mereka justru melahirkan amarah kepadaNya.  Mereka merasa bahwa pernyataan diri Yesus itu adalah sebuah pernyataan diri yang lahir dari seorang yang sedang kerasukan setan. Reaksi emosional bangsa Yahudi terhadap pernyataan diri Allah itu, justru melahirkan karakter kesetanan di dalam diri mereka, yang karyanya berlawanan dengan karakter Mesias yang menyelamatkan bangsa-bangsa lintas batas. Setan ada dan bekerja untuk egoisme dan menghancurkan sesama. Setan ada di dalam diri orang Yahudi. Mereka berusaha untuk membunuh Allah yang membuka diri kepada mereka. Mereka tidak bersyukur atas kedatangan Allah yang menyelamatkan. Tetapi mereka mau membunuh Tuhan yang menyelamatkan semua orang, agar mereka menjadi tuhan yang lahir dari egoime mereka.
Konteks bacaan Injil ini membimbing kita untuk memahami dan melaksanakan pertobatan secara tepat di dalam masa prapaskah ini. Bertobat berarti berjalan meninggalkan cara kesetanan orang Yahudi yang berupaya membunuh Tuhan untuk menjadikan dirinya tuhan yang lahir dari egoisme dan kesombongan mereka, menuju perjalanan dalam Tuhan Yesus yang senantiasa menyelamatkan semua orang melintas batas.

Homili Kamis 21 Maret 2013


DIAM VS DIALOG
Homili Kamis 21 Maret 2013
Kej 17 : 3 – 9
Mzm 105 : 4 – 9
Yoh 8 : 51 – 59

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Seorang  pemuda yang akan memilih seorang gadis cantik yang akan menjadi isterinya, atau seorang gadis cantik  menentukan pilihan pada seorang pemuda ganteng yang akan menjadi suaminya, pasti mengawali rencana cinta mereka menuju bahtera keluarga dengan saling mengenal satu dengan yang lain melalui dialog dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang ada atau berdialog secara langsung face to face secara intens.  Pengenalan itu meliputi semua keunggulan masing-masing pribadi dan kekurangan dan kelemahan serta keterbatasan pribadi yang melekat dalam diri mereka masing-masing, agar kelak menjalani bahtera kehidupan berkeluarga mereka dengan penuh cinta dan saling pengertian menuju sebuah keluarga yang penuh bahagia dan sukacita. Keterbukaan baik dari pria atau gadis itu bisa membangun sebuah cinta yang lebih mengikat kuat rencana bahtera keluarga yang mereka jalani, atau juga bisa jadi melalui saling mengenal satu dengan yang lain itu membuat  masing-masing orang berhenti sejenak merenung lalu bisa jadi mengampil keputusan yang saling meninggalkan karena usai pembicaraan secara terbuka dan mendalam itu membawa hal-hal yang akan menyulitkan atau memacetkan perjalanan bahtera keluarga pada masa yang akan datang.
Sebaliknya kalau pemuda dan pemudi yang saling cinta itu sama-sama pribadi bertipe diam atau introvert, maka akan sulit saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain. Orang yang introvert sedikit berdialog secara langsung sebatas hal-hal yang penting, lebih banyak dengan bahasa tubuhnya yang perlu ditafsir yang bisa jadi penafsiran itu mendatangkan semakin pasti mengenal satu dengan yang lain, atau bisa jadi sebaliknya membawa sebuah pengenalan satu sama lain secara keliru. Keadaan pribadi yang introvert itu pada akhirnya mengantar kedua pribadi itu menuju sebuah keluarga maka keluarga itu menjadi keluarga yang introvert di mata banyak orang di sekitarnya.  
Bacaan Pertama hari ini berbicara tentang keterbukaan yang membawa keselamatan bukan perpisahan atau perpecahan.  Allah membuka diri kepada Abram dan Abraham membuka diri kepada Allah dengan bersembah sujud kepadaNya. Allah berbicara dan Abraham mendengarkan dalam sembah bhakti kepadaNya. Kerendahan hati Abraham mendengarkan  Allah yang bersabda  kepadanya, membawa pembaruan yang besar dalam seluruh sejarah perjalanan hidupnya. Kalau dulu namanya Abram yang menjadi bapa keluarga yang otak pendek karena berpikir dan berkata serta bertindak sebatas untuk dirinya sendiri, kemudian dibarui menjadi Abraham bapa bangsa-bangsa yang otak panjang yang berpikir, berkata-kata serta berkarya melayani kepentingan banyak orang. Kalau dulu Abram tanpa keturunan, kemudian dibarui menjadi Abraham yang memiliki banyak keturunan. Kalau dulu Abram hidup tanpa arah dan harapan akan masa depan yang cerah, kemudian dibarui menjadi Abraham yang penuh harapan akan masa depan dengan diberi janji oleh Allah bahwa dari keturunannyalah akan lahir dan muncul raja-raja yang memimpin bangsa-bangsa. Kalau dulu Abram yang tidak setia pada Tuhan, kemudian dibarui menjadi Abraham yang senantiasa setia kepada Tuhan. Kalau dulu Abram yang belum bertobat, berjalan di atas jalan kesempitan otak pendek, kemudian dibarui menjadi Abraham yang berjalan di jalan keluasan otak panjang yang berpikiran luas multidimensi, berkata-kata secara bijaksana dan bertindak secara simpatik bagi semua orang.  
Mazmur tanggapan hari ini mengemukakan sebuah doa keturunan Abraham kepada Allah yang diimaninya untuk senantiasa mencari dan menemukan serta hidup dan tinggal di dalam Rumah Allah yang selalu memberikan keamanan dan keselamatan abadi yang dijanjikanNya kepada bangsa-bangsa keturunan satu bapa Abraham. Dalam konteks Mazmur tanggapan ini, bertobat berarti berjalan meninggalkan jalan Abram yang tidak setia, menuju perjalanan dalam jalan Abraham yang selalu setia berkomunikasi dengan Allah dalam sembah sujud doa-doa kepadaNya, yang kemudian dari kekuatan doa dan komunikasi dengan Allah itu menuntun pendoa kepada pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyelamatkan semua bangsa melintas batas.
Bacaan Injil hari ini menampilkan kepada kita tentang Yesus yang memberi hidup di dunia dan memberi hidup yang kekal di Surga. Yesus seorang pribadi yang terbuka menyampaikan identitas diriNya secara jujur dan tulus kepada orang-orang Yahudi yang menantikan kedatangan Mesias sang Penyelamat. Yesus adalah YAHWE yang mereka nantikan untuk menyelamatkan mereka.  SabdaNya kepada orang-orang Yahudi secara langsung menyatakan kepastian yang mengusir semua keraguan orang Yahudi akan kedatangan Sang Mesias yang dinantikan. Yesus bersabda :                     “… Barangsiapa menuruti Firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya.” Keterbukaan Yesus menyampaikan identitas diriNya kepada mereka itu bukan membawa kepastian kepada orang Yahudi, tetapi mereka justru melahirkan amarah kepadaNya.  Mereka merasa bahwa pernyataan diri Yesus itu adalah sebuah pernyataan diri yang lahir dari seorang yang sedang kerasukan setan. Reaksi emosional bangsa Yahudi terhadap pernyataan diri Allah itu, justru melahirkan karakter kesetanan di dalam diri mereka, yang karyanya berlawanan dengan karakter Mesias yang menyelamatkan bangsa-bangsa lintas batas. Setan ada dan bekerja untuk egoisme dan menghancurkan sesama. Setan ada di dalam diri orang Yahudi. Mereka berusaha untuk membunuh Allah yang membuka diri kepada mereka. Mereka tidak bersyukur atas kedatangan Allah yang menyelamatkan. Tetapi mereka mau membunuh Tuhan yang menyelamatkan semua orang, agar mereka menjadi tuhan yang lahir dari egoime mereka.
Konteks bacaan Injil ini membimbing kita untuk memahami dan melaksanakan pertobatan secara tepat di dalam masa prapaskah ini. Bertobat berarti berjalan meninggalkan cara kesetanan orang Yahudi yang berupaya membunuh Tuhan untuk menjadikan dirinya tuhan yang lahir dari egoisme dan kesombongan mereka, menuju perjalanan dalam Tuhan Yesus yang senantiasa menyelamatkan semua orang melintas batas.

Rabu, Maret 20, 2013

Kebenaran Publik VS Kebohongan Publik


KEBENARAN PUBLIK ATAU KEBOHONGAN PUBLIK

Homili Rabu 20 Maret 2013
Dan 3 : 14-20.24-25.28
Mzm  (Dan 3 : 52 – 56)
Yoh 8 : 31 – 42

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD


Kebenaran akal budi bisa memanipulasi yang salah dibenarkan dan yang benar bisa disalahkan, tetapi kebenaran Allah tidak membohongi diri dan orang lain, yang benar adalah benar, yang salah adalah salah.  Kebenaran akal budi  dapat menyelamatkan diri, tetapi bisa menghancurkan sesama, sedangkan kebenaran Allah senantiasa menyelamatkan semua orang melintas batas.  Kebenaran akal budi dalam dunia politik bisa dibeli oleh orang yang memiliki banyak uang, sedangkan kebenaran sejati  berasal dari Tuhan dapat dimiliki oleh orang yang memiliki hati yang tulus di hadapan Tuhan dan sesama.
Bacaan Pertama berbicara tentang kebenaran  iman kepada YAHWE yang menyelamatkan sedangkan kebenaran dewa buatan Nebukadnezar raja Babel menghancurkan dan mematikan. Tiga anak muda yang tetap mempunyai prinsip beriman kepada YAHWE tak tergoyahkan oleh kekuasaan Nebukadnezar yang menindas mereka serta memaksa mereka menyembah dewa Nebukadnezar, menyelamatkan mereka sekalipun mereka dibakar Nebukadnezar di dalam perapian yang menyala-nyala. Tuhan justru menampakkan diri kepada Nebukadnezar di dalam perapian itu. Penampakan Tuhan itu membarui kepercayaan  Raja Babel kepada dewa buatannya, dengan mengakui Allah Israel yang diimani oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.  Peristiwa pertobatan terjadi dalam hidup Raja Bebel. Bertobat berarti berjalan dari sembah berhala kepada allah lain, yang menyesatkan diri dan sesama, menuju iman kepada Allah yang benar yang menyelamatkan semua orang. Bertobat berarti berjalan meninggalkan allah-allah yang dapat dibeli dengan kuasa atau jabatan dan uang, demi nama-nama diri atau egois, menuju iman kepada Allah sejati yang hanya dimiliki oleh orang yang rendah hati dan hidup dalam ketulusan di hadapan Tuhan dan sesama.
Allah yang benar yang menyelamatkan semua orang yang sedang berada di dalam perbudakan dosa itulah yang menjadi nyata di dalam diri Tuhan Yesus Kristus sebagai jalan kebenaran dan kehidupan.  Kebenaran Tuhan Yesus  yang diimani, membimbing orang yang beriman kepadaNya berjalan di dalam jalan kebenaran yang menyelamatkan diri dan sesama manusia serta alam sekitar.   Bertobat dalam konteks Injil hari ini, berarti kita berjalan meninggalkan kebohongan diri, sesama bahkan kebohongan publik, menuju kebenaran Tuhan Yesus yang menyelamatkan  diri,  sesama dan Publik melintas batas.