Kamis, Maret 28, 2013

Homili Misa Krisma Sepanjang Zaman



“ROH TUHAN ADA PADAKU
VERSUS
ROH SETAN ADA PADAKU”

Homili Misa Krisma
Kamis Pagi 28 Maret 2013
Yes 61: 1-3a.6a.8b-9
Mzm 88 (89)
Why 1 : 5 – 8
Luk 4 : 16 – 21

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Roh Tuhan ada padaku. Kalimat positif ini dinegatifkan maka akan tertulis menjadi Roh Tuhan tidak ada padaku. Orang yang menerima urapan Roh Kudus Tuhan pasti memiliki keunikannya tersendiri bila dibandingkan dengan orang yang dikuasai oleh  kekuatan setan atau kegelapan iblis. Orang yang diisi penuh dengan kekuatan iblis atau setan senantiasa mengancam, mengganggu, merusak, menghancurkan bahkan mematikan sesama dan alam sekitarnya. Misalnya teroris yang membakar dan menghancurkan dengan bom yang menghancurkan sesama dan sarana dan prasarana yang menunjang kebutuhan dan kemajuan banyak orang. Sebaliknya orang yang terurapi Roh Kudus Tuhan senantiasa membawa sukacita, kegembiraan, harapan, kebahagiaan, serta keselamatan bagi sesama lintas batas yang dijumpainya dan dilayaninya.

Bacaan pertama menyampaikan ramalan yesaya tentang Mesias yang terurapi itu menjadi Raja penyelamat semua orang lintas batas.  Lintas batas yang dimaksud adalah bisa wilayah geografis, sekte, suku, agama dan bangsa, maupun kelompok kategorial tertentu. Dia diutus mewartakan khabar Gembira kepada kaum hina dina, melipur yang patah hati, membebaskan orang yang ditawan, memaklumkan tahun rahmat yang dianugerahkan Tuhan, dan saat pembalasan oleh Allah kita.  Dia diutus untuk menghibur semua yang berkabung, mewartakan kepada penduduk Sion yang meratap.
Perutusan Tuhan itu melibatkan tangan-tangan manusia sebagai tangan Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan pikiran-pikiran manusia sebagai pikiran Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan kaki-kaki manusia sebagai kaki Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan hati manusia sebagai hati Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan mata manusia sebagai mata Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan telinga manusia yang mendengarkan sebagai telinga Allah yang kelihatan.  Perutusan itu melibatkan tenaga-tenaga manusia sebagai kekuatan Allah yang kelihatan.
Seorang utusan dalam melaksanakan tugas perutusan itu berperan sebagai seorang hamba. Bacaan pertama menyebut utusan itu adalah “Hamba Allah yang Menderita”.  Keunikan penderitaan Hamba Allah terletak di dalam penderitaan yang dialaminya bukan karena kesalahan dan dosanya sendiri, tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain. Hamba Allah menderita bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan bersama, kebaikan umum, kebenaran universal, serta keselamatan global. Derita Hamba Allah adalah sisi korban yang lahir dari cinta kepada kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Mazmur tanggapan mengemukakan Daud adalah Raja Yang  Terpilih yang DiurapiNya.  Kuasa Allah tetap menyertaiNya. Kekuatan Allah mengukuhkannya. Kerelaan Tuhan menyertainya. Kuasanya dibesarkanNya. Ia menyebut  Tuhan adalah Bapa-Allahnya, wadas kesejahteraannya. Raja Daud adalah Raja Pilihan Tuhan dan Tuhan senantiasa menyertainya dalam hidup dan kepemimpinannya. Kuasa Tuhan berdiam di dalam kepala, dada, ototnya yang senantiasa membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas, sebagai identitasnya sebagai Raja Pilihan Tuhan, terurapi.

Mesias yang diramalkan dalam Kitab Nabi Yesaya terpenuhi di dalam Perjanjian Baru yaitu di dalam kebangkitan Tuhan Yesus dari alam maut. KebangkitanNya memproklamasikan bahwa Tuhan Yesus adalah Raja atas raja-raja bumi. KerajaanNya bersenjatakan cinta kasih semua orang langgar batas. KekuasaanNya alfa dan omega.  Misi KerajaanNya melibatkan para pendosa yang bertobat dan setia kepadaNya.  Hal ini dimuat di dalam bacaan kedua hari ini.
Nubuat Nabi Yesaya tentang Mesias yang terurapi dalam Perjanjian Lama terpenuhi secara eksplisit di dalam diri Tuhan Yesus seperti ada dalam Lukas 4 : 16 – 21. Yesus bersabda : “Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh sebab Ia telah menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus  Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun kesukaan Tuhan telah datang.” Kemudian Yesus bersabda lagi : “Pada saat ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarkannya.”

Orang yang diurapi Tuhan dipenuhi Roh Kudus dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya yang senantiasa membawa keselamatan universal harapan semua golongan dan bangsa. Tetapi orang yang dipenuhi dengan roh setan senantiasa mengancam, mengganggu, merusak, menghancurkan sesama dan alam sekitar. Kita adalah orang-orang terurapi dalam sakramen Baptis dan sakramen Krisma. Sebagai diakon, imam dan uskup diurapi dengan Roh Kudus dalam Sakramen Tahbisan. Orang  yang terurapi memiliki identitas yang jelas yaitu kehadirannya senantiasa membawa keselamatan universal langgar batas. Orang yang diurapi Roh Kudus menjauhkan diri dari semua yang bernuansa kekerasan baik pada level psikologis, sosiologis mapun secara fisik.  Kehadiran kita di tengah dunia yang masih dililiti oleh terorisme dalam multidimensi yang mewarnai kehidupan lingkungan dunia, semestinya membawa kesaksian yang menunjukkan Roh Allah ada pada kita dengan setia mewartakan dan melaksanakan nilai-nilai kedamaian, kebenaran, kebaikan, keadilan, kejujuran kepada dunia. Orang yang tidak jujur terhadap diri, sesama dan terutama Tuhan, menyangkal Tuhan yang mengurapinya dengan Roh Kudus Allah. Namun nuraninya senantiasa bersuara dalam lubuk hati yang terdalam: “Tuhan Maha Tahu” (Mazmur 139).









Homili Misa Krisma Kamis Pagi 28 Maret 2013

“ROH TUHAN ADA PADAKU
VERSUS
ROH SETAN ADA PADAKU”

Homili Misa Krisma
Kamis Pagi 28 Maret 2013
Yes 61: 1-3a.6a.8b-9
Mzm 88 (89)
Why 1 : 5 – 8
Luk 4 : 16 – 21

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Roh Tuhan ada padaku. Kalimat positif ini dinegatifkan maka akan tertulis menjadi Roh Tuhan tidak ada padaku. Orang yang menerima urapan Roh Kudus Tuhan pasti memiliki keunikannya tersendiri bila dibandingkan dengan orang yang dikuasai oleh  kekuatan setan atau kegelapan iblis. Orang yang diisi penuh dengan kekuatan iblis atau setan senantiasa mengancam, mengganggu, merusak, menghancurkan bahkan mematikan sesama dan alam sekitarnya. Misalnya teroris yang membakar dan menghancurkan dengan bom yang menghancurkan sesama dan sarana dan prasarana yang menunjang kebutuhan dan kemajuan banyak orang. Sebaliknya orang yang terurapi Roh Kudus Tuhan senantiasa membawa sukacita, kegembiraan, harapan, kebahagiaan, serta keselamatan bagi sesama lintas batas yang dijumpainya dan dilayaninya.

Bacaan pertama menyampaikan ramalan yesaya tentang Mesias yang terurapi itu menjadi Raja penyelamat semua orang lintas batas.  Lintas batas yang dimaksud adalah bisa wilayah geografis, sekte, suku, agama dan bangsa, maupun kelompok kategorial tertentu. Dia diutus mewartakan khabar Gembira kepada kaum hina dina, melipur yang patah hati, membebaskan orang yang ditawan, memaklumkan tahun rahmat yang dianugerahkan Tuhan, dan saat pembalasan oleh Allah kita.  Dia diutus untuk menghibur semua yang berkabung, mewartakan kepada penduduk Sion yang meratap.
Perutusan Tuhan itu melibatkan tangan-tangan manusia sebagai tangan Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan pikiran-pikiran manusia sebagai pikiran Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan kaki-kaki manusia sebagai kaki Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan hati manusia sebagai hati Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan mata manusia sebagai mata Allah yang kelihatan. Perutusan itu melibatkan telinga manusia yang mendengarkan sebagai telinga Allah yang kelihatan.  Perutusan itu melibatkan tenaga-tenaga manusia sebagai kekuatan Allah yang kelihatan.
Seorang utusan dalam melaksanakan tugas perutusan itu berperan sebagai seorang hamba. Bacaan pertama menyebut utusan itu adalah “Hamba Allah yang Menderita”.  Keunikan penderitaan Hamba Allah terletak di dalam penderitaan yang dialaminya bukan karena kesalahan dan dosanya sendiri, tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain. Hamba Allah menderita bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan bersama, kebaikan umum, kebenaran universal, serta keselamatan global. Derita Hamba Allah adalah sisi korban yang lahir dari cinta kepada kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Mazmur tanggapan mengemukakan Daud adalah Raja Yang  Terpilih yang DiurapiNya.  Kuasa Allah tetap menyertaiNya. Kekuatan Allah mengukuhkannya. Kerelaan Tuhan menyertainya. Kuasanya dibesarkanNya. Ia menyebut  Tuhan adalah Bapa-Allahnya, wadas kesejahteraannya. Raja Daud adalah Raja Pilihan Tuhan dan Tuhan senantiasa menyertainya dalam hidup dan kepemimpinannya. Kuasa Tuhan berdiam di dalam kepala, dada, ototnya yang senantiasa membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas, sebagai identitasnya sebagai Raja Pilihan Tuhan, terurapi.

Mesias yang diramalkan dalam Kitab Nabi Yesaya terpenuhi di dalam Perjanjian Baru yaitu di dalam kebangkitan Tuhan Yesus dari alam maut. KebangkitanNya memproklamasikan bahwa Tuhan Yesus adalah Raja atas raja-raja bumi. KerajaanNya bersenjatakan cinta kasih semua orang langgar batas. KekuasaanNya alfa dan omega.  Misi KerajaanNya melibatkan para pendosa yang bertobat dan setia kepadaNya.  Hal ini dimuat di dalam bacaan kedua hari ini.
Nubuat Nabi Yesaya tentang Mesias yang terurapi dalam Perjanjian Lama terpenuhi secara eksplisit di dalam diri Tuhan Yesus seperti ada dalam Lukas 4 : 16 – 21. Yesus bersabda : “Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh sebab Ia telah menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus  Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun kesukaan Tuhan telah datang.” Kemudian Yesus bersabda lagi : “Pada saat ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarkannya.”

Orang yang diurapi Tuhan dipenuhi Roh Kudus dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya yang senantiasa membawa keselamatan universal harapan semua golongan dan bangsa. Tetapi orang yang dipenuhi dengan roh setan senantiasa mengancam, mengganggu, merusak, menghancurkan sesama dan alam sekitar. Kita adalah orang-orang terurapi dalam sakramen Baptis dan sakramen Krisma. Sebagai diakon, imam dan uskup diurapi dengan Roh Kudus dalam Sakramen Tahbisan. Orang  yang terurapi memiliki identitas yang jelas yaitu kehadirannya senantiasa membawa keselamatan universal langgar batas. Orang yang diurapi Roh Kudus menjauhkan diri dari semua yang bernuansa kekerasan baik pada level psikologis, sosiologis mapun secara fisik.  Kehadiran kita di tengah dunia yang masih dililiti oleh terorisme dalam multidimensi yang mewarnai kehidupan lingkungan dunia, semestinya membawa kesaksian yang menunjukkan Roh Allah ada pada kita dengan setia mewartakan dan melaksanakan nilai-nilai kedamaian, kebenaran, kebaikan, keadilan, kejujuran kepada dunia. Orang yang tidak jujur terhadap diri, sesama dan terutama Tuhan, menyangkal Tuhan yang mengurapinya dengan Roh Kudus Allah. Namun nuraninya senantiasa bersuara dalam lubuk hati yang terdalam: “Tuhan Maha Tahu” (Mazmur 139).










Rabu, Maret 27, 2013

Homili Rabu 27 Maret 2013


“YUDAS : OTAK PENDEK  VS   OTAK PANJANG”
                                         
Homili Rabu 27 Maret 2013
Yes 50 : 4 – 9a
Mzm 69 : 8 – 10.21bcd-22.31.33-34
Mat 26 : 14 – 25

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Kompas beberapa hari lalu menurunkan sebuah artikel yang sangat menarik perhatian saya ketika saya membacanya.  Alasan artikel itu menarik bagi saya karena memuat  pesan yang sangat menyentuh diri saya sendiri. Tulisan itu berbicara tentang “rambut panjang otak panjang versus rambut pendek otak pendek”. Saya kemudian menambahkan beberapa kemungkinan dari tulisan itu bahwa rambut pendek otak panjang, rambut panjang otak pendek, rambut pendek dan panjang otak kosong atau rambut pendek dan panjang otak panjang.
Otak panjang yang dimaksud di dalam artikel itu adalah orang yang berpikir berdasarkan multidimensi dalam mengambil sebuah keputusan untuk  kebaikan, kebenaran dan keselamatan khalayak ramai melintas batas. Sedangkan yang dimaksudkan dengan otak pendek adalah orang yang berpikir berdasarkan hanya satu dimensi saja dalam mengambil sebuah keputusan untuk kepentingan bersama, yang lebih banyak menyesatkan diri dan sesama langgar batas.
Injil hari ini menampilkan tokoh Yudas Iskariot sebagai seorang bendahara, ekonom, saudagar yang bukan memiliki otak panjang tetapi memiliki otak pendek. Mengapa Yudas itu adalah seorang saudagar yang memiliki otak pendek? Dia disebut sebagai pribadi yang memiliki otak pendek karena dia mengambil sebuah keputusan yang hanya berdasarkan dimensi egoismenya sendiri. Sanhedrin sudah mengambil keputusan untuk membunuh Yesus karena Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang langgar batas. Yudas sebagai murid Yesus sebagai ekonom pasti tahu akan rencana fasik Sanhedrin itu. Tetapi dalam kesadarannya yang penuh Yudas pergi kepada Sanhedrin mengadakan tawar-menawar harga jual Gurunya dengan sebuah harga yang sangat murah yaitu hanya 30 keping perak. Yesus sebagai magister, atau prefek, atau Provinsial atau superior jenderalnya Yudas tahu gerakan Yudas kemana arahnya entah ke arah yang menyelamatkan atau menyesatkan.  Pengetahuan akan gerakan fisik dan hati serta nurani Yudas itu terungkap di dalam Injil hari ini.  Tuhan Yesus mengatakan bahwa setelah Doa dan Ekaristi, salah seorang dari antara 12  orang dalam komunitas para rasul akan menyerahkan dan menjual Yesus. Mereka saling memandang satu dengan yang lain dan berkata kepada Yesus : “Bukan aku, ya Tuhan?”. Yudas Iskariot yang kebohongannya sudah diketahui Tuhan Yesus, berkata kepada Yesus sebagai Gurunya : “Bukan aku, ya Rabi?”.  Kata-kata Yudas Iskariot mengungkapkan apa yang dibalik dadanya. Dia tidak jujur terhadap  dirinya sendiri tetapi nuraninya tetap bergejolak atas ketidak jujuran terhadap diri, sesama dan Tuhan Yesus sendiri. Penyangkalan terhadap suara hatinya membawa kematiannya yang sangat mengerikan yaitu mati dengan cara menggantung dirinya sendiri.
Kita dalam hidup pada zaman ini dalam situasi yang sangat menekankan sebuah manajemen hidup bersama secara professional.  Ilmu leadership semakin mendukung untuk mengatur hidup bersama secara professional. Dalam kehidupan bersama entah kehidupan sipil maupun religius, kita menyetujui sebuah pengambil keputusan yang menyelamatkan semua orang langgar batas. Hal itu dikehendaki siapa saja lintas batas. Harapan umum langgar batas itu yang ditawarkan kepada publik yang berasal dari multicultur. Kita menyangkal cara Yudas Iskariot yang mengambil sebuah keputusan yang berasal dari dirinya sendiri dan akhirnya menyesatkan dirinya sendiri dan menyesatkan teman-temannya. Kita sangat mendukung sebuah keputusan yang lahir dari cara berpikir multidimensional untuk kepentingan dan keselamatan bersama lintas batas. Cara untuk hal itu dapat ditemukan di dalam beberapa tindakan yang harus dilakukan sebagai berikut. Kita bukan hidup sendirian di sebuah pulau tanpa kontak dengan siapapun. Kita hidup dalam kelompok sosial atau komunitas religius yang kekuatan utamanya adalah Tuhan sendiri. Kita sebelum mengambil sebuah keputusan semestinya mengambil saat hening dalam doa dan berdialog dengan Allah Tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus, memohon petunjuk dan bimbingganNya dalam pengambilan keputusan yang menyelamatkan semua orang langgar batas dalam dunia multikultur yang sedang dijalani dan menyertai seluruh perjalanan hidup kita. Kita juga hidup dalam kebersamaan bersama senior-senior kita yang sudah banyak makan asam garam dalam mengambil keputusan bagi perjalanan hidup bersama yang pernah mereka alami sebelum masa dan zaman kita. Mereka adalah pena tua - pena tua yang dapat menuliskan kebijaksanaan-kebijaksanaan hidup dalam pikiran dan nurani kita agar keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang berdasarkan kepentingan bersama berdiri di atas “bonum commune”.  Kehidupan bersama kita mempunyai  dewan rumah, dewan komunitas, dewan provinsi, dewan general, atau dalam dunia sipil, ada dewan perwakilan rakyat dan sebagainya.  Team dewan itu entah sipil atau religius ada dan diadakan untuk duduk bersama, godok bersama,  pikiran-pikiran yang akan menghasilkan keputusan bersama, sehingga keputusan yang dihasilkan keluar atas nama kebersamaan bukan atas nama pribadi, dan kemudian di dalam pelaksanaannya pun merupakan gerakan bersama bukan gerakan personal atau misi diri bukan misi diriNya.

Bendahara-Ekonom-Saudagar Otak Pendek vs Otak Panjang


“YUDAS : OTAK PENDEK  VS   OTAK PANJANG”
                                         
Homili Rabu 27 Maret 2013
Yes 50 : 4 – 9a
Mzm 69 : 8 – 10.21bcd-22.31.33-34
Mat 26 : 14 – 25

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Kompas beberapa hari lalu menurunkan sebuah artikel yang sangat menarik perhatian saya ketika saya membacanya.  Alasan artikel itu menarik bagi saya karena memuat  pesan yang sangat menyentuh diri saya sendiri. Tulisan itu berbicara tentang “rambut panjang otak panjang versus rambut pendek otak pendek”. Saya kemudian menambahkan beberapa kemungkinan dari tulisan itu bahwa rambut pendek otak panjang, rambut panjang otak pendek, rambut pendek dan panjang otak kosong atau rambut pendek dan panjang otak panjang.
Otak panjang yang dimaksud di dalam artikel itu adalah orang yang berpikir berdasarkan multidimensi dalam mengambil sebuah keputusan untuk  kebaikan, kebenaran dan keselamatan khalayak ramai melintas batas. Sedangkan yang dimaksudkan dengan otak pendek adalah orang yang berpikir berdasarkan hanya satu dimensi saja dalam mengambil sebuah keputusan untuk kepentingan bersama, yang lebih banyak menyesatkan diri dan sesama langgar batas.
Injil hari ini menampilkan tokoh Yudas Iskariot sebagai seorang bendahara, ekonom, saudagar yang bukan memiliki otak panjang tetapi memiliki otak pendek. Mengapa Yudas itu adalah seorang saudagar yang memiliki otak pendek? Dia disebut sebagai pribadi yang memiliki otak pendek karena dia mengambil sebuah keputusan yang hanya berdasarkan dimensi egoismenya sendiri. Sanhedrin sudah mengambil keputusan untuk membunuh Yesus karena Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang langgar batas. Yudas sebagai murid Yesus sebagai ekonom pasti tahu akan rencana fasik Sanhedrin itu. Tetapi dalam kesadarannya yang penuh Yudas pergi kepada Sanhedrin mengadakan tawar-menawar harga jual Gurunya dengan sebuah harga yang sangat murah yaitu hanya 30 keping perak. Yesus sebagai magister, atau prefek, atau Provinsial atau superior jenderalnya Yudas tahu gerakan Yudas kemana arahnya entah ke arah yang menyelamatkan atau menyesatkan.  Pengetahuan akan gerakan fisik dan hati serta nurani Yudas itu terungkap di dalam Injil hari ini.  Tuhan Yesus mengatakan bahwa setelah Doa dan Ekaristi, salah seorang dari antara 12  orang dalam komunitas para rasul akan menyerahkan dan menjual Yesus. Mereka saling memandang satu dengan yang lain dan berkata kepada Yesus : “Bukan aku, ya Tuhan?”. Yudas Iskariot yang kebohongannya sudah diketahui Tuhan Yesus, berkata kepada Yesus sebagai Gurunya : “Bukan aku, ya Rabi?”.  Kata-kata Yudas Iskariot mengungkapkan apa yang dibalik dadanya. Dia tidak jujur terhadap  dirinya sendiri tetapi nuraninya tetap bergejolak atas ketidak jujuran terhadap diri, sesama dan Tuhan Yesus sendiri. Penyangkalan terhadap suara hatinya membawa kematiannya yang sangat mengerikan yaitu mati dengan cara menggantung dirinya sendiri.
Kita dalam hidup pada zaman ini dalam situasi yang sangat menekankan sebuah manajemen hidup bersama secara professional.  Ilmu leadership semakin mendukung untuk mengatur hidup bersama secara professional. Dalam kehidupan bersama entah kehidupan sipil maupun religius, kita menyetujui sebuah pengambil keputusan yang menyelamatkan semua orang langgar batas. Hal itu dikehendaki siapa saja lintas batas. Harapan umum langgar batas itu yang ditawarkan kepada publik yang berasal dari multicultur. Kita menyangkal cara Yudas Iskariot yang mengambil sebuah keputusan yang berasal dari dirinya sendiri dan akhirnya menyesatkan dirinya sendiri dan menyesatkan teman-temannya. Kita sangat mendukung sebuah keputusan yang lahir dari cara berpikir multidimensional untuk kepentingan dan keselamatan bersama lintas batas. Cara untuk hal itu dapat ditemukan di dalam beberapa tindakan yang harus dilakukan sebagai berikut. Kita bukan hidup sendirian di sebuah pulau tanpa kontak dengan siapapun. Kita hidup dalam kelompok sosial atau komunitas religius yang kekuatan utamanya adalah Tuhan sendiri. Kita sebelum mengambil sebuah keputusan semestinya mengambil saat hening dalam doa dan berdialog dengan Allah Tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus, memohon petunjuk dan bimbingganNya dalam pengambilan keputusan yang menyelamatkan semua orang langgar batas dalam dunia multikultur yang sedang dijalani dan menyertai seluruh perjalanan hidup kita. Kita juga hidup dalam kebersamaan bersama senior-senior kita yang sudah banyak makan asam garam dalam mengambil keputusan bagi perjalanan hidup bersama yang pernah mereka alami sebelum masa dan zaman kita. Mereka adalah pena tua - pena tua yang dapat menuliskan kebijaksanaan-kebijaksanaan hidup dalam pikiran dan nurani kita agar keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang berdasarkan kepentingan bersama berdiri di atas “bonum commune”.  Kehidupan bersama kita mempunyai  dewan rumah, dewan komunitas, dewan provinsi, dewan general, atau dalam dunia sipil, ada dewan perwakilan rakyat dan sebagainya.  Team dewan itu entah sipil atau religius ada dan diadakan untuk duduk bersama, godok bersama,  pikiran-pikiran yang akan menghasilkan keputusan bersama, sehingga keputusan yang dihasilkan keluar atas nama kebersamaan bukan atas nama pribadi, dan kemudian di dalam pelaksanaannya pun merupakan gerakan bersama bukan gerakan personal atau misi diri bukan misi diriNya.