Minggu, Maret 31, 2013

HOMILI MALAM PASKAH . C . 30 MARET 2013


KOTAK HITAM PESAWAT-“KOTAK HITAM”  YESUS

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Lukas 24 : 1 - 12
Kel 14 : 15 - 15 : 1

Setiap pesawat mempunyai kotak hitam. Lantas saya berimaginasi kreatif bahwa barangkali Yesus juga mempunyai  “kotak hitam”.  Kalau demikian apa perbedaan antara Kotak Hitam pesawat dengan “kotak hitam” Yesus? Perbedaan kotak hitam pesawat dengan “kotak hitam” Yesus sebetulnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut.  Kotak Hitam pesawat adalah alat yang merekam  peristiwa di dalam dan di sekitar pesawat. Data rekaman itu dapat dibuka kembali bagi yang membutuhkannya. Data itu secara lugu bercerita tentang peristiwa masa lalu dalam pesawat dan sekitar pesawat kepada yang membuka dan membutuhkannya. Ingatan manusia akan masa lampau dalam pesawat dapat bangkitkan kembali oleh kotak hitam itu.  Kotak hitam itu dapat merekam semua peristiwa dalam pesawat dan sekitar pesawat baik positif maupun negatif. Sedangkan “kotak hitam” Yesus adalah perekam peristiwa peralihan Yesus dari Rumah Allah Bapa di Surga menuju dunia dan tinggal di atas dunia, berkarya dalam kata dan mujizat menyelamatkan manusia, sampai beralihNya dari dunia ini kembali kepada Bapa dalam derita di jalan salib, wafat, turun ke alam kematian dan pada hari ketiga bangkit dari alam maut. KebangkitanNya adalah puncak karya keselamatan Allah. Bandingkan KITAB KEHIDUPAN-TUHAN dalam Wahyu 20 : 11-12; Kel 32:32-33; Mzm 69 : 29; Dan 7 : 9 -10). Kitab Kehidupan merekam peristiwa-peristiwa yang menyelamatkan semua melintas batas. Peristiwa yang menyesatkan tidak tercatat di dalam Kitab Kehidupan.  Peristiwa yang mematikan tercatat di dalam Kitab Kematian. Kitab Kehidupan disebut sebagai Kitab Putih. Kitab Kematian disebut Kitab Hitam.
Injill hari ini mewartakan “Yesus Telah Bangkit”. Mata fisik seorangpun tidak pernah melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit. Pengandal akal budi sulit menerima  warta kebangkitan Tuhan Yesus. Ada jarak yang tak terseberangi antara penerima warta kebangitan Tuhan dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit.
Tuhan Maha Tahu mengerti Kesulitan  itu. Tuhan Yesus tahu KebangkitanNya. Para wanita lupa wartaNya tentang KebangkitanNya. Ada jalan mengantar para wanita mengingat kembali masa lalu Yesus bersama mereka di Galilea dan sekitarnya. Tuhan adalah inisiator utama dan pertama menjembatani jarak yang lebar itu. Jembatan itu adalah media atau simbol atau perantara antara manusia dengan Tuhan Yang Telah bangkit. Allah mengutus dua pemuda ganteng berkilau-kilauan pakaiannya kepada manusia. Tuhan yang telah bangkit mengutus dua pemuda kepada para wanita yang pagi-pagi buta datang ke kuburan Yesus untuk merempahiNya.  Warta kebangkitan Tuhan, dua pemuda itu sampaikan kepada para wanita.
Pendasaran warta kebangkitan Tuhan itu dalam Kitab Suci. “Yesus Harus Menderita, Wafat di Salib, dimakamkan dan pada Hari Ketiga Bangkit kembali.” Warta itu disampaikan Yesus di Galilea kepada para wanita itu. Para pemuda utusan itu membuka kembali Kitab Kehidupan Tuhan Yesus tentang kebangkitanNya kepada para wanita itu dan mereka mengerti dan menerima berita itu. Dua pemuda itu bagaikan “Kotak Hitam” Yesus, yang menyimpan semua data dan peristiwa Sabda dan Mujizat Tuhan Yesus yang menyelamatkan semua manusia melintas batas melalui jalan salib, wafat,  kematian, dan kebangkitanNya sebagi puncak keselamatan semua lintas batas. Warta Kebangkitan itu membangkitkan  kembali iman para wanita yang nyaris mati suri atas penderitaan dan kematian Tuhan Yesus secara sadis dan mengerikan itu.

Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi para wanita itu. Pada saat yang tepat, Tuhan menyatakan diri kepada para wanita melalui media dua orang muda utusan Tuhan itu, sehingga mereka kembali membangun iman dan karapan dalam Kebangkitan Tuhan Yesus.
Iman manusia membutuhkan media untuk mempertajam kepercayaan yang kokoh kepada Tuhan yang Telah Bangkit. Tuhan memakai simbol-simbolNya untuk membangkitkan keyakinan yang kuat dan berakar dalam diri manusia di tengah badai gelombang duniawi yang tidak toleran.
Tuhan hadirkan PASKAH artinya KebangkitanNya dalam simbol. Perayaan malam paskah kaya akan simbol yang membangkitkan ingatan kita akan Paskah Tuhan puncak keselamatan kita.
Simbol lilin Paskah membangkitan iman akan keterlibatan Allah dalam sejarah keselamatan atas bangsa Israel dari perbudakan Mesir menuju Tanah Terjanji. Lilin Paskah adalah simbol Tiang Api Tuhan dan Tiang Awan Tuhan yang menyertai, menuntun, menyelamatkan bangsa Israel dalam kejaran bangsa Mesir di bawah Pimpinan Firaun. Cahaya Lilin Paskah adalah Terang Allah yang berpuncak dalam Terang Kristus yang menerangi jalan semua orang untuk berjalan di dalam jalan Keselamatan lintas batas.
Liturgi Sabda adalah simbol kehadiran terang keselamatan Allah dalam hidup manusia yang terekam Kitab Suci mulai dari Perjanjian Lama berpuncak di dalam Perjanjian Baru dalam diri Yesus yang telah bangkit sebagai puncak kemenangan atas Kerjaan maut.
Liturgi Baptis adalah simbol pembaptisan kita dalam kematian Kristus dan KebangkitanNya. Janji Baptis dan pemberkatan dengan air berkat adalah simbol Tuhan yang menyelamatkan Israel di Laut Teberau dari kejaran Firaun bersama pasukannya.
Liturgi Ekaristi adalah puncak kehadiran Paskah Tuhan Yesus Yang Telah Bangkit dalam menyelamatkan kita umat manusia yang percaya kepadaNya. Perayaan Ekaristi adalah Perayaan Paskah. Perayaan Kebangkitan Tuhan Perayaan Kebangkitan kita. KebangkitanNya membangkitkan kita dari kematian dosa masa lalu menuju kehidupan dalam Terang Kristus dalam kesaksian kita sehari-hari.
Tuhan menggunakan Simbol dalam menyatakan keselamatanNya kepada kita yang percaya kepadaNya. Kita pun membutuhkan simbol dalam membangkitan iman kita di saat berjalan di jalan padang gurun ziarah spiritual kita maupun dalam suasana sukacita penuh kegembiraan dan kebahagiaan.
Kita mengalami kesulitan menjelaskan Paskah secara inderawi. Simbol membantu mengantar kita mengerti dan memahami Paskah dan mengimani Tuhan Yesus yang Telah bangkit. Hargailah Simbol yang setia membantumu beriman semakin kokoh. Hormatilah simbol-simbol yang menyelamatkan iman kita dan mengantar kita hidup dengan iman. Contoh simbol, perantara, jembatan, media yang mempertajam iman kita. Kaset yang merekam kesaksian masa lalu dalam nyanyian, homily, kotbah, devosi, liturgy baptis, liturgy ekaristi, tahbisan, perminyakan orang sakit, perayaan Ekaristi dalam semua suasana dan situasi, lagu-lagu rohani. Rekaman video kamera tentang persitiwa iman masa lalu, yang dapat mengingatkan kembali kita pada masa kini dan memaknainya untuk iman kita yang tajam. CCTV yang merekam Peristiwa iman di setiap Gereja yang mempunyai atau memasang CCTV. Buku-buku Iman yang selalu membuka diri bagi kita untuk membacanya dalam mempertajam pemahaman kita akan iman kita.  Selamat Paskah. Kebangkitan Tuhan membangkitkan kembali iman yang telah lesuh dan nyaris mati. Paskah. Tuhan Hidup. Iman kita Hidup.

Jumat, Maret 29, 2013

DeritaNya Deritaku

Homili Jumat Agung. C.  29 Maret 2013
Yes 52:13-53:12
Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25; Ul: Luk  23:46
Ibr 4 : 14 -16; 5:7-9
Yoh 18 : 1 – 19 : 42

“DeritaNya Deritaku”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Thomas A Kempis pernah berkata: “Jika engkau memanggul salibmu dengan sukacita maka salibmu akan memanggulmu”.  Tetapi kalau anda memanggul salibmu dengan penuh beban maka salibmu itu akan terus menindasmu.

Bertolak dari pernyataan di atas kita dapat memaknai Derita Tuhan Yesus dan KematianNya, dan kita juga dapat memaknai derita kita masing-masing di dalam perjalanan hidup kita. Kita semestinya secara kritis  membedakan antara penderitaan Tuhan Yesus dengan aneka macam penderitaan kita manusia. Pertanyaan yang muncul adalah apa perbedaan antara penderitaan kita manusia dengan penderitaan Tuhan Yesus? Apakah setiap penderitaan manusia itu disamakan dengan penderitaan Tuhan Yesus? 

Setiap penderitaan manusia tidak dapat diidentikan dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penderitaan Tuhan Yesus itu unik dari awal hidupNya sampai akhir hidupNya di Salib. Yesus menderita tanpa ada kesalahan dan dosaNya. Yesus menderita karena dituduh salah. Yesus menderita dan mati karena kesalahan dosa orang lain yaitu kita umat manusia. Yesus menderita karena mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. KebenaranNya berasal dari Allah yang mengutusNya ke dunia. Sebaliknya kita manusia bisa jadi menderita karena kesalahan dan kelalaian kita sendiri. Misalnya kita menderita sakit karena kita tidak disiplin makan, istirahat, bekerja dan olahraga. Seseorang sakit HIV /AIDS karena tidak disiplin dan tidak dapat mengendalikan dirinya dalam relasi. Kita menanggung berbagai olokan dan cercaan serta menjadi buah bibir khalayak ramai karena kita menyangkal dan melanggar identitas kita yang diakui publik maupun yang diakui secara hukum religius  atau sipil. Misalnya kita melanggar kehidupan perkawinan yang monogami dengan poligami. Kita menyangkal sakramen imamat dengan hidup amoral. Kita menyangkal kaul-kaul kita dengan melanggar kaul-kaul kita dan diketahui oleh publik dengan bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penderitaan kita hanya dapat diidentikan dengan penderitaan Yesus yang kita kenangkan pada hari ini, kalau kita menderita karena kita mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kebenaran itu berdasarkan kehendak Allah yang kita imani.
Bacaan pertama menampilkan Hamba Yahwe adalah orang benar yang menderita karena dianiayah. Penderitaannya membawa berkat dan penebusan bagi sesama yang dibela dan diselamatkan dalam kebenaran Tuhan sendiri. Dalam Perjanjian Lama, mereka yang menjadi hamba Yahwe itu adalah orang yang mewartakan kebenaran, kebaikan dan keselamatan Allah Israel dan mendapat penganiayaan dari mereka yang anti kebenaran, kebaikan serta keselamatan bangsa Israel. Hamba Yahwe menderita karena dia menanggung penyakit kita. Hamba Yahwe menderita karena dia memikul kesengsaraan kita. Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Penderitaannya mendatangkan keselamatan bagi kita. Dia menderita supaya kita sembuh. Dia menderita karena berjuang menuntun kita kembali berjalan di atas jalan sesat yang mematikan kepada jalan selamat yang memberi hidup dan kehidupan. Dia kena tulah karena pemberontakan kita terhadap Tuhan. Dia berada di antara para penjahat tetapi tidak melakukan kekerasan. Kehendak Tuhan terlaksana dalam dirinya yang menderita demi keselamatan banyak orang. Tuhan mengatakan Dia adalah orang yang benar, akan membenarkan banyak orang dengan hikmatnya. Dia memikul kejahatan para penjahat. Dia juga berdoa bagi pemberontak-pemberontak.
Mazmur tanggapan mengemukakan doa Hamba Yahwe mohon perlindungan dan kekuatan Tuhan dalam menanggung penderitaan karena membela kebenaran, kebaikan, keadilan, kedamaian serta keselamatan universal langgar batas. Doa orang yang benar didengarkan dan dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan memberikan sukacita bathin dalam menanggung penderitaan karena keselamatan banyak orang.
Bacaan Kedua menampilkan Imam Agung yaitu Yesus Kristus Anak Allah, yang menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepadaNya. Doa Yesus sebagai orang saleh kepada BapaNya di Surga, yang menyelamatkanNya dari maut, berkat ketaatanNya kepada BapaNya sampai mati di kayu salib. Setelah Ia mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Bacaan Injil Kisah Sengsara Tuhan Yesus menurut Injil Yohanes menampilkan Yesus yang menderita dan wafat karena mewartakan kebenaran BapaNya sebagai pemenuhan Hamba Yahwe yang diramalkan di dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam bacaan pertama. Yesus selama berkarya, dengan Sabda dan MujizatNya mewartakan kebaikan, kebenaran serta keselamatan lintas batas. Yesus dituduh sebagai pengkhianat Allah lalu berdasarkan itu Yesus dihukum. Pada hal yang benar adalah YAHWE yang diimani orang Yahudi seperti yang ada dalam Hukum Musa terpenuhi dalam diri Yesus. Para penguasa sipil dan religius menjatuhi sebuah hukuman yang tidak adil dan tidak benar atas diriNya. Bagi Tuhan Yesus tidak perlu memberikan suara atau berbicara atau berdiskusi karena lembaga pengadilan yang berwibawah dalam  Bangsa Yahudi dan Romawi tidak berdiri di atas kebenaran, kebaikan, keadilan, kedamaian serta keselamatan universal. Tetapi hanya berpihak pada orang-orang atasan yaitu para elite Romawi dan elite religius Yahudi yang telah saling berselingkuh untuk kepuasan mereka yang sesaat, untuk kepentingan kuasa dan jabatan, materi uang, dan nama mereka sendiri.  Yesus datang mewartakan kebenaran bukan kesalahan. Maka yang salah tidak perlu dijawab atau didiskusikan karena toh hasilnya akan salah dan menyesatkan. Hal ini secara eksplisit dalam pertanyaan  Pilatus kepada Yesus: Apa itu kebenaran? Yesus tidak menjawab atau diam saja. Mengapa? Karena pertanyaan itu salah. Pertanyaan yang benar adalah Siapa itu kebenaran? Yesus adalah Sang Kebenaran Sejati.  Pilatus pun mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa dia tidak menemukan kesalahan apapun padaNya. Tetapi orang-orang Yahudi terus mendesak dan berteriak “salibkan Dia” maka Pilatus pun mengambil keputusan fatal: “Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia. Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” Jawab orang-orang Yahudi kepadanya: “ Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai anak Allah.”  
Yesus adalah Anak Allah. Yesus adalah kepenuhan Hamba Yahwe yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, khususnya di dalam Bacaan Pertama.  Yahweh adalah satu-satunya Penguasa orang Yahudi.  YAHWEH itu ditulis dalam HUKUM TAURAT . YAHWEH dan HUKUM TAURAT adalah identitas Bangsa Yahudi. Tetapi ketika mereka membunuh YAHWE yang mengalami kepenuhan di dalam diri Tuhan Yesus sesungguhnya mereka membunuh harga diri mereka sendiri.  YAHWE telah mati. Hukum Taurat telah mati. Harga diri mereka hilang untuk selamanya. Orang Yahudi meninggalkan YAHWEH menuju KAISAR. Mereka meninggal Hukum Taurat sebagai Hukum Religius mereka menuju Hukum Sipil Romawi. Mereka krisis identitas.
Kita masing-masing memiliki identitas pribadi maupun kelompok dan bangsa. Sebagai umat Katolik kita mempunyai identitas yang menyatukan kita. Seorang yang menjalani panggilan kehidupan berkeluarga memiliki identitas yang mengikat yaitu sakramen perkawinan. Seorang yang tertahbis diikat oleh sakramen imamat. Seorang biarawan atau biarawati diikat oleh kaul-kaul kehidupan membiara. Identitas Bangsa Indonesia diikat oleh Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika. Seorang yang berjalan dalam lingkaran identitas panggilannya itu berarti dia setia di dalam panggilannya. Dengan demikian identitasnya tidak mengalami krisis. Sebaliknya seorang yang meninggalkan lingkaran identitas panggilannya dan atau melompat keluar dari pagar identitas panggilannya berarti dia mengalami krisis identitas.Dia kehilangan harga dirinya.

Homili Jumat AGUNG . C. 29 Maret 2013


Homili Jumat Agung. C.  29 Maret 2013
Yes 52:13-53:12
Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25; Ul: Luk  23:46
Ibr 4 : 14 -16; 5:7-9
Yoh 18 : 1 – 19 : 42

“DeritaNya Deritaku”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Thomas A Kempis pernah berkata: “Jika engkau memanggul salibmu dengan sukacita maka salibmu akan memanggulmu”.  Tetapi kalau anda memanggul salibmu dengan penuh beban maka salibmu itu akan terus menindasmu.

Bertolak dari pernyataan di atas kita dapat memaknai Derita Tuhan Yesus dan KematianNya, dan kita juga dapat memaknai derita kita masing-masing di dalam perjalanan hidup kita. Kita semestinya secara kritis  membedakan antara penderitaan Tuhan Yesus dengan aneka macam penderitaan kita manusia. Pertanyaan yang muncul adalah apa perbedaan antara penderitaan kita manusia dengan penderitaan Tuhan Yesus? Apakah setiap penderitaan manusia itu disamakan dengan penderitaan Tuhan Yesus? 

Setiap penderitaan manusia tidak dapat diidentikan dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penderitaan Tuhan Yesus itu unik dari awal hidupNya sampai akhir hidupNya di Salib. Yesus menderita tanpa ada kesalahan dan dosaNya. Yesus menderita karena dituduh salah. Yesus menderita dan mati karena kesalahan dosa orang lain yaitu kita umat manusia. Yesus menderita karena mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. KebenaranNya berasal dari Allah yang mengutusNya ke dunia. Sebaliknya kita manusia bisa jadi menderita karena kesalahan dan kelalaian kita sendiri. Misalnya kita menderita sakit karena kita tidak disiplin makan, istirahat, bekerja dan olahraga. Seseorang sakit HIV /AIDS karena tidak disiplin dan tidak dapat mengendalikan dirinya dalam relasi. Kita menanggung berbagai olokan dan cercaan serta menjadi buah bibir khalayak ramai karena kita menyangkal dan melanggar identitas kita yang diakui publik maupun yang diakui secara hukum religius  atau sipil. Misalnya kita melanggar kehidupan perkawinan yang monogami dengan poligami. Kita menyangkal sakramen imamat dengan hidup amoral. Kita menyangkal kaul-kaul kita dengan melanggar kaul-kaul kita dan diketahui oleh publik dengan bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penderitaan kita hanya dapat diidentikan dengan penderitaan Yesus yang kita kenangkan pada hari ini, kalau kita menderita karena kita mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kebenaran itu berdasarkan kehendak Allah yang kita imani.
Bacaan pertama menampilkan Hamba Yahwe adalah orang benar yang menderita karena dianiayah. Penderitaannya membawa berkat dan penebusan bagi sesama yang dibela dan diselamatkan dalam kebenaran Tuhan sendiri. Dalam Perjanjian Lama, mereka yang menjadi hamba Yahwe itu adalah orang yang mewartakan kebenaran, kebaikan dan keselamatan Allah Israel dan mendapat penganiayaan dari mereka yang anti kebenaran, kebaikan serta keselamatan bangsa Israel. Hamba Yahwe menderita karena dia menanggung penyakit kita. Hamba Yahwe menderita karena dia memikul kesengsaraan kita. Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Penderitaannya mendatangkan keselamatan bagi kita. Dia menderita supaya kita sembuh. Dia menderita karena berjuang menuntun kita kembali berjalan di atas jalan sesat yang mematikan kepada jalan selamat yang memberi hidup dan kehidupan. Dia kena tulah karena pemberontakan kita terhadap Tuhan. Dia berada di antara para penjahat tetapi tidak melakukan kekerasan. Kehendak Tuhan terlaksana dalam dirinya yang menderita demi keselamatan banyak orang. Tuhan mengatakan Dia adalah orang yang benar, akan membenarkan banyak orang dengan hikmatnya. Dia memikul kejahatan para penjahat. Dia juga berdoa bagi pemberontak-pemberontak.
Mazmur tanggapan mengemukakan doa Hamba Yahwe mohon perlindungan dan kekuatan Tuhan dalam menanggung penderitaan karena membela kebenaran, kebaikan, keadilan, kedamaian serta keselamatan universal langgar batas. Doa orang yang benar didengarkan dan dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan memberikan sukacita bathin dalam menanggung penderitaan karena keselamatan banyak orang.
Bacaan Kedua menampilkan Imam Agung yaitu Yesus Kristus Anak Allah, yang menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepadaNya. Doa Yesus sebagai orang saleh kepada BapaNya di Surga, yang menyelamatkanNya dari maut, berkat ketaatanNya kepada BapaNya sampai mati di kayu salib. Setelah Ia mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Bacaan Injil Kisah Sengsara Tuhan Yesus menurut Injil Yohanes menampilkan Yesus yang menderita dan wafat karena mewartakan kebenaran BapaNya sebagai pemenuhan Hamba Yahwe yang diramalkan di dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam bacaan pertama. Yesus selama berkarya, dengan Sabda dan MujizatNya mewartakan kebaikan, kebenaran serta keselamatan lintas batas. Yesus dituduh sebagai pengkhianat Allah lalu berdasarkan itu Yesus dihukum. Pada hal yang benar adalah YAHWE yang diimani orang Yahudi seperti yang ada dalam Hukum Musa terpenuhi dalam diri Yesus. Para penguasa sipil dan religius menjatuhi sebuah hukuman yang tidak adil dan tidak benar atas diriNya. Bagi Tuhan Yesus tidak perlu memberikan suara atau berbicara atau berdiskusi karena lembaga pengadilan yang berwibawah dalam  Bangsa Yahudi dan Romawi tidak berdiri di atas kebenaran, kebaikan, keadilan, kedamaian serta keselamatan universal. Tetapi hanya berpihak pada orang-orang atasan yaitu para elite Romawi dan elite religius Yahudi yang telah saling berselingkuh untuk kepuasan mereka yang sesaat, untuk kepentingan kuasa dan jabatan, materi uang, dan nama mereka sendiri.  Yesus datang mewartakan kebenaran bukan kesalahan. Maka yang salah tidak perlu dijawab atau didiskusikan karena toh hasilnya akan salah dan menyesatkan. Hal ini secara eksplisit dalam pertanyaan  Pilatus kepada Yesus: Apa itu kebenaran? Yesus tidak menjawab atau diam saja. Mengapa? Karena pertanyaan itu salah. Pertanyaan yang benar adalah Siapa itu kebenaran? Yesus adalah Sang Kebenaran Sejati.  Pilatus pun mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa dia tidak menemukan kesalahan apapun padaNya. Tetapi orang-orang Yahudi terus mendesak dan berteriak “salibkan Dia” maka Pilatus pun mengambil keputusan fatal: “Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia. Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” Jawab orang-orang Yahudi kepadanya: “ Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai anak Allah.”  
Yesus adalah Anak Allah. Yesus adalah kepenuhan Hamba Yahwe yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, khususnya di dalam Bacaan Pertama.  Yahweh adalah satu-satunya Penguasa orang Yahudi.  YAHWEH itu ditulis dalam HUKUM TAURAT . YAHWEH dan HUKUM TAURAT adalah identitas Bangsa Yahudi. Tetapi ketika mereka membunuh YAHWE yang mengalami kepenuhan di dalam diri Tuhan Yesus sesungguhnya mereka membunuh harga diri mereka sendiri.  YAHWE telah mati. Hukum Taurat telah mati. Harga diri mereka hilang untuk selamanya. Orang Yahudi meninggalkan YAHWEH menuju KAISAR. Mereka meninggal Hukum Taurat sebagai Hukum Religius mereka menuju Hukum Sipil Romawi. Mereka krisis identitas.
Kita masing-masing memiliki identitas pribadi maupun kelompok dan bangsa. Sebagai umat Katolik kita mempunyai identitas yang menyatukan kita. Seorang yang menjalani panggilan kehidupan berkeluarga memiliki identitas yang mengikat yaitu sakramen perkawinan. Seorang yang tertahbis diikat oleh sakramen imamat. Seorang biarawan atau biarawati diikat oleh kaul-kaul kehidupan membiara. Identitas Bangsa Indonesia diikat oleh Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika. Seorang yang berjalan dalam lingkaran identitas panggilannya itu berarti dia setia di dalam panggilannya. Dengan demikian identitasnya tidak mengalami krisis. Sebaliknya seorang yang meninggalkan lingkaran identitas panggilannya dan atau melompat keluar dari pagar identitas panggilannya berarti dia mengalami krisis identitas.Dia kehilangan harga dirinya.


Kamis, Maret 28, 2013

Homili KAMIS PUTIH Malam 28 Maret 2013



YESUS BERALIH

Homili Kamis Putih
28 Maret 2013
Yes 12 : 1 – 8. 11-14
Mzm 116 : 12 – 13. 15 – 16bc. 17 – 18
1Kor  11 : 23 – 26

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Kita pernah mendegar pepatah yang mengatakan “ Ada Banyak jalan menuju Roma”. Jalan menuju kota abadi itu meliputi jalan udara, jalan darat dan jalan laut.  Dengan kata lain kita beralih dari satu tempat ke tempat yang lain melalui sebuah jalan sesuai dengan pilihan kita. Kita bisa beralih dari satu pulau ke pulau lain melalui jalan darat, atau jalan laut atau jalan udara. Misalnya kita bisa beralih dari Surabaya ke Denpasar melewati salah satu jalan yang kita pilih, entah jalan darat, jalan laut atau jalan udara.
Tetapi selama di perjalanan itu orang yang sedang mengadakan perjalanan, memiliki kebebasan untuk beralih dari jalan yang menyelamatkan melewati jalan yang menyesatkan, sehingga tempat tujuan tidak dicapai atau berjalan dari jalan yang menyesatkan kembali berjalan di atas jalan yang lurus menuju tujuan yang dituju, meskipun agak terlambat, atau berjalan fokus mengikuti petunjuk jalan yang lurus dan tepat sehingga cepat tiba di tempat tujuan. Kita diminta untuk memilih antara beberapa kemungkinan di atas, kita semua pasti memilih fokus berjalan di jalan lurus, jalan benar, yang memudahkan kita cepat tiba di tempat tujuan dengan selamat.

Injil hari ini sangat istimewa bagi saya pada saat saya menyiapkan homili Kamis Putih. Letak  teks ini menarik perhatian saya secara pribadi karena kalimat awal ini sangat menyentuh saya dalam persiapan homili kamis putih. Kalimat pertama itu berbunyi sebagai barikut : “Yesus beralih  dari dunia ini kepada Bapa”. Kalimat pertama ini setelah saya baca langsung muncul di dalam pikiran saya bahwa sebelum Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa, Yesus telah beralih dari Bapa ke atas dunia. Hal ini jelas kita temukan di dalam Injil hari ini : “Yesus dari Allah dan akan kembali kepada Allah”.
Pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya adalah Yesus datang dari Allah dan kembali kepada Allah melalui jalan yang mana? Apakah ada jalan yang sama yang dilalui oleh Tuhan Yesus ketika Dia beralih dari Surga ke dunia, dan beralih dari dunia ke Surga?
Yesus beralih dari Surga ke Dunia melalui sebuah jalan. Jalan itu adalah jalan kerendahan hati Bunda Maria. Santa Maria memberikan Rahim Kerendahan Hatinya sebagai jalan yang dilalui Tuhan Yesus yang diutus Oleh Allah Bapa dalam Roh Kudus ke dalam dunia.  Yesus  adalah Allah yang telah  menjadi manusia melalui jalan kerendahan hati Maria yang mengandungnya  berkat Roh Kudus atas Rencana Allah Bapa di Surga untuk menyelamatkan dunia dan mengantar manusia  berjalan menuju kembali kepada Bapa di Surga.
Sabda dan Mujizat Yesus menyelamatkan semua lintas batas di dunia akan berakhir dengan Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa di Surga.  Peralihan dari dunia ini menuju kepada Bapa di Surga melalui jalan yang pantas.  Jalan itu adalah jalan kerendahan hati.  Seperti apa jalan kerendahan hati dari dunia ke Surga? Yesus beralih dari dunia ke Surga melalui jalan pembasuhan kaki para muridNya dalam Ekaristi Kudus. Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat mengagetkan. Mengapa? Pembasuhan kaki biasanya dilakukan oleh seorang isteri terhadap suaminya atau seorang hamba terhadap tuannya, setelah tuan atau suami datang dari tempat jauh sebelum memasuki rumah atau sebelum naik ke tempat tidur untuk beristirahat. Tetapi tidak biasa pembasuhan kaki dilaksanakan sementara makan bersama atau sedang Perayaan Ekaristi atau sementara makan bersama.  Juga tidak biasa seorang tuan membasuh kaki hamba atau bawahannya atau seorang suami membasuh kaki isterinya, atau seorang Guru membasuh kaki para muridnya. Kekagetan itu muncul dalam protes Petrus tanda dia tidak mengerti peristiwa Yesus membasuh kaki para muridNya. Yesus sendiri mengatakan kepada Petrus bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Tuhan Yesus yaitu membasuh kaki para muridNya. Kelak Petrus akan mengerti.
Petrus dalam keadaan pikirannya yang serba tidak menentu meminta Yesus membasuh kaki, tangan dan kepalanya juga. Petrus berpikir bahwa kaki, tangan dan kepalanya kotor sehingga perlu dibasuh oleh Tuhan Yesus. Petrus begitu progresif meminta Yesus membasuh kaki, tangan dan kepalanya agar kepalanya berpikir sesuai kehendak Tuhan Yesus, tangannya bekerja sesuai harapan Tuhan Yesus, kakinya berjalan di jalan kerendahan hati yang dicontohkan Tuhan Yesus. Singkatnya pembasuhan itu untuk membersihkan dan menyucikan para muridNya untuk layak beralih dari dunia ini menuju kepada Bapa bersama Kristus dalam kata dan perbuatannya. Pembasuhan itu bermakna besar bahwa dengan disucikan oleh air kerendahan Hati Tuhan Yesus, dan kelak dengan Darah Suci Tuhan Yesus yang mengalir dari SalibNya, setiap orang yang dibasuh dan mau bersih, layak mengambil bagian di dalam Perjamuan Ekaristi dan Perjamuan Ekaristi Abadi bersama Allah Tritunggal Maha Kudus di Surga.
Tetapi Yudas Iskariot sekalipun tampak menyerahkan diri dibasuh oleh Tuhan Yesus tetapi dia tidak mau bersih. Dia mengikuti ritus pembasuhan tetapi dia sendiri tiada usaha untuk membersihkan diri dari dalam dirinya. Yudas memiliki kebebasan untuk memilih menerima pembasuhan secara fisik tetapi secara bathiniah dia tidak mau bersih. Yudas sekalipun ikut Ekaristi Kudus bersama Yesus, bathinnya masih penuh dengan kefasikan rencana jahat untuk menjual Yesus. Yudas membuka pintu hati kepada Iblis yang menuntunnya mengkhianati Yesus. Tetapi Yudas menutup pintu hatinya terhadap Kuasa Allah yang menyelamatkan.
Kita adalah para murid Tuhan Yesus pada zaman ini. Peristiwa pembasuhan kaki yang dirayakan di dalam Kamis Putih ini memiliki makna yang besar. Kamis putih berarti kita semua  yang KaMis (Kaya – Miskin) dibasuh oleh Tuhan Yesus dengan air kerendahan hati dan darah SuciNya di Salib, agar kita selalu menjadi pribadi Kamis Putih. Kaya atau miskin (KaMis) yang memiliki hati yang putih dalam Kata dan Perbuatan kita.  Artinya kita menyangkal kebohongan pribadi, kebohongan publik, kehongan terhadap Tuhan, dalam setiap langkah hidup kita dimana dan kapan saja kita berada.
Kita menjadi pribadi yang “berKamisputih” berarti kita senantiasa membuka diri terhadap air kerendahan hati Tuhan Yesus yang mengalir masuk ke dalam medan hati kita, membersihkan kita dari dalam, dari segala kebohongan terhadap diri, sesama dan Tuhan sendiri. Kita juga rendah hati mau bersih dan dibersihkan oleh Tuhan dan sesama sebagai tangan-tangan Tuhan yang mau membersihkan kita dikala kita sendiri terjerat dalam ketidakberdayaan untuk membersihkan diri. Dengan demikian kita sesungguhnya  mau beralih dari kebohongan personal, sosial dan spiritual menuju kejujuran yang sejati dalam nama Tuhan Yesus.  Tuhan Yesus bersihkanlah aku yang MAU bersih ini. Amin.