Sabtu, April 27, 2013

Homili Sabtu 27 April 2013




Saya menjalani Tahun pastoral pada tahun 2001 – 2002. Waktu itu setiap minggu pagi sebelum Perayaan Ekaristi selalu dilaksanakan Sekolah Minggu. Pada satu kesempatan, saat saya menghadiri sekolah minggu, ada pertanyaan guru sekolah minggu kepada anak-anak sekolah minggu demikian. Seperti siapakah Allah itu? Satu di antara anak-anak sekolah Minggu memberikan jawaban seperti ini. Allah itu adalah Baik. Dia baik seperti Ayah saya yang selalu berbuat baik kepada saya, kepada mama, kepada kakak-kakak saya. Allah itu seperti Ayah saya yang selalu mengajak kami selalu berdoa bersama keluarga sebelum tidur, sesudah bangun, sebelum makan, sesudah makan, dan selalu memberkati saya sebelum berangkat ke sekolah dan sesudah kembali dari sekolah dan tiba di rumah.  
Pernyataan di atas khususnya jawaban anak di atas bahwa Allah itu seperti ayahnya menunjukkan anak itu menganut teologi ayah. Ayah yang baik terhadap dirinya, memperhatikan kesehatan anaknya, pendidikan anaknya, sabar terhadap anaknya, memberkati anaknya, mendoakan anaknya, memberikan teladan yang baik tanpa kekerasan di dalam keluarga terhadap mam, anak-anak, sebagai media yang membantu dan menuntun anak-anak memahami Allah yang baik hadir di dalam diri ayahnya. Bagi anak itu, Allah itu tidak jauh. Allah senantiasa hadir di dekatnya dalam diri orang tuanya yang secara tulus dan penuh cintakasih memberikan yang terbaik kepada anaknya. Anak melihat orang tua yang penuh cinta kasih, melihat Allah yang Maha Baik dan Maha Kasih.
Injil hari ini menampilkan pertanyaan Philipus kepada Yesus untuk menunjukkan Bapa kepadanya. Yesus menjawab kepada Philipus. “Telah bertahun-tahun lamanya engkau berada bersama Aku, tetapi engkau tidak mengenal Aku. Barangsiapa melihat Aku, melihat Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa melihat pekerjaan-pekerjaan saya, dia melihat Allah Bapa yang mengerjakan segala sesuatu di dalam diri saya”. Jawaba Yesus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Yesus dengan Bapa adalah Satu.  Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Trinitas. Satu dalam misi dan visi yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas. Barang siapa melihat Yesus, dia melihat Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa menerima Yesus, dia menerima Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa mengimani Yesus, dia mengimani Bapa dan Roh Kudus.
Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan kita dan semua orang langgar batas yang mengimaniNya.  Iman itu dikonkretkan dalam hidup kita dimana saja kita berada. Iman  akan Paskah menjadi nyata dan dialami sesama yang kita jumpai setiap hari jikalau kita hadir sebagai pribadi paskah bukan pribadi yang membawa salib derita bagi sesame. Kita ada dan hadir membangkitkan semangat bagi sesama dan menjadi sukacita dan berkat bagi sesame kita langgar batas-batas buatan manusia. Kita perlu belajar terus menerus “Teologi Ayah” seperti pengalaman anak kecil dalam sekolah minggu di atas.

Homili Sabtu 27 April 2013
Kis 13:44-52
Mzm  98 : 1.2-3ab.3cd-4
Yoh 14 : 7 - 14



Homili Lansia GYB Kamis 25 April 2013



MENGHARGAI SENIOR
*P. Beny Mali, SVD*

Sebuah bangunan ide pasti ada yang memulai dan ada yang membacanya dan mengembangkannya atau melanjutkannya. Misalnya ide pembangunan Gereja Roh Kudus Rungkut ini dimulai oleh para senior  baik Pastor Paroki maupun Dewan Paroki. Ide-ide itu kemudian dilaksanakan dalam bentuk bangunan Gereja Roh Kudus yang dijadikan sebagai tempat Doa yang berpuncak di dalam Perayaan Ekaristi Kudus pusat keselamatan kita dan sesame kita, yang kita doakan.  Para senior itu ada yang masih hidup, ada juga yang sudah kembali ke Rumah Bapa melalui jalan Kristus yang telah bangkit yang kita imani dan diimaninya.  Mereka yang sudah kembali di Rumah Bapa mengalami bahagia bersama Bapa di Surga, menjad pendoa bagi kita. Mereka yang masih hidup kita doakan agar diberi rahmat dan berkat berlimpah dari Tuhan.  
Hari ini pesta St. Markus Penulis Injil. Markus adalah orang yang pertama yang menulis Injil. Penulis pertama adalah catatan kaki bagi penulis yang lain. Injil Markus adalah sumber bagi penulis Injil Mateus, Lukas dan Yohanes. Markus sebagai senior dihargai dan dihormati oleh ketiga penulis Injil lainnya.  Penghargaan dan penghormaan itu adalah mereka menjadikan Injil Markus sebagai sumber bagi penulisan Injil Lukas, Mateus dan Yohanes. Ini adalah satu contoh yang kemudian menghormati dan menghargai yang terdahulu.
Hari ini adalah Misa Sukur Lansia. Para Lansia adalah para sesepuh yang telah banyak makanasam garam di dalam hidup dan kehidupan. Ada banyak hal yang baik dan benar yang telah diberikan oleh Lansia kepada anak-anak, cucu-cucu, kepada gereja, masyarakat. Sebuah pemberian para lansia yang patut disyukuri. Puncak syukur itu adalah Perayaan Ekaristi pusat doa-doa pribadi dan doa bersama, untuk keselamatan diri dan sesama. Kita bersyukur atas kesehatan yang baik yang diberikan kepada para lansia. Kita bersyukur ataus Rahmat Tuhan yang dialirkan melalui para lansia kepada anak-anaknya, cucu-cucunya, sesama sekitar terutama kepada perkembangan dan kehidupan iman dalam keluarga dan Gereja dan masyarakat. Kita juga memohon agar Tuhan senantiasa memberikan rahmat kesehatan yang baik kepada para lansia dan memberikan rahmat semakin memasrhakan kepada Tuhan Yesus sumber kekuatan iman para lansia dan kita semua.
 Kita menghargai senior kita dalam hal ini para lansia dalam perhatian dan pelayanan kita serta dalam doa-doa kita dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati. Sikap kita yang demikian tentu juga akan direspons dengan penghargaan yang mendalam dari para senior dan lansia kita. Mereka tentu berterimakasih kepada kita dalam kata maupun doa-doa mereka untuk kebaikan kita dalam perjalanan panggilan hidup kita.  Saling menghargai dan dihargai ini semestinya diwarnai oleh sikap kerendahan hati yang dikehendaki oleh Tuhan dan disenangi oleh semua oran lintas batas. Sebaliknya kecongkakan pribadi entah kita yang masih muda maupun para lansia, membangun jarak dalam relasi dengan sesama.  
Kerendahan Hati yang kita miliki menjadi mandala tempat hidup dan berkembangnya pengalaman Paskah, Alleluya, Kebangkitan dalam diri kita. Sebaliknya kecongkakan, adalah tanah subur bagi bertumbuhnya penyaliban terhadap sesama. Bacaan pertama menyampaikan kepada kita agar kita menghargai orang yang lebih tua dengan dijiwai oleh kerendahan hati bukan kecongkakan. Kecongkakakn itu menyalibkan sesama. Kerendahan hati membangkitkan sesama. Pengalaman paskah bertumbuh subur di dalam hati yang memiliki kerendahan hati. Warta kebangkitan itulah yang dititahkan Yesus sebelum Naik Ke Surga kepada para muridNya yang menyaksikan kenaikanNya ke Surga kembali ke Pangkuan Bapa di Surga. Yesus bersabda kepada para Murid : “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanah Injil kepada semua mahkluk.” Injil, khabar Gembira kebangkitan harus diwartakan kepada semua orang, semua bangsa, semua mahkluk di alam sekitar ini agar semuanya mengalami sukacita dalam kebangkitan Tuhan Yesus, mengalami kebahagiaan dalam Paskah, Alleluya, yang membangkitkan sesame, bukan menyalibkan sesame dalam aneka bidang kehidupan yang mengitari sesama manusia.                                        
Homili Kamis 25 April 2013
Pesta St. Markus Penulis Injil
Misa Pagi di Roh Kudus
Misa Sore Lansia GYB
1Ptr 5 : 6b – 14
Mzm 89 : 2 – 3.6-7.16-17
Mrk 16 : 15 – 20

Jumat, April 26, 2013

Homili Jumat 26 April 2013



ORIENTASI vs DISORIENTASI JALAN…
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Tulisan Sindhunata tentang GARAM yg kurang asinnya, sangat menyetuh hati saya saat saya membacanya. Sentuhan itu dari dua arah yang berlawanan dan sangat mengenakan benak untuk terus mengikuti sentuhan-sentuhan yang memberikan pencerahan kepada saya dan tentu kepada banyak orang yang sempat mengelaborasi tulisan itu. Dua sentuhan itu adalah soal perjalanan Gereja dewasa ini. Tampaknya Gereja gencar mengalirkan segala sesuatu dari atas ke bawah sehingga yang ada dibawah yang menjadi komunitas basis gerejani hanya manut-manut saja yang di atas. Rupanya Tuhan Allah telah menjadi manusia bukan di kandang Bethlehem tetapi di kandang istana kekuasaan atau hirarki Gereja. Hal ini yang membuat Gereja itu seperti GARAM yang kurang asinnya.  Gereja itu seperti bara api yang tidak kelihatan karena tertutup oleh abu.  Bara api Gereja itu akan tampak kelihatan kalau abu yang menutupinya dbersihkan. Abu itu adalah dominasi hirarki Gereja yang membonsai Gerakan Roh Pembaharu yang sedang bergerak di dalam Bait Allah Hati Setiap Anggota Gereja di seluruh dunia.
Gerakan Pembaharu dari Komunitas Basis itulah yang didengarkan dan diberi peluang untuk berjalan di jalan menuju Gereja seperti GARAM yang pas asinnya.  Pusat  Gereja adalah Kitab Suci atau Sabda Allah.  Setiap individu di seluruh dunia membaca dan merenungkan Kitab Suci. Ada banyak hasil refleksi yang sangat inspiratif. Hasil refleksi bermutu yang mebuat GEREJA seperti GARAM yang pas asinnya dari setiap individu itulah yang diberi porsi lebih agar bara api Gereja tidak tertutup oleh abu Hirarki Gereja yang lebih feudal.
Sintese antara Allah yang menjelma menjadi manusia di Komunitas Basis Bethlhem dan Komunitas Basis Istana Hirarki, diberi peluang yang seimbang, serasi dans selaras. Sintese “dari atas” dengan “dari bawah” itu yang membuat Gereja Seperti GARAM yang pas asinnya. Disitulah Sabda Allah hari ini menjadi nyata. Yesus bersabda : “ Akulah Jalan” ketika Gereja disorientasi di jalan panggilannya menuju GEREJA yang seperti GARAM yang pas asinnya. “Akulah Kebenaran” ketika Gereja mengalami Relativisme yang memberikan ketidakpastian akan aneka prinsip yang membingungkan. “Akulah Kehidupan” ketika Gereja berada dalam ketidak berdayaan mengangkat kembali harkat dan martabat manusia yang berkemanusiaan.
Kita sedang menjalani masa paskah. Pengalaman akan paskah itu tampak dalam diri kita ketika kita memberikan jalan yang pasti kepada semua orang untuk berjalan menuju Rumah Bapa yang kelihatan yaitu GEREJA yang  seperti GARAM yang pas asinnya, juga ke Rumah Bapa di Surga yang dicapai hanya melalui Salib Yesus yang telah bangkit, sebagai jembatan keselamatan bagi semua orang lintas batas, yang beriman dan percaya kepadaNya. Kita menghadirkan pengalaman kebangkitan Tuhan, ketika kita memberikan kebenaran yang sejati yang ditemukan hanya di dalam diri Kristus, dalam relativisme yang semakin gencar menyerang kebenaran sejati dari berbagai sisi.  Kita menghadirkan pengalaman paskah, ketika kita membangkitkan kemanusiaan di dalam berbagai segi bidang kehidupan yang mengitari kita.

Homili Jumat 26 April 2013
Kis 13 : 26 – 33
Mzm 2 : 6 – 7. 8 – 9. 10 – 11
Yoh 14 : 1 – 6

Akulah Jalan Kebanran dan Kehidupan (Yoh 14 : 6).
Dalam Nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4 : 12).
Orang Kristen adalah Orang Yang Percaya kepada Kristus Yang Telah Bangkit membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas (Kis 11 : 26).


Teologi Jalan



ORIENTASI vs DISORIENTASI JALAN…
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Tulisan Sindhunata tentang GARAM yg kurang asinnya, sangat menyetuh hati saya saat saya membacanya. Sentuhan itu dari dua arah yang berlawanan dan sangat mengenakan benak untuk terus mengikuti sentuhan-sentuhan yang memberikan pencerahan kepada saya dan tentu kepada banyak orang yang sempat mengelaborasi tulisan itu. Dua sentuhan itu adalah soal perjalanan Gereja dewasa ini. Tampaknya Gereja gencar mengalirkan segala sesuatu dari atas ke bawah sehingga yang ada dibawah yang menjadi komunitas basis gerejani hanya manut-manut saja yang di atas. Rupanya Tuhan Allah telah menjadi manusia bukan di kandang Bethlehem tetapi di kandang istana kekuasaan atau hirarki Gereja. Hal ini yang membuat Gereja itu seperti GARAM yang kurang asinnya.  Gereja itu seperti bara api yang tidak kelihatan karena tertutup oleh abu.  Bara api Gereja itu akan tampak kelihatan kalau abu yang menutupinya dbersihkan. Abu itu adalah dominasi hirarki Gereja yang membonsai Gerakan Roh Pembaharu yang sedang bergerak di dalam Bait Allah Hati Setiap Anggota Gereja di seluruh dunia.
Gerakan Pembaharu dari Komunitas Basis itulah yang didengarkan dan diberi peluang untuk berjalan di jalan menuju Gereja seperti GARAM yang pas asinnya.  Pusat  Gereja adalah Kitab Suci atau Sabda Allah.  Setiap individu di seluruh dunia membaca dan merenungkan Kitab Suci. Ada banyak hasil refleksi yang sangat inspiratif. Hasil refleksi bermutu yang mebuat GEREJA seperti GARAM yang pas asinnya dari setiap individu itulah yang diberi porsi lebih agar bara api Gereja tidak tertutup oleh abu Hirarki Gereja yang lebih feudal.
Sintese antara Allah yang menjelma menjadi manusia di Komunitas Basis Bethlhem dan Komunitas Basis Istana Hirarki, diberi peluang yang seimbang, serasi dans selaras. Sintese “dari atas” dengan “dari bawah” itu yang membuat Gereja Seperti GARAM yang pas asinnya. Disitulah Sabda Allah hari ini menjadi nyata. Yesus bersabda : “ Akulah Jalan” ketika Gereja disorientasi di jalan panggilannya menuju GEREJA yang seperti GARAM yang pas asinnya. “Akulah Kebenaran” ketika Gereja mengalami Relativisme yang memberikan ketidakpastian akan aneka prinsip yang membingungkan. “Akulah Kehidupan” ketika Gereja berada dalam ketidak berdayaan mengangkat kembali harkat dan martabat manusia yang berkemanusiaan.
Kita sedang menjalani masa paskah. Pengalaman akan paskah itu tampak dalam diri kita ketika kita memberikan jalan yang pasti kepada semua orang untuk berjalan menuju Rumah Bapa yang kelihatan yaitu GEREJA yang  seperti GARAM yang pas asinnya, juga ke Rumah Bapa di Surga yang dicapai hanya melalui Salib Yesus yang telah bangkit, sebagai jembatan keselamatan bagi semua orang lintas batas, yang beriman dan percaya kepadaNya. Kita menghadirkan pengalaman kebangkitan Tuhan, ketika kita memberikan kebenaran yang sejati yang ditemukan hanya di dalam diri Kristus, dalam relativisme yang semakin gencar menyerang kebenaran sejati dari berbagai sisi.  Kita menghadirkan pengalaman paskah, ketika kita membangkitkan kemanusiaan di dalam berbagai segi bidang kehidupan yang mengitari kita.

Homili Jumat 26 April 2013
Kis 13 : 26 – 33
Mzm 2 : 6 – 7. 8 – 9. 10 – 11
Yoh 14 : 1 – 6

Akulah Jalan Kebanran dan Kehidupan (Yoh 14 : 6).
Dalam Nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4 : 12).
Orang Kristen adalah Orang Yang Percaya kepada Kristus Yang Telah Bangkit membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas (Kis 11 : 26).