Minggu, April 28, 2013

Homili Minggu Paskah V 28 April 2013



KASIH : Partikular vs Universal
*P. Beny Mali, SVD*


Saya terinspirasi dengan Karikatur yang dimuat dalam Opini Jawa Pos halaman 4, Sabtu 27 April 2013. Saya mengamati Karikatur ini sungguh sangat menarik dan menyentuh hati saya ketika saya sedang menyiapkan Homili Hari Minggu Paskah kelima. Menarik saya karena ada dua pesan yang muncul di dalam benak saya dari karikatur ini. Dua hal itu adalah Karikatur ini merancang bangunan kasih partikular dalam Bhineka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini jelas dalam caleg-nya bukan berasal dari pribadi-pribadi yang bermutu tetapi didasarkan hubungan kekeluargaan karena didukung dengan kehidupan keuangan yang memadai. Kehidupan sejahtera dalam bidang keuangan itu tampak dalam ayah, anak, ibu sebagai caleg yang berbadan gemuk kokoh berdiri dalam kerapuhan Negara Keluarga Republik Indonesia. Bangunan Kasih Partikular itu menjadi halangan besar bagi jalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju pengalaman akan Kasih Universal yang mengalir dari wakil-wakil rakyat yang duduk di Gedung DPR RI Jakarta, Eksekutif dan Yudikatif yang sama duduk di pusat, kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Injil hari ini menampilkan Yesus adalah pembawa Kasih yang universal. Orang-orang Yahudi menyempitkan kasih itu dalam freim partikularisme keselamatan. Mereka sebagai bangsa terpilih Allah. Mereka merasa superior dari orang-orang non Yahudi sebagai kelas yang berada di luar pagar keselamatan partikular bangsa Yahudi. Orang non Yahudi dipandang sebagai orang yang hanya menonton keselamatan Allah yang orang Yahudi alami.
Kesombongan bangsa Yahudi itu berpuncak pada pembunuhan Yesus sebagai Allah Yahudi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia membawa keselamatan bagi semua orang langgar batas. Perbedaan pandangan antara bangsa Yahudi dengan Yesus itu melahirkan pembunuhan terhadap Yesus, dan dimakamkan lalu kemudian bangkit dari antara orang mati, menampkan diri kepada para muridNya lalu memberikan Roh KebangkitanNya kepada para MuridNya yang diutus meneruskan pewartaan KebangkitanNya sebagai puncak keselamatan universal mengubah keselamatan partikular bangsa Yahudi. Para muridNya mewartakan Keselamatan Universal Tuhan Yesus itu kepada bangsa Yahudi dan kepada semua bangsa langgar batas. Banyak orang yang percaya dan menjadi saksi keselamatan universal Tuhan Yesus yang lahir dari KasihNya yang sejati.
Yesus mengasihi secara total untuk menyelamatkan semua bangsa melintas batas. Kasih itulah yang diperintahkan kepada para muridNya agar mereka juga mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan, secara tulus dan ikhlas serta secara total kepada semua orang langgar aneka status sosial, asal, ras dan sebagainya.
Kasih dan Keselamatan universal inilah yang melahirkan Kekristenan di Anthiokia. Orang Kristen adalah pribadi-pribadi yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan universal menghapus keselamatan partikular bangsa Yahudi (bdk. Kis 11 : 26). Keselamatan universal Kristus itu menjadi nyata ketika para murid mewartakan Kristus yang bangkit kepada orang-orang Yahudi, kebanyakan mereka menolak, walaupun warta para murid itu dengan Kata dan mujizat dan saksi-saksi hidup dari mereka yang mengalami mujizat yang dilakukan para murid dalam nama Yesus yang telah bangkit (Kis 4 :12). Tetapi orang-orang bukan bangsa Yahudi, memiliki hati dan budi yang terbuka menerima pewartaan para muridNya tentang kebangkitanNya. Mereka menerima warta para muridNya tentang Kasih Keselamatan universal Kristus dalam sabda dan mujizat.
Hal itu membangkitkan iman, kepercayaan dan keyakinan yang kokoh kepada Kristus Yesus yang telah bangkit menyelamatkan semua orang langgar batas. Umat Kristem semakin hari semakin berkembang hingga hari ini. Ini adalah kasih Yesus yang universal yang menjadi nyata di dalam hidup kita. Paskah tetap membangkitkan banyak orang untuk menjadi Kristen. Orang Kristen pun menghadirkan paskah dengan membangkitkan banyak orang dari tempat yang jauh dari Kristus berjalan menuju Kristus dan tinggal di dalam Kristus Yesus yang menyelamatkan semua orang melintas batas.
Kita adalah orang Kristen. Kesejatian orang Kristen adalah mengalirkan Kasih yang menyelamatkan semua orang tanpa dibatasi status sosial, asal, suku, agama, dan golongan. Dalam nama Yesus semua orang adalah dari Allah, dan tinggal dalam Allah yang mengasihi semua tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah. Orang Kristen yang semakin lama semakin tidak serupa dengan Yesus yang membawa Kasih Universal, itu tandanya dia mengalami langka mundur dari keselamatan UniversalNya Perjanjian Baru kepada keselamatan partikularnya Perjanjian Lama.

Homili Minggu Paskah V 28 April 2013
Kis 14 : 21b-27
Mzm 145 : 8-9.10-11.12.13ab
Why 21:1-5a
Yoh 13 : 31-33a.34-35

Sabtu, April 27, 2013

Teologi Orang Sakit




Homili  SAKRAMEN ORANG SAKIT
Yak 5 : 14 – 16
Mat 8 : 5 – 8. 10.13

IMAN PERSONAL MENYELAMATKAN SESAMA
*P. Beny Mali, SVD*


Petani menyelamatkan kita dari kelaparan. Sopir mengantar kita dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pilot menerbangkan kita dengan pesawat dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pendidik mengantar kita menjadi orang yang berpendidikan. Misionaris mengantar kita menjadi pribadi yang beriman kepada Allah. Orang tua melahirkan kita, mendidik kita, mengantar kita menjadi orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan kita baik sebagai imam, biarawan, biarawati maupun sebagai orang yang menjalani hidup berkeluarga. Orang tua mendoakan kita anak-anaknya untuk keselamatan kita dalam perjalanan hidup kita, dalam pekerjaan kita, dalam perjuangan hidup kita. Kita pun mendokan orang tua kita agar diberi rahmat berkat dan perlindungan Tuhan di dalam setiap langkah hidup mereka. Singkatnya tiada seorang pun dapat hidup seorang diri. Setiap orang hidup bergantung dan tergantung pada sesame baik dalam hidup sosial, psikologis, fisik atau biologis, maupun spiritual.
Kehidupan iman pribadi memiliki aspek sosial. Kepercaya kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya. Keyakinan kepada Kristus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya.
Yakobus 5 : 14 – 16 mengatakan bahwa doa seorang imam dan orang beriman yang berkumpul mendoakan sesama yang sakit membawa pengampunan atas dosa-dosanya dan membawa keselamatan kepadanya. Doa-doa yang mengalir keluar dari sebuah hati yang jernih, tulus, suci dan murni, sungguh memiliki daya pengampunan dan penyelamatan bagi sesama yang didoakan, teristimewa bagi sesama yang sedang sakit, yang didoakan.
Injil Mateus  8 : 5 – 8. 10.13 berbicara tentang iman seorang perwira romawi kepada Kristus Yesus yang telah bangkit membawa keselamatan bagi hambanya yang terbaring sakit lumpuh. Perwira Romawi itu sebelumnya adalah orang kafir. Kemudian dia beriman kepada Yesus secara radikal. Imannya itu dia ungkapkan dalam permintaannya kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Dia mengatakan, Tuhan katakana sepatah kata saja, maka hamba saya akan sembuh. Yesus sangat heran karena Perwira Romawi itu percaya pada SabdaNya. “Bersabdalah Tuhan, maka hamba saya sembuh”.  Yesus pun bersabda  kepada perwira yang beriman akan SabdaNya itu : “Pulanglah, dan terjadilah padamu sesuai dengan imanmu”. Maka pada saat itu juga sembuhlah hamba perwira itu.
Kita setiap kali teman kita, anggota keluarga kita, sahabat kita sakit terutama dalam saat-saat kritis, kita memanggil imam memberikan sakramen orang sakit kepada yang sakit. Sakramen orang sakit adalah sebuah sakramen yang diterima oleh orang sakit sebagai pengampunan atas dosa-dosanya, sebagai pemurnian bathin, sekaligus sebagai persiapan rohani bagi perziarahan spiritual orang sakit fisik tetapi untuk sehat secara spiritual. Sakramen Orang Sakit adalah Sakramen yang menghantar orang sakit fisik untuk menuju sehat spiritual dalam kepasrahan total yang membebaskan dan memerdekakan dari segala pamrih duniawi. Sakramen Orang Sakit memberikan kekuatan rohani kepada orang sakit untuk hidup berpasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa pemilik kehidupan yang kekal.
Sakramen Orang Sakit diberikan kepada orang sakit dala doa bersama dan doa imam. Doa-doa itu lahir dari hati yang tulus bersumber iman dan kepercayaan kepada Kristus Yesus yang telah bangkit, membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas. (Kis 4:12 tentang hanya dalam nama Yesus ada Keselamatan) dan (Kis 11 : 26 tentang Kekristenan lahir atas dasar universalitas keselamatan Kristus Yesus yang telah bangkit).  Doa kita membawa pengampunan dan keselamatan bagi sesame yang kita doakan secara khusus pada kesempatan ini bagi orang sakit yang sedang kita doakan. Tuhan mendengarkan doa hamba perwira dengan menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Kita yakin dan percaya, pasti Tuhan mengabulkan doa kita bagi sesame yang sakit yang kita doakan ini.


Homili Sakramen Orang Sakit

http://youtu.be/lxKbLUuNuaA




Homili  SAKRAMEN ORANG SAKIT
Yak 5 : 14 – 16
Mat 8 : 5 – 8. 10.13

IMAN PERSONAL MENYELAMATKAN SESAMA
 *P. Beny Mali, SVD*

Petani menyelamatkan kita dari kelaparan. Sopir mengantar kita dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pilot menerbangkan kita dengan pesawat dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pendidik mengantar kita menjadi orang yang berpendidikan. Misionaris mengantar kita menjadi pribadi yang beriman kepada Allah. Orang tua melahirkan kita, mendidik kita, mengantar kita menjadi orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan kita baik sebagai imam, biarawan, biarawati maupun sebagai orang yang menjalani hidup berkeluarga. Orang tua mendoakan kita anak-anaknya untuk keselamatan kita dalam perjalanan hidup kita, dalam pekerjaan kita, dalam perjuangan hidup kita. Kita pun mendokan orang tua kita agar diberi rahmat berkat dan perlindungan Tuhan di dalam setiap langkah hidup mereka. Singkatnya tiada seorang pun dapat hidup seorang diri. Setiap orang hidup bergantung dan tergantung pada sesame baik dalam hidup sosial, psikologis, fisik atau biologis, maupun spiritual.
Kehidupan iman pribadi memiliki aspek sosial. Kepercaya kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya. Keyakinan kepada Kristus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya.
Yakobus 5 : 14 – 16 mengatakan bahwa doa seorang imam dan orang beriman yang berkumpul mendoakan sesama yang sakit membawa pengampunan atas dosa-dosanya dan membawa keselamatan kepadanya. Doa-doa yang mengalir keluar dari sebuah hati yang jernih, tulus, suci dan murni, sungguh memiliki daya pengampunan dan penyelamatan bagi sesama yang didoakan, teristimewa bagi sesama yang sedang sakit, yang didoakan.
Injil Mateus  8 : 5 – 8. 10.13 berbicara tentang iman seorang perwira romawi kepada Kristus Yesus yang telah bangkit membawa keselamatan bagi hambanya yang terbaring sakit lumpuh. Perwira Romawi itu sebelumnya adalah orang kafir. Kemudian dia beriman kepada Yesus secara radikal. Imannya itu dia ungkapkan dalam permintaannya kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Dia mengatakan, Tuhan katakana sepatah kata saja, maka hamba saya akan sembuh. Yesus sangat heran karena Perwira Romawi itu percaya pada SabdaNya. “Bersabdalah Tuhan, maka hamba saya sembuh”.  Yesus pun bersabda  kepada perwira yang beriman akan SabdaNya itu : “Pulanglah, dan terjadilah padamu sesuai dengan imanmu”. Maka pada saat itu juga sembuhlah hamba perwira itu.
Kita setiap kali teman kita, anggota keluarga kita, sahabat kita sakit terutama dalam saat-saat kritis, kita memanggil imam memberikan sakramen orang sakit kepada yang sakit. Sakramen orang sakit adalah sebuah sakramen yang diterima oleh orang sakit sebagai pengampunan atas dosa-dosanya, sebagai pemurnian bathin, sekaligus sebagai persiapan rohani bagi perziarahan spiritual orang sakit fisik tetapi untuk sehat secara spiritual. Sakramen Orang Sakit adalah Sakramen yang menghantar orang sakit fisik untuk menuju sehat spiritual dalam kepasrahan total yang membebaskan dan memerdekakan dari segala pamrih duniawi. Sakramen Orang Sakit memberikan kekuatan rohani kepada orang sakit untuk hidup berpasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa pemilik kehidupan yang kekal.
Sakramen Orang Sakit diberikan kepada orang sakit dala doa bersama dan doa imam. Doa-doa itu lahir dari hati yang tulus bersumber iman dan kepercayaan kepada Kristus Yesus yang telah bangkit, membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas. (Kis 4:12 tentang hanya dalam nama Yesus ada Keselamatan) dan (Kis 11 : 26 tentang Kekristenan lahir atas dasar universalitas keselamatan Kristus Yesus yang telah bangkit).  Doa kita membawa pengampunan dan keselamatan bagi sesame yang kita doakan secara khusus pada kesempatan ini bagi orang sakit yang sedang kita doakan. Tuhan mendengarkan doa hamba perwira dengan menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Kita yakin dan percaya, pasti Tuhan mengabulkan doa kita bagi sesame yang sakit yang kita doakan ini.


TEOLOGI AYAH



 Melihat-nya Melihat-Nya
*P. Beny Mali, SVD*




Saya menjalani Tahun pastoral pada tahun 2001 – 2002. Waktu itu setiap minggu pagi sebelum Perayaan Ekaristi selalu dilaksanakan Sekolah Minggu. Pada satu kesempatan, saat saya menghadiri sekolah minggu, ada pertanyaan guru sekolah minggu kepada anak-anak sekolah minggu demikian. Seperti siapakah Allah itu? Satu di antara anak-anak sekolah Minggu memberikan jawaban seperti ini. Allah itu adalah Baik. Dia baik seperti Ayah saya yang selalu berbuat baik kepada saya, kepada mama, kepada kakak-kakak saya. Allah itu seperti Ayah saya yang selalu mengajak kami selalu berdoa bersama keluarga sebelum tidur, sesudah bangun, sebelum makan, sesudah makan, dan selalu memberkati saya sebelum berangkat ke sekolah dan sesudah kembali dari sekolah dan tiba di rumah.  
Pernyataan di atas khususnya jawaban anak di atas bahwa Allah itu seperti ayahnya menunjukkan anak itu menganut teologi ayah. Ayah yang baik terhadap dirinya, memperhatikan kesehatan anaknya, pendidikan anaknya, sabar terhadap anaknya, memberkati anaknya, mendoakan anaknya, memberikan teladan yang baik tanpa kekerasan di dalam keluarga terhadap mam, anak-anak, sebagai media yang membantu dan menuntun anak-anak memahami Allah yang baik hadir di dalam diri ayahnya. Bagi anak itu, Allah itu tidak jauh. Allah senantiasa hadir di dekatnya dalam diri orang tuanya yang secara tulus dan penuh cintakasih memberikan yang terbaik kepada anaknya. Anak melihat orang tua yang penuh cinta kasih, melihat Allah yang Maha Baik dan Maha Kasih.
Injil hari ini menampilkan pertanyaan Philipus kepada Yesus untuk menunjukkan Bapa kepadanya. Yesus menjawab kepada Philipus. “Telah bertahun-tahun lamanya engkau berada bersama Aku, tetapi engkau tidak mengenal Aku. Barangsiapa melihat Aku, melihat Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa melihat pekerjaan-pekerjaan saya, dia melihat Allah Bapa yang mengerjakan segala sesuatu di dalam diri saya”. Jawaba Yesus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Yesus dengan Bapa adalah Satu.  Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Trinitas. Satu dalam misi dan visi yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas. Barang siapa melihat Yesus, dia melihat Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa menerima Yesus, dia menerima Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa mengimani Yesus, dia mengimani Bapa dan Roh Kudus.
Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan kita dan semua orang langgar batas yang mengimaniNya.  Iman itu dikonkretkan dalam hidup kita dimana saja kita berada. Iman  akan Paskah menjadi nyata dan dialami sesama yang kita jumpai setiap hari jikalau kita hadir sebagai pribadi paskah bukan pribadi yang membawa salib derita bagi sesame. Kita ada dan hadir membangkitkan semangat bagi sesama dan menjadi sukacita dan berkat bagi sesame kita langgar batas-batas buatan manusia. Kita perlu belajar terus menerus “Teologi Ayah” seperti pengalaman anak kecil dalam sekolah minggu di atas.

Homili Sabtu 27 April 2013
Kis 13:44-52
Mzm  98 : 1.2-3ab.3cd-4
Yoh 14 : 7 - 14