BAIT ALLAH YANG HIDUP
1Kor
3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22
Misa
Harian, Jumat 9 Nopember 2012,
di
Wilayah Matius
Paroki
Roh Kudus Surabaya
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)
Kita hidup di antara banyak tempat ibadah dari beraneka
agama yang ada di sekitar kita. Tempat ibadat pada dasarnya memiliki satu
tujuan mulia yaitu berkomunikasi dengan Tuhan yang Maha Tinggi. Tempat ibadat
bertujuan untuk berkontak dengan Allah yang menyelamatkan. Tempat ibadat adalah
tempat khusus untuk manusia berdialog dari hati ke hati dengan Tuhan yang diimaninya.
Tempat ibadah adalah wadah bagi manusia untuk menata diri dan hati berdasarkan
kehendak Allah yang diimaninya dan dengan demikian seluruh hidupnya membawa
keselamatan, kedamaian, dan sukacita bagi diri dan sesama serta alam
sekitarnya.
Kita sebagai orang Katolik memiliki tempat ibadat untuk
berdoa, berkomunikasi, berdialog dengan Tuhan yang disebut sebagai Gereja. Pada
hari ini adalah Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran, yang dirayakan Gereja
Katolik Seluruh dunia.
Pesta ini mengingatkan kita bahwa Gereja itu berupa bangunan
fisik sebagai tempat istimewa yang dikhususkan hanya untuk berdoa, yaitu
berkomunikasi dengan Tuhan dari hati ke hati untuk menata seluruh diri kita
sesuai kehendak Allah yang menyelamatkan semua manusia dan alam sekitar.
Gereja itu juga adalah Bait Allah yang hidup yaitu tubuh
kita sendiri. Gereja yang hidup ini adalah tempat kediaman Roh Kudus. Sejak
kita dibaptis kita adalah kudus. Dengan tubuh yang kudus kita berdoa dan
memuliakan Tuhan. Kita ini adalah milik Allah Maha Kudus. Kita lahir dari Allah
Maha Kudus lewat kedua orang tua kita.
Maka tidak ada alasan bagi kita manusia untuk mencemari
bangunan gereja, kapela, tempat-tempat ziarah yang telah dikuduskan lewat
pemberkatan oleh tangan tertahbis imam dan atau uskup. Juga tidak ada alasan
untuk kita mencemari tubuh sebagai bait Allah Roh Kudus yang hidup, dengan dosa
dan salah yang kita lakukan di dalam kontrol kesadaran dan kebebasan.
Kita harus berupaya penuh konsentrasi pada pengudusan Gereja
berupa tidak mengotori bangunan Gereja dengan membuang sampah di sekitar Gereja
dan tidak mencemari tubuh sendiri dengan cara apapun.
Kalau dulu kita sering sms-an di dalam gereja sementara misa
berlangsung, ribut di dalam gereja, maka kini adalah saat bagi kita untuk
matikan hp dan hening selama Ekaristi sedang berlangsung. Kalau dulu kurang
disiplin mengatur tubuh dan kesehatan, mengatur relasi yang baik dan benar,
maka kini harus disiplin hidup dalam doa, dan berkarya serta mengatur relasi
yang sehat dalam kehidupan bersama.
"Ambil semuanya (sampah fisik dan dosa) ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku (Bait Allah yang Hidup) menjadi tempat berjualan (pencemaran)”.
Gereja yang kudus itu meliputi tiga bagian. Gereja yang
kudus itu mencakup tiga karakter. Gereja yang Kudus itu memiliki tiga sifat
yaitu Gereja yang berziarah (sedang berjalan di dunia), gereja yang sedang
berjuang di tempat penyucian atau pemurnian, serta gereja yang jaya.
Gereja yang berziarah adalah kita-kita ini yang masih
memiliki daging, kalau badan kita dicubit masih merasakan sakit. Gereja yang
berjuang di api pencucian adalah anggota keluarga yang telah meninggal dunia,
yang karena dosa-dosanya yang belum diampuni, masih tinggal di api penyucian.
Gereja yang jaya adalah para Kudus dan para malaikat di Surga. Mereka itu
adalah para santo dan santa, yang namanya kita tempatkan pada nama kita
masing-masing saat di Baptis.
Pada hari ini, pada perayaan Ekaristi ini, kita arahkan
seluruh perhatian kita pada peringatan arwah. Kita fokus pada doa bagi
keselamatan arwah. Mengapa? Kita berdoa bagi sesama adalah membawa sukacita
baginya. Kita berdoa bagi sesama, memberikan kekuatan baginya. Kita berdoa bagi
sesama memohonkan Tuhan memberikan keselamatan baginya. Kita berdoa bagi sesama
agar Tuhan memberkatinya.
Demikian juga kita berdoa bagi mereka yang telah meninggal
dunia. Mereka yang meninggal adalah seperti beralih dari ruangan kehidupan di
dunia menerobos masuk tirai ruangan bangunan rumah dunia yang lain, dan setelah
meninggal menerobos tirai kematian itu, tidak dapat kembali lagi. Mereka
tinggal di satu rumah dengan ruangan yang berbeda, dalam perspektif yang
berbeda pula. Mereka dapat melihat kita walaupun kita dengan mata fisik kita
tidak dapat melihatnya.
Meskipun demikian, kita dapat berkomunikasi dengan mereka.
Kita dapat berdalog dengan mereka. Kita dapat membangun jembatan konek dengan
mereka dalam doa-doa kita. Artinnya bahwa doa kita sebagai anggota Gereja yang
sedang berziarah, membantu mereka, khususnya menebus dan menyelamatkan dosa dan
salah mereka. Doa kita maupun doa para santa-santo di Surga dapat menyelamatkan
mereka. Dengan bantuan doa Gereja Ziarah dan Gereja Jaya, mereka yang ada di
api pencucian diselamamatkan. Lewat doa kita dan doa gereja jaya, mereka dapat
keluar dari api pencucian, menuju sukacita abadi.
Bait Allah yang hidup, Bait Allah yang sedang berjuang, dan
Bait Allah jaya di Surga, ketiganya adalah wilayah refleksi kita tentang Bait
Allah yang selalu berada di atas jalan dan selalu berjalan menuju kemah
kediaman abadi di surga. Ketiga Bait Allah saling menyokong satu sama lain
menuju Surga.
Ketiga
Bait Allah senantiasa saling memperhatikan menuju keselamatan sebagai tujuan
utama Gereja yang teosentris dan kristosentris.