BERJUANG RAIH SEMPURNA –
BAHAGIA
(Ef 6:10-13.18; Mat
19:16-21)
Atau Ibr 3: 7-14; Mrk
1:40-45
Homili Misa Kamis 17
Januari 2013
Dari St. Maria Jl.
Dharmo Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere Mali,
SVD
Anda memiliki harta kekayaan dunia yang
berlimpah-limpah, semua kebutuhan jasmani anda selalu terpenuhi, pada saat yang
sama Anda mencari kesempurnaan yang lebih lagi, mencari harta kekayaan yang
lebih, dengan syarat anda harus meninggalkan harta kekayaanmu yang anda saat
ini punya, atau menjual hartamu itu dan hasil jualannya bagi-bagikan kepada
orang lain terutama orang miskin sehingga engkau pun digolongkan sebagai orang
yg tidak punya apa-apa lagi secara fisik,. Lantas apa reaksimu terhadap syarat untuk
meraih lebih sempurna seperti itu?
Pertama-tama pasti Anda bingung dan setelah bingung Anda
membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menjawab dan memenuhi syarat yang bagi
Anda sangat berat itu. Dipastikan bahwa setelah berpikir dalam kesempatan yang
lama, Anda akan menjawab bahwa Anda tidak dapat memenuhi persyaratan itu, dalam
dunia yang sangat membutuhkan kemandirian dalam hal finansial untuk
melaksanakan atau menjalankan bidang kehidupan yang lain. Bagi Anda syarat itu
tidak masuk di akal Anda.
Pemuda kaya dalam bacaan Injil hari ini berjuang
menggapai kebagiaan dan kesempurnaan yang lebih dengan datang kepada Yesus
mencari petunjuk, bukan mencari petunjuk pada para normal atau orang pintar
atau ke Gunung Kawi. Yesus memberikan syarat untuk mengalami kebahagiaan dan
kesempurnaan, yaitu dia harus solider dengan sesama dengan menjual harta
milikya kemudian hasil jualan itu dibagi-bagikan kepada orang miskin.
Berat sekali syarat itu bagi Pemuda kaya dan dia
kembali ke habitatnya lama bergulat mencari kebahagiaan dalam hartanya,
sehingga pemuda itu gagal dalam meraih kesempurnaan yang sejati dalam diri
Yesus. Bagi pemuda itu sangat sulit dalam dunianya untuk meninggalkan hartanya
apalagi menjualnya lalu bagi hasil itu kepada orang miskin, karena biaya
pendidikan keluarganya mahal, kesehatan keluarganya mahal, biaya hidup harian
mahal, di saat krisis ekonomi yang terus menimpah dunianya.
Maka dia katakan "Goodby" pada Yesus dan
berjalan di jalan yang semakin menjauh dari Yesus sang kesempurnaan sejati.
Artinya dia tidak ikut kehendak Yesus tetapi kemauannya sendiri. Ini berlawanan
dengan mujizat penyembuhan si kusta terjadi karena si kusta berkata kepada
Yesus memohon kesembuhan:"Jika Tuhan Mau, sembuhkanlah aku...".
Artinya perubahan terjadi dalam hidup ketika manusia mau supaya hidup
berdasarkan kehendak Allah.
Tetapi sebaliknya, St. Antonius Abas yang pestanya
dirayakan pada hari ini, berjalan menuju kesempurnaan yang sejati yaitu Yesus.
Beliau sangat terinspirasi dengan Mat 19:21 :"Jika ingin sempurna juallah
semua hartamu dan bagikan kepada orang miskin lalu ikutilah Aku". Antonius
adalah orang yang kaya raya memperoleh harta warisan dari orang tuanya. Dia
sadar bahwa harta yang memberikan bahagia dan sempurna sejati bukan dalam harta
fisik melainkan ada dalam harta rohani dalam diri Yesus.
Maka dia membalikkan pengalaman pemuda kaya itu dengan
menjual semua harta miliknya dan membagikannya kepada orang miskin lalu
mengikuti Tuhan Yesus. Teladan St. Antonius Abas memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam tugas perutusan kita pada zaman ini, dimana di dalam
segala lini misi, kita harus mandiri sekaligus solider dengan sesama. Kadang
kita terjebak dalam kemandirian sehingga seolah-olah lupa akan apa yang menjadi
prioritas panggilan kita yaitu solider dalam misi menuju kemandirian umat.