Rabu, Februari 06, 2013

Homili Rabu 6 Februari 2013


MENERIMA YESUS DALAM SUKA DAN DUKA


Himili Rabu 6 Februari 2013
Ibr 12 : 4 – 7. 11 – 15; Mrk 6 : 1 – 6
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Seorang murid yang sudah menolak gurunya akan selalu mengalami kesulitan untuk memperdalam dan menguasai ilmu yang diajarkan guru tersebut. Sebaliknya seorang murid yang senantiasa senang pada pengajaran guru merupakan sebuah awal yang baik bagi pengembangan diri dalam ilmu yang diajarkan guru itu. Semua energi murid itu akan terpusat pada kesenangannya  pada pengajaran guru dan pendalaman ilmunya dalam buku-buku yang dapat ditemukan di dalam Perpustakaan sehingga memperoleh pendidikan secara profesional akan perlahan menuju kenyataaan.  Pekerjaan pun selalu menanti setiap murid yang ahli di dalam ilmu yang dipelajarinya di bangku sekolah atau kuliah.

Yesus meninggalkan keluarga dan kampungnya  pergi ke daerah-daerah lain mewartakan Kerajaan Allah dan mengadakan mujizat  bagi mereka yang  membangun  bangunan kepercayaan yang kokoh kepadaNya. Mereka yang menerima Yesus  diberikan mujizat sebaliknya keluarganya dan orang sedaerahNya yang menolakNya  tidak terjadi mujizat atas diri mereka. Dengan kata lain menerima Yesus melahirkan mujizat atas diri setiap pribadi yang menyambut Yesus, sedangkan menolak Yesus berarti berjalan jauh di atas jalan menuju tanpa mujizat dari Yesus.

Dalam kehidupan kita seringkali kita merasa kosong di dalam hidup kita dan kita sering mengatakan bahwa Tuhan itu jauh dari kita. Kita bahkan merasa jengkel dan marah kepada Tuhan. Ungkapan nyata kemarahan pada Tuhan melalui acuh tak acuh ke gereja dan malas mengikuti kegiatan rohani di lingkungan dan dalam komunitas.  Ini berarti kita mau menerima mujizat melalui jalan tol saja tidak mau berjuang dengan tekun dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari menerima Yesus dalam Kitab Suci, doa pribadi dan doa bersama yang berpuncak di dalam  ekaristi Kudus.  




                                     

Selasa, Februari 05, 2013

Homili Selasa 5 Februari 2013



TEKUN BERIMAN MELAHIRKAN MUJIZAT

Ibr  12 : 1 – 4; Mrk 5 : 21 – 43
Homili Selasa 5 Februari 2013
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Ketika diumumkan di koran bahwa akan ada penyembuhan di sebuah mol  terkenal di sebuah kota, pada waktu yang telah ditentukan dalam pemberitaan itu, disambut dengan lautan manusia yang membanjiri tempat terlaksananya penyembuhan sampai-sampai tidak ada lagi tempat untuk parkir kendaraan dekat tempat pelaksanaan penyembuhan.  Sebaliknya ketika diadakan sebuah doa bersama di sebuah wilayah, yang sudah diumumkan atau sudah direncanakan bahkan sudah disampaikan melalui undangan, yang hadir sangat sedikit dibandingkan dengan doa penyembuhan.
Sadar atau tidak sadar lautan manusia yang menghadiri doa penyembuhan itu berharap mengalami mujizat penyembuhan seketika itu juga. Sebaliknya orang-orang yang setia mengikuti doa lingkungan dan misa harian setiap hari secara sadar bahwa ketekunan dalam beriman kepada Yesus yang melahirkan pengalaman akan mujizat.
 Dengan kata lain, bagi lautan manusia yang berduyun-duyun datang ke tempat penyembuhan itu bisa jadi termasuk orang-orang yang tidak tekun mengikuti doa lingkungan dan misa harian tetapi melalui jalan tol langsung mau mengalami mujizat Tuhan atau mereka itu berpegang pada prinsip “Mujizat melahirkan iman” sebaliknya orang yang secara tekun dan setia mengikuti doa lingkungan, doa pribadi, perayaan Ekaristi adalah orang yang memiliki prinsip “tekun beriman kepada Yesus melahirkan mujizat”.
Kepala Rumah Ibadat dan Perempuan Janda memiliki upaya dan ketekunan beriman kepada Yesus. Perbedaannya terletak di sini bahwa tekun beriman  kepada Tuhan Yesus dari Pribadi Perempuan Janda yang telah sakit  selama belasan tahun mengalirkan mujizat penyembuhan atas dirinya, sedangkan tekun beriman kepala rumah ibadat kepada Tuhan Yesus memancarkan mujizat kebangkitan yang dialami anaknya Yairus.
Ketekunan keduanya terletak di dalam pengalaman Perempuan Janda yang sakit berjuang berjalan menuju Yesus dan menjamah jumbai jubahNya serta mengungkapkan isi hatinya atas maksud semuanya itu kepada Tuhan Yesus. Mujizat penyembuhan terjadi atas dirinya.
Ketekunan Kepala Rumah Ibadat yang anaknya Yairus meninggal, setia dan tekun serta sabar datang kepada Yesus menjemput Yesus dan kemudian berjalan bersama Yesus sesuai agenda keselamatan Yesus yang dilaksanakan di dalam perjalanan menuju rumahnya, tanpa suatu sungutan karena keterlambatan menuju rumahnya. Bahkan di dalam perjalanan, ketika masih menyembuhkan perempuan janda, keluarga kepala Rumah Ibadat itu menyampaikan kepadanya bahwa Yairus telah mati, untuk apa Yesus datang ke rumahnya untuk menyembuhkan Yairus. Ada putus asa dari keluarga besar Kepala Rumah Ibadat. Artinya iman mereka lemah. Hal ini terungkap juga ketika Yesus bersama para murid tiba di Rumah Kepala Rumah Ibadat itu, banyak orang menertawakan Yesus. Tertawa sinis pada Yesus adalah ekspresi iman lemah dari banyak orang yang hadir di sekitar Yairus yang telah meninggal secara fisik.
Tetapi bagi Yesus tidak ada yang mustahil. Bagi Kepala Rumah Ibadat yang tekun sabar serta setia beriman kepada Yesus melahirkan mujizat kebangkitan atas anaknya Yairus yang telah meninggal.



Senin, Februari 04, 2013

Homili Senin 4 Februari 2013


TRENT UTAMAKAN BINATANG DARIPADA MANUSIA
Homili Senin 4 Februari 2013
Ibr. 11:32-40; Mrk 5 : 1 – 20
Dari Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere Mali, SVD

Mengapa memerdekakan seorang yang dijajah oleh legion membawa efek lanjut mengorbankan banyak babi? Mengapa Tuhan tidak menyelamatkan baik manusia maupun babi dengan kuasaNya?  Atau mengapa Yesus memerdekakan orang yang kerasukan legion sementara itu membiarkan legion marasuki babi-babi sampai semua babi mati lemas?  Apa ada maksudnya?

Sebuah trend Eropa yang mulai memasuki Asia termasuk Indonesia adalah orang tua lebih telaten, tekun, sabar memelihara, memperhatiakan, bintang peliharaannya  daripada memperhatikan, memelihara,  mencintai  anak-anak di dalam komunitas keluarga. Misalnya orang tua jaman ini memiliki anak cukup satu atau dua saja itupun penjaga dan pemeliharanya bukan orang tua tetapi pembantu rumah tangga. Bahkan ada orang tua yang menikah tetapi tidak mau memiliki anak karena katanya merepotkan. Sementara  itu orang tua lebih tekun dan sabar memelihara binatang seperti anjing atau burung di rumah secara tekun dan teratur memberi perhatian, memberi makan, memandikan, merawat dan memberikan kesehatan yang baik bahkan memiliki dokternya sendiri. Dengan kata lain orang tua lebih mengutamakan  binatang daripada manusia.

Tetapi Yesus hari ini dalam Injil membalikan prinsip di atas dengan “mengutamakan manusia daripada binatang”. Ketika kekuatan jahat menjajah dan membelengu manusia serta merasuki manusia, Yesus mengusirnya.  Tetapi legion itu tidak serta merta keluar dari orang yang kerasukan legion itu. Legion masih sempat  berdialog dengan Yesus untuk dipindahkan ke tempat yang dikehendakinya, ke dalam babi-babi yang sedang dijaga oleh penjaga. Yesus sebagai Allah mengambil keputusan sesegera memindahkan setan-setan dari yang dirasuki ke dalam tubuh babi yang banyak jumlahnya. Ketika legion itu berpindah ke dalam babi-babi itu, bukan membawa kehidupan tetapi semua babi yang dimasuki legion itu semuanya mati. Artinya legion mempunya karakter menghancurkan bahkan mematikan hidup sebaliknya Yesus membawa kehidupan pertama dan terutama keselamatan manusia. Dengan kata lain, Yesus mengutamakan manusia di dalam karyaNya dari pada binatang.  Yesus lebih mencintai manusia di daripada binatang.

Pergeseran sistem pikir  karya pelayanan mengutamakan manusia daripada bintang ini menyapa kita agar kita tidak memberikan perhatian lebih kepada binatang misalnya anjing piaraan atau burung piaraan di dalam lingkungan tempat tinggal kita masing-masing, dengan mengabaikan perhatian dan cinta kita kepada sesama di dalam komunitas kita yang lebih membutuhkan karya pelayanan, perhatian dan cinta kita.  Kita masing-masing memiliki agenda pelayanan kita yang searah agenda Yesus yang mengutamakan “cinta manusia dan cinta Tuhan” sebagai hukum pertama dan utama, yang menjiwai seluruh pelayanan kita dimana dan kapan saja kita berada.

Minggu, Februari 03, 2013

Homili Jumat Pertama 1 Februari 2013


KESELAMATAN MELANGGAR BATAS
Jumat, 1 Februari 2013
Ibr 10 : 32 – 39;  Mrk 4 : 26 -34
Homili Jumat Pertama
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Setiap orang yang dalam keadaan kepanasan yang berasal dari matahari akan mencari suasana yang sejuk yang didapat di bawah naungan pohon yang rindang, bila sedang berada di alam yang  lapang.  Setiap orang yang datang kepada naungan pohon yang rindang itu tidak pernah menolak semua orang yang datang kepadanya.  Pohon yang rindang itu memberikan naungannya kepada para penikmatnya secara gratis.  

Demikian juga Biji sesawi yang paling kecil di antara semua benih yang bertumbuh dan berkembang menjadi Pohon yang paling besar  dan menjadi rumah tempat tinggal burung-burung bersarang di atasnya dalam naungannya. Kerajaaan Allah yang menjadi nyata di dalam Yesus Kristus diumpamakan dengan Pohon Sesawi.  Semua manusia diumpamakan dengan burung-burung yang membangun rumah sarangnya di atas naungan pohon sesawi.  Seperti pohon sesawi yang membuka naungan kepada setiap burung yang datang dan bersarang di atasnya di bawah naungannya demikian juga Kerajaan Allah yang menjadi nyata di dalam Yesus membuka pintu RumahNya seluas-luasnya bagi setiap orang yang berjalan menuju kepada Tuhan dan kemudian tinggal  di dalamNya.

Kerajaan Allah yang menjadi manusia di dalam diri Yesus membawa pembaruan di dalam kehidupan iman dan kepercayaan bangsa yahudi. Yesus adalah satu dari banyak orang Yahudi yang membawa sistem berpikir tentang keselamatan secara baru. Kalau mayoritas bangsa Yahudi berpikir sempit tentang keselamatan itu hanya milik mereka sebagai bangsa terpilih, maka Yesus datang membawa keselamatan universal bagi semua orang langgar batas.  Keselamatan universal tanpa pembedaan itu diumpamakan dengan Pohon yang terbuka memberikan naungan kepada setiap orang yang datang tanpa undangan untuk bernaung dibawahnya.

Kita ini sebaiknya bagaikan Pohon keselamatan Allah yang memberikan naungan kegembiraan, sukacita, damai dan keadilan bagi semua orang langgar batas tanpa pembedaan.  Keberadaan kita di dalam komunitas  ataupun di mana saja, sebaiknya memberikan warna kesejukan dan sukacita yang membangun rasa at home bagi semua yang datang dan tinggal di dalam komunitas kita. Aura kehidupan bersama di dalam komunitas itu membangkitkan semangat dalam melayani Tuhan dan sesama. Jiwa atau aura yang memikat itu lahir dari kekuatan doa kita dan komitmen kita tetap setia kepadaNya walaupun ada perubahan-perubahan zaman terus berlangsung dan berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Homili Selasa 29 Januari 2013

DARI
“DUNIA PAROKI SVD”
 KE
“DUNIA MEDAN PASTORAL KATEGORIAL SVD”

Kotbah Pesta St. Yosef Freinademetz
Selasa 29 Januari 2013
Rm 15 : 13 – 19a. 20 - 21; Luk 10 : 1 – 9
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Ketika Kaul Kekal dan ditahbiskan sebagai imam SVD  kemudian tiba acara pengumuman benuming atau penempatan pertama para misionaris di utus ke seluruh dunia, ke segala bangsa, disambut dengan tepukan tangan yang sangat meriah dari umat. Peristiwa ini sadar atau tidak, lahir dari sebuah prinsip misi SVD yang memproklamasikan bahwa sesungguhnya “DUNIA ADALAH PAROKI KITA (SVD)”. Tepukan tangan itu bisa lahir dari sebuah kejutan yang lahir dari kebanggaan umat atas seorang misionaris SVD dari Indonesia ke seluruh dunia untuk menjadi pelayan di Paroki-paroki yang tersebar di seluruh dunia, di segala bangsa, dan suku serta bahasa. Seorang misionaris pun merasa bangga bahagia atas penempatan ke luar negeri karena saat itu ditempatkan sebagai misionaris produk lokal  dalam negeri untuk konsumsi internasional.   

Tetapi ketika uskup-uskup mulai mengambil paroki – paroki dari SVD, bukan lagi tepukan tangan meriah dari SVD, tetapi SVD menyerahkan paroki-paroki yang sebelumnya ditangani oleh SVD kepada Keuskupan, sesuai Hukum Gereja dan Konstitusi Serikat Sabda Allah, SVD menundukkan kepala dan mengheningkan cipta, serta mengangkat wajah menatapi masa depan SVD yang sedang berjalan di atas medan misi, dengan sebuah kepastian menggeser paradigma misi masa lalu “DUNIA ADALAH PAROKI KITA (SVD)” kepada paradigma misi masa kini dan akan datang yang kontekstual “DUNIA ADALAH MEDAN PASTORAL KATEGORIAL KITA (SVD)”.  Pergeseran paradigma misi ini sebuah tawaran yang sesegera mungkin direalisasikan dalam perjalanan SVD ke masa depan.

Kesegeraan itu ditampakkan di dalam pembangunan manusia menuju profesionalisme dalam segala bidang ilmu sosial dan ilmu pasti sebagai pintu masuk kepada misi kategorial SVD di atas  planet ini.  Nilai-nilai  iman Kristiani dialirkan ke dalam bidang-bidang karya setiap konfrater SVD, yang dimainkan secara profesional.  Profesionalisme setiap anggota dalam ilmu sosial, humaniora, ilmu pasti, teologi dan Filsafat adalah keutamaan yang menjadi jantung yang menggerakkan seluruh perjalanan hidup matinya pastoral kategorial SVD. Para pengambil kebijakan dan keputusan sesegera mungkin memberikan porsi yang lebih untuk pastoral kategorial SVD baik di tingkat distrik, rumah-rumah karya, provinsi maupun secara internasional.

Pembangunan profesionalisme Sumber Daya Manusia SVD dalam segala bidang kehidupan sekular maupun spiritual membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Investasi sumber daya manusia  diberi tempat pertama dan utama, dan sekiranya dana pembangunan fisik diminimalisir bahkan diberhentikan. Karena wajah dunia bisa diperbarui secara cepat dan berbobot melewati dunia pendidikan. Hal ini sangat ditekankan oleh seorang tokoh terkenal yaitu Nelson Mandela. Ia berkata : “Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang dapat  digunakan untuk mengubah wajah dunia” (Kompas, sabtu, 26 Januari 2013, hal. 7 ).

Profesionalisme dalam bidang karya yang diakui legal secara intrenasional baik dalam ilmu sosial, humaniora, ilmu-ilmu pasti, teologi dan filsafat, adalah pintu yeng terbuka lebar bagi SVD untuk pergi ke seluruh dunia mewartakan Khabar Gembira kepada semua orang yang dilayani. Profesionalisme dalam bidang karya yang diakui secara legal pada tingkat internasional, memudahkan SVD masuk Negara-negara yang menutupi pintunya bagi misionaris asing untuk bermisi dengan gaya misi Katolik di dalam negaranya. Misalnya Negara India menutupi pintu bagi misionaris luar India masuk ke Negara India. Tetapi dengan visa sebgai dosen professional diperkenankan untuk mengajar di Universitas di India. Indonesia menutupi pintu bagi misionaris asing masuk ke Indonesia untuk menyebarkan Injil. Tetapi pintu Indonesia terbuka bagi seorang pendidik atau dosen professional untuk mengajar di universitas di Indonesia. China menutupi pintu bagi para misonaris masuk ke China untuk tujuan mewartakan Injil dan menyebarkan agama Katolik. Tetapi pintu terbuka lebar bagi seorang dosen yang professional dalam bidangnya untuk mengajar di suatu universitas yang ada di China. Pintu yang tertutup dibuka dengan pendidikan yang professional. Pendidikan mengubah wajah dunia melintas batas.  


Peristiwa ini membuka pintu hati SVD yang  tertutup rapat oleh kebingungan yang mendalam karena semua paroki SVD diambil alih oleh keuskupan sesuai hukum Gereja dan konstitusi Serikat Sabda Allah. Pintu dunia selalu terbuka lebar bagi misi SVD. Pastoral kategorial sebuah keharusan. Pastoral Parokial ditinggalkan. Paradigma “DUNIA ADALAH PAROKI KITA” mulai perlahan gugur karena hampir semua paroki diserahkan kepada keuskupan. Inilah saatnya bagi pertumbuhan Paradigma misi SVD: “DUNIA ADALAH MEDAN PASTORAL KATEGORIAL”.

Kita memerlukan penafsiran baru atas Paulus dan Para Murid  diutus kepada bangsa-bangsa untuk mewartakan Injil seperti dalam bacaan pertama dan bacaan Injil pada pesta St. Yosef Freinademetz ini, dalam konteks dan zaman serta moment kita saat ini. Saat kita sekarang bukan pembangunan Fisik yang utama tetapi profesionalisme para agen misi dalam hal ini misionaris.

Pada saat  P. Yosef Freinademetz SVD terpilih sebagai provincial China pada tahun 1900, 113 tahun yang lalu, dia memberikan sambutannya dalam kalimat emas ini : “Kemajuan Misionaris adalah Kemajuan Misi.”  P. Yosef Freinademetz SVD  merealisasikan pemikiran atau prinsip misinya di China dengan menciptakan peluang-pelung emas bagi para misionaris SVD. 

Gaya kepemimpinannya sungguh terpuji karena sebagai pemimpin membuka peluang yang luas bagi para konfrater dan bruder misionaris mengasah dan mempertajam bidang keahlihannya secara professional. Peluang-peluang yang tercipta bagi kemajuan misionaris kemajuan misi adalah dalam bidang spiritualitas dan dalam bidang sekular sebagai lahan misi misionaris. 

 Konfrater misionaris diberi peluang untuk menata kehidupan rohani dengan retret tertata secara professional. Perpustakaan sebagai jendela dunia bagi misi Allah. Kursus-kursus keahlihan untuk kemajuan misionaris kemajuan misi. Pendidikan formal setiap misionaris untuk menjadi seorang misionaris yang profesional di dalam bidang karya misi.  Peluang-peluang yang tercipta itu dimanfaatkan untuk kemajuan misionaris kemajuan misi di China.

Misi SVD Jawa didominasi misi parokial. Beberapa Paroki sudah diserahkan kepada Keuskupan. Paroki St. Petrus Batam tepat tanggal 13 Januari 2013, SVD serahkan kepada Keuskupan Pangkal Pinang. Sementara Pastoral Kategorial masih dilihat sebelah mata hati. Kapitel General terakhir 2012, mengarahkan anggota SVD dunia kepada pastoral Kategorial. Sosialisasi Hasil Kapitel itu kepada konfrater sudah dilaksanakan. Arah dasar Provinsi pun sudah dibuat berdasarkan hasil sosialisasi kapitel General. Perlu sosialisasi kepada para Uskup tempat SVD berkarya agar bisa  sepaham dengan Gereja Lokal dalam pelaksanaan pastoral Kategorial yang dijalankan SVD di dalam wilayah teritorial keuskupan.  Dialog dan komunikasi dari SVD dengan keuskupan adalah jembatan menuju pelaksanaan pastoral kategorial berdasarkan amanat Kapitel General SVD tahun 2012.