Rabu, Februari 20, 2013

Homili Rabu 20 Februari 2013

http://www.facebook.com/notes/beny-mali/pewartaan-yunus-dari-tepi-sampai-pusat-niniwe/10151334788398598




PEWARTAAN YUNUS :
DARI TEPI  SAMPAI PUSAT  NINIWE

Homili Rabu 20 Februari  2013
Yun 3:1-10; Luk 11 : 29 – 32


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Nabi Yunus misionaris Tuhan pergi mewartakan Pertobatan kepada bangsa Niniwe dari rakyat hingga berpuncak pada Raja Niniwe di Istana Karajaan Niniwe.
Mengapa Yunus mewartakan Pertobatan kepada bangsa Niniwe itu berpuncak pada Raja di Istana Kerajaan Niniwe?
Karena misi Yunus mewartakan pertobatan mempunyai strategi yang hebat. Yunus sebagai utusan Tuhan yang cukup cerdas dalam mewartakan Pertobatan kepada bangsa Niniwe. Prinsip Yunus jelas bahwa dengan pertobatan Raja Niniwe memudahkan proses pertobatan seluruh rakyat bangsa Niniwe. Raja mempunyai massa yaitu rakyat yang dipimpinnya. Pertobatan Raja maka akan mudah pertobatan Rakyat Niniwe.
Paradigma misi Yunus itu tepat sekali.  Mula-mula Yunus mewartakan pertobatan kepada sejumlah rakyat Niniwe. Rakyat Niniwe diberi  kesempatan hanya selama  empat puluh hari lagi untuk bertobat. Kalau waktu itu tidak dugunakan maka Tuhan akan menurunkan hukuman kepada bangsa Niniwe.
Kesempatan itu adalah tinggal empat puluh hari. Bangsa Niniwe perlu retret agung seperti Yesus retret agung di Padang Gurun selama empat puluh hari sebagai persiapan sebelum memulai karya misi perutusan untuk menyelamatkan dunia. Kesempatan istimewa itu digunakan secara positif oleh seluruh bangsa Niniwe mulai dari rakyat di periferi sampai raja di pusat Istana Kerajaan. Bahkan rakyat sendiri menanggapi pewartaan Yunus dengan memerintahkan seluruh makluk di Niniwe bertobat dengan mengenakan pakain berkabung dan duduk di atas debu sebagai tanda pertobatan mereka selama empat puluh hari.
Pertobatan seluruh Rakyat selama empat puluh hari itu diterima Tuhan. Pada hari penghukuman yang telah ditentukan tiba, Tuhan menarik kembali atau membatalkan kembali hukuman itu. Tuhan memberikan berkat kepada bangsa Niniwe karena mereka sungguh  berjalan meninggalkan kegelapan dosa masa lalu menuju Jalan terang Tuhan yang menyelamatkan mereka.  Tuhan memberkati setiap orang yang bertobat. Bertobat berarti berjalan meninggalkan dosa menuju hidup dan berjalan di atas jalan keselamatan Tuhan.
Para misionaris SVD di Indonesia yang mulai di Lahurus tanah Timor melaksanakan misi Tuhan dengan Strategi misi seperti Yunus. Kalau Yunus mewartakan khabar Gembira Tuhan sampai di Istana Raja Niniwe maka para misionaris awal pun mewartakan Injil di tanah Timor dari umat sederhana sampai berpuncak di istana Kerajaan di masing-masing wilayah di Tanah Timor. Misi SVD demikian membawa pertobatan Raja – Raja Pulau Timor dan dengan demikian Raja yang bertobat juga menyampaikan kepada bawahannya untuk juga bertobat mengikuti teladan pertobatan Raja. Dalam waktu yang tidak lama seluruh Raja dan Rakyat menjadi umat di Gereja Katolik. Mereka menjadi rakyat sekaligus menjadi umat.
Pertobatan Raja itu tidak serta merta dalam waktu singkat terjadi.  Seperti Yunus mempertobatkan Raja juga tidak secara langsung, tetapi melalui orang-orang dekat Raja melalui dialog dan diplomasi yang membutuhkan waktu  dalam proses mencapai pertobatan. Para misionaris SVD di Timor membangun dialog dan diplomasi dengan Raja melalu juru bicara dari pihak Raja dan dari Pihak Gereja atau misionaris.
Jurubicara itu adalah orang setempat yang mengetahui aturan main sebagai seorang jurubicara. Mereka itulah menjadi jembatan yang menghubungkan Pihak Raja dan Pihak Misionaris. Seperti titik air  yang terus jatuh menetesi Batu yang keras-lama-lama Batu keras itu bisa luluh juga. Demikian juga para Raja yang awalnya keras hati untuk menerima pewartaan para misionaris tetapi karena misionaris menggunakan spiritualitas tetes air tadi maka dalam waktu yang tidak lama Raja menerima pewartaan Injil dan berjalan dari masa lalu raja yang belum terima Injil menjadi menerima Injil, dari masa lalu yang masih diliputi dengan cara hidup lama yang jauh dari Injil menjadi dekat dengan Injil yang diwartakan misionaris.
Kehadiran SVD di dalam tugas perutusan sebagai misionaris yang mewartakan Injil, selalu diinspirasi pendekatan Yunus yang hebat dalam mewartakan Kehendak Allah di Niniwe dari Periferi sampai pusat Istana Raja. Misionaris SVD sejagat diinspirasi pendekatan misi “dari atas ke bawah” dan “dari bawah ke atas” agar kebaikan bersama yang diharapkan bersama dapat dialami di dalam hidup bersama. Misionaris adalah jembatan antara rakyat dan Raja, antara umat dengan pemerintah. Dengan demikian Rahmat yang Tuhan titipkan melalui Pimpinan Sipil maupun Pimpinan Religius terus mengalir kepada rakyat maupun umat.

Selasa, Februari 19, 2013

Homili Selasa 19 Februari 2013



        TUHAN MEMBERI CUKUP
Homili Selasa 19 Februari 201
Yes 55 : 10 – 11; Mat 6 : 7 – 153

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Seorang Pejabat di pucuk pemerintahan atau Partai atau dalam  institusi pemerintahan maupun di dalam kehidupan religius, terpilih menjadi pemimpin karena pemilih melihat bahwa yang terpilih memiliki kualitas kepala dan dada atau otak dan hati yang baik untuk memimpin dengan baik dan benar seperti yang ada di dalam harapan pemilih untuk kepentingan dan kebaikan bersama.

Kenyataan di lapangan terbalik. Koran dan televisi serta internet hampir setiap hari mempublikasikan  para koruptor di dalam organisasi kepartaian maupun di dalam institusi pemerintahan. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang paling jujur dan paling baik di dalam Partai dan institusi pemerintahan yang dipublikasikan secara besar-besaran untuk menjadi contoh yang patut ditiru oleh banyak orang di dalam kehidupan bersama.

Melihat realitas demikian menuntun saya untuk melahirkan pertanyaan ini. Mengapa  banyak koruptor di tanah air tetapi sedikit orang yang duduk di posisi-posisi sentral bekerja dan melayani masyarakat dengan jujur untuk kebaikan bersama? Karena sadar atau tidak sadara, banyak orang di tanah air khususnya para koruptor dikuasai dengan sistem berpikir yang mengatakan bahwa “Klepto Ergo Sum” yang artinya “saya mencuri maka saya ada”. Klepto Ergo Sum  itu sudah menjadi sistem berpikir yang menggerakkan pribadi pencuri menampilkan diri dengan kegiatan mencuri yang bukan menjadi miliknya atau mencuri yang menjadi milik rakyat yang harus digunakan untuk kepentingan rakyat, tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi pencuri.

Pencuri adalah orang yang kaya. Pencuri adalah orang yang menempati urutan – urutan pertama di dalam kursi kekuasaan kepartaian dan institusi pemerintahan. Sebetulnya tidak ada alasan untuk mengambil uang orang lain untuk dirinya karena kebutuhannya sudah tercukupi dari hasil kerjaannya. Hanya ketamakan saja yang bisa menjadi alasan mereka mencuri uang rakyat. Hanya selalu dikuasai oleh paradigma “selalu merasa tidak puas dan tidak cukup” dengan harta kekayaannya yang membuka pintu hatinya bagi Iblis yang dengan senyum mendorong koruptor mencuri uang yang bukan miliknya.

Kalau ditilik dari sisi spiritualitas berdasarkan Doa Bapa Kami yang hampir setiap hari didoakan, maka koruptor adalah orang yang paling tidak menjalankan isi doa Bapa Kami di dalam hidupnya. Tuhan sudah memberikan makanan, minuman, pakaian, singkatnya memberikan yang dibutuhkan secara cukup bagi manusia. Tuhan begitu indah menciptakan segala sesuatu untuk kebutuhan manusia secara cukup, tidak kurang dan tidak lebih.

Tuhan menghendaki agar setiap orang diberi cukup kebutuhannya itu, kelebihannya yang dia dapat dari kerja dan usaha yang jujur, diberikan kepada yang masih kurang kebutuhannya, agar mereka yang kurang kebutuhannya beralih dari kekurangan kebututuhan menuju posisi memperoleh kebutuhan yang cukup. Dengan demikian spiritualitas aliran rahmat itu terus mengalir dari Tuhan kepada manusia tanpa disumbat oleh egoisme manusia.  Setiap manusia yang menerima rahmat secara lebih lancar terus mengalirkannya kepada sesama manusia yang berkekurangan sehingga yang berkekurangan pun mengalami kecukupan akan kebutuhan sesuai yang didoakan Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kamia, “berikanlah kami makanan yang secukupnya”.





Homili Selasa Prapaskah I - C - 19 Februari 2013



    KORUPTOR BERDOA BAPA KAMI

Homili Selasa 19 Februari 201
Yes 55 : 10 – 11; Mat 6 : 7 – 153

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Seorang Pejabat di pucuk pemerintahan atau Partai atau dalam  institusi pemerintahan maupun di dalam kehidupan religius, terpilih menjadi pemimpin karena pemilih melihat bahwa yang terpilih memiliki kualitas kepala dan dada atau otak dan hati yang baik untuk memimpin dengan baik dan benar seperti yang ada di dalam harapan pemilih untuk kepentingan dan kebaikan bersama.

Kenyataan di lapangan terbalik. Koran dan televisi serta internet hampir setiap hari mempublikasikan  para koruptor di dalam organisasi kepartaian maupun di dalam institusi pemerintahan. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang paling jujur dan paling baik di dalam Partai dan institusi pemerintahan yang dipublikasikan secara besar-besaran untuk menjadi contoh yang patut ditiru oleh banyak orang di dalam kehidupan bersama.

Melihat realitas demikian menuntun saya untuk melahirkan pertanyaan ini. Mengapa  banyak koruptor di tanah air tetapi sedikit orang yang duduk di posisi-posisi sentral bekerja dan melayani masyarakat dengan jujur untuk kebaikan bersama? Karena sadar atau tidak sadara, banyak orang di tanah air khususnya para koruptor dikuasai dengan sistem berpikir yang mengatakan bahwa “Klepto Ergo Sum” yang artinya “saya mencuri maka saya ada”. Klepto Ergo Sum  itu sudah menjadi sistem berpikir yang menggerakkan pribadi pencuri menampilkan diri dengan kegiatan mencuri yang bukan menjadi miliknya atau mencuri yang menjadi milik rakyat yang harus digunakan untuk kepentingan rakyat, tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi pencuri.

Pencuri adalah orang yang kaya. Pencuri adalah orang yang menempati urutan – urutan pertama di dalam kursi kekuasaan kepartaian dan institusi pemerintahan. Sebetulnya tidak ada alasan untuk mengambil uang orang lain untuk dirinya karena kebutuhannya sudah tercukupi dari hasil kerjaannya. Hanya ketamakan saja yang bisa menjadi alasan mereka mencuri uang rakyat. Hanya selalu dikuasai oleh paradigma “selalu merasa tidak puas dan tidak cukup” dengan harta kekayaannya yang membuka pintu hatinya bagi Iblis yang dengan senyum mendorong koruptor mencuri uang yang bukan miliknya.

Kalau ditilik dari sisi spiritualitas berdasarkan Doa Bapa Kami yang hampir setiap hari didoakan, maka koruptor adalah orang yang paling tidak menjalankan isi doa Bapa Kami di dalam hidupnya. Tuhan sudah memberikan makanan, minuman, pakaian, singkatnya memberikan yang dibutuhkan secara cukup bagi manusia. Tuhan begitu indah menciptakan segala sesuatu untuk kebutuhan manusia secara cukup, tidak kurang dan tidak lebih.

Tuhan menghendaki agar setiap orang diberi cukup kebutuhannya itu, kelebihannya yang dia dapat dari kerja dan usaha yang jujur, diberikan kepada yang masih kurang kebutuhannya, agar mereka yang kurang kebutuhannya beralih dari kekurangan kebututuhan menuju posisi memperoleh kebutuhan yang cukup. Dengan demikian spiritualitas aliran rahmat itu terus mengalir dari Tuhan kepada manusia tanpa disumbat oleh egoisme manusia.  Setiap manusia yang menerima rahmat secara lebih lancar terus mengalirkannya kepada sesama manusia yang berkekurangan sehingga yang berkekurangan pun mengalami kecukupan akan kebutuhan sesuai yang didoakan Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kamia, “berikanlah kami makanan yang secukupnya”.





Senin, Februari 18, 2013

Homili 1000 Hari Wafat : Senin 18 Februari 2013



“AKU BUTUH DOAMU”

Yoh 17 : 6 – 11;

Yes 25 : 6a. 7 – 9



*P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*



Setiap orang tua sebelum melepaspergikan anaknya ke sekolah senantiasa memberikan berkat di dahinya. Setiap orang yang melepaspergikan anaknya ke sebuah tempat yang jauh selalu diawali doa bersama sebelum keberangkatan. Setiap kali menumpang mobil sebelum keluar atau berjalan meninggalkan rumah kediaman, selalu diawali dengan doa. Setiap pagi bangun tidur kita selalu berdoa membuat tanda Salib. Sebelum kerja dan studi atau acara bersama kita selalu berdoa bersama. Setiap bulan Mei dan Oktober umat Katolik berdoa kepada  Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria Ibu Tuhan Yesus. Setiap tanggal ulang Tahun kelahiran kita, kita berdoa kepada Allah dengan perantaraan Santo Pelindung kita. Setiap tanggal 1 Nopember kita berdoa kepada Allah dengan perantaraan Para Kudus. Setiap hari kita merayakan Perayaan Ekaristi kita berdoa bersatu dengan Para Kudus dan Para Malaikat di Surga.

 Kita berdoa dengan beberapa tujuan yaitu untuk keselamatan diri pendoa dan keselamatan yang didoakan. Kita berdoa bagi orang lain. Kita berdoa agar para Kudus yang sudah suci dan berbahagia di Surga mendoakan kita agar kita juga selamat dalam perjalanan kita yang sedang berjalan di atas jalan menuju tujuan karena Tuhan senantiasa menyertai kita.

Berdoa bagi keselamatan sesama bukan hanya dilakukan oleh kita. Doa bagi keselamatan bagi umat bukan hanya dilakukan oleh imam,   biarawan atau biarawati. Tuhan Yesus sendiri berdoa bagi Para Murid Milik Bapa, yang diberikan kepadaNya. Yesus berdoa kepada Allah Bapa di Surga untuk keselamatan murid milik kepunyaanNya dan Kepunyaan Bapa di Surga. Yesus berdoa bagi para murid agar para murid berpikir, berkata-kata dan berperilaku sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang selalu membawa kehidupan bukan kematian. Yesus berdoa bagi para muridNya agar para murid senantiasa menjadi apa yang dikatakan oleh Erick Form sebagai pribadi yang biofil bukan menjadi pribadi yang nekrofil. 

Pribadi yang biofil adalah pribadi yang selalu membawa suasana yang menghidupkan, membangun dan membangkitkan serta selalu membawa berkat bagi sesama. Sebaliknya pribadi yang nekrofil adalah pribadi yang kehadirannya senantiasa membawa suasana letih lesuh bagi sesama di sekitar, pribadi yang mematikan karakter sesama di sekitar serta peribadi yang merasa iri hati dan cemburu terhadap sesama yang mencapai kesuksesan dan keberhasilan serta berupaya untuk mematahkan atau menghancurkan jalan-jalannya menuju puncak keberhasilan dengan berbagai cara.  Yesus berdoa bagi para muridNya agar milik kepunyaanNya itu senantiasa hidup berbahagia dan penuh sukacita di dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti.

Kebahagiaan yang abadi itu ditemukan di dalam Yerusalem yang baru. Kebahagiaan yang sejati itu ditemukan di dalam sukacita yang sejati di dalam sion yang baru. Kebahagiaan kekal itu di dalam surga. Kebahagiaan kekal itu ditemukan oleh orang yang berjalan di atas jalan menuju persekutuan abadi di dalam komunitas Allah Tritiunggal Maha Kudus. Suasana Sukacita abadi yang tanpa sedih dan air mata itulah yang digambarkan di dalam Bacaan Pertama.

Siapa yang mendiami Surga? Mereka yang mendiami Surga adalah orang yang melayani orang yang paling hina di dalam hidupnya di dunia ini (Mat 25:31-46).  Melayani sesama yang hina dina di dunia adalah tiket bagi manusia kelak di akhirat masuk surga. Mereka yang masuk Surga adalah mereka yang setia dan taat pada Sabda Allah dalam kata dan perbuatan. Mereka yang mendiami surga adalah mereka yang tergolong ke dalam Orang Kudus dan Para  Malaikat.

Ibu yang kita doakan pada malam hari ini genap 1000 hari meninggalnya. Menurut pandangan adat dan budaya kita dia sudah berbahagia di Surga. Kalau dipadukan dengan Pandangan Gereja Katolik dia sudah masuk Surga. Dia sudah menjadi kelompok para Kudus di Surga. Dia menjadi berbahagia jaya abadi di Surga.



Ibu yang berbahagia di Surga tentu menjadi pendoa yang senantiasa berdoa bagi kita. Kita sedang berdoa baginya disaksikan di surga dengan penuh sukacita dan terimakasih yang mendalam bagi kita. Kita memperhatikan dia. Dia memperhatikan kita. Kita saling memperhatikan penuh cinta di dalam doa.  Saling mendoakan  adalah sebuah kebiasaan sekaligus kebutuhan yang sangat menyeluruh dilakukan dan dirindukan semua orang. Maka doa kita ini memberikan kepuasan spiritual kepada kita secara pribadi maupun memberikan kepuasan spiritual bagi kita masing-masing.