Selasa, Mei 07, 2013

Penduduk : Legal vs Ilegal



PENDUDUK : Ilegal vs Legal
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kita sebagai penduduk dunia, kelegalan kita dan ketidaklegalan keberadaan kita ditandai oleh beberapa persyaratan yang semestinya dipenuhi dan dimiliki. Penduduk legal memiliki persyaratan tertentu. Seorang yang terpanggil menjalani kehidupan berkeluarga memiliki akte atau sertifikat nikah sipil maupun nikah Gereja. Seorang yang terbaptis dalam Gereja Katolik memiliki Surat Baptis dan namanya tercatat di dalam Buku Baptis Parokinya. Seorang imam seperti saya yang memimpin Perayaan Ekaristi ini memiliki Sertifikat Tahbisan Imam yang ditandatangani oleh Uskup yang yang menahbiskan saya. Seorang yang hendak bepergian ke luar negeri memiliki Pasport dan Visa. Sebaliknya orang yang tidak memiliki syarat-syarat di atas, dia akan digolongkan ke dalam penduduk ilegal.

Penduduk Surga pun  memiliki persyaratan tertentu. Namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Syarat nama tercatat di dalam Buku Kehidupan adalah kesetiaan dalam suka dan duka kepada Tuhan Yesus. Kitab Masmur 69 : 29 mengatakan bahwa orang yang setia kepada Tuhan namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Kitab Keluaran 32 : 32 - 33 mengatakan bahwa orang yang tidak setia dan tenggelam dalam dosa, namanya terhapus dari Kitab Kehidupan.  

Kita semua terlibat aktif di dalam Kegiatan Spiritual  dengan satu tujuan yaitu menabung perbuatan baik berdasarkan kehendak Allah yang menjadi manusia di dalam nama Tuhan Yesus, agar nama tercatat di dalam Kitab Kehidupan, sebagai bukti legal untuk masuk ke dalam Rumah Bapa di Surga dan menjadi Keluarga Allah.  Mengapa setia kepada Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam wilayah penduduk Surga, menjadi penduduk anggota keluarga Rumah Bapa di Surga?

Yohanes 14 : 6 mengatakan bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yesus adalah jalan dari dunia ke Surga. Kita tidak pernah melihat satu  jalan fisik dari terminal dunia langsung menuju Surga. Kita tidak pernah melihat satu bandara dunia yang mendaratkan sebuah pesawat khusus dan istimewa yang secara langsung menerbangkan seorang dengan take off dari bandara di atas dunia langsung landing di bandara Surga. Kita juga tidak melihat satu kapal laut yang melayarkan seorang manusia secara langsung dari satu pelabuhan di atas planet bumi ini menuju kepada pelabuah surga. Kita juga tidak pernah melihat seorang yang dibawa oleh Kreta Api dari stasiun di atas bumi ini menuju stasiun  di Surga. Kalau dari atas Bumi ini berjalan menuju Surga tidak melewati jalan darat, laut dan udara, maka jalan apa yang dilewati? Jalan utama yang dilewati dari dunia ke Surga adalah Jalan Tuhan Yesus. Mengapa Jalan Tuhan Yesus adalah jalan ke Rumah Bapa di Surga? Yesus adalah jalan utama ke Surga (Yoh 14:6). Dalam nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4:12).  

Yesus adalah Jalan Ke Surga. Yesus berasal dari  Kerahiman Allah Bapa di Surga menuju dunia melewati Rahim Bunda Maria yang mengandung dan melahirkanNya ke dunia kemudian hidup dan berkarya menyelamatkan semua manusia langgar batas yang percaya kepadaNya. Puncak karya keselamatan adalah dengan memberikan seluruh diriNya kepada keselamatan semua orang langgar batas yang percaya kepadaNya. Yesus hidup, berkarya dalam Sabda dan mujizat, diterima tetapi ada yang membenci. Puncak kebencian kepadaNya adalah menyalibkanNya di kayu salib, wafat dan dimakamkan ke dalam Rahim Bumi atau Rahim Ibu Pertiwi. Yesus tinggal di dalam Rahim Bumi selama Tiga Hari, kemudian bangkit pada Hari Ketiga, lalu mengadakan penampakan secara berkali-kali kepada Para MuridNya untuk menyembuhkan kembali luka bathin yang hebat yang dialami para Rasul karena kematian tragis Yesus Guru mereka. Kemudian pada hari yang empat puluh, Yesus naik ke Surga kembali ke Kerahiman Allah Bapa di Surga.

Jalan Yesus ke Surga adalah Jalan model terbaik bagi kita berjalan menuju Surga. Kita pun melewati JalanNya sebagai jalan kita ke Surga. Kita dari Kerahiman Allah Bapa di Surga, ke dunia dalam Rahim Biologis ibu kita, yang mengandung dan melahirkan kita. Kita hidup dan berkarya untuk melayani sesama agar sesama mengalami kehadiran kita yang membawa berkat bukan menyalibkan sesama. Kemudian pada titik Batas yaitu Kematian, kita masuk ke dalam Rahim Ibu sebelum masuk ke dalam Kerahiman Allah di Surga.  

Kita mengharapkan usia panjang dan abadi di atas bumi ini.  Kita berencana menyogok Tuhan untuk membeli kehidupan pada Allah Sang Pemilik kehidupan di atas bumi ini. Tetapi Tuhan tidak mau disogok untuk terus menerus memberikan kehidupan selamanya kepada kita di atas planet bumi ini dengan berbagai alasan manusiawi. Kalau Tuhan bisa disogok maka yang hidup di dunia ini hanyalah orang-orang yang kaya dan berduit. Tuhan menampakan keadilanNya dalam Kematian setiap orang baik kaya maupun miskin. ***


                                                      Yoh 14: 1-6
Why 20 : 11 – 15

Perayaan Ekaristi dengan Intensi Keselamatan Abadi bagi Ibu Dayati dan Bapak Pius Wuryanto, di Rumah Keluarga Bapak Agustinus Widyatmoko, Lingkungan St. Agustinus dengan Ketua Lingkungan :  F. Ellen I, Wilayah  VI St. Agustinus dengan Ketua Wilayah : L.Widiastuti, Paroki St. Stefanus Surabaya dengan Pastor Kepala Paroki : RD.ST.KHOLIK KURNIADI, PR. Senin 6 Mei 2013 Pukul 19.30  WIB - 20.30 WIB.

http://youtu.be/6Qeeul-4ElQ

Senin, Mei 06, 2013

Homili Misa Arwah Senin 6 Mei 2013


PENDUDUK : Ilegal vs Legal
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kita sebagai penduduk dunia, kelegalan kita dan ketidaklegalan keberadaan kita ditandai oleh beberapa persyaratan yang semestinya dipenuhi dan dimiliki. Penduduk legal memiliki persyaratan tertentu. Seorang yang terpanggil menjalani kehidupan berkeluarga memiliki akte atau sertifikat nikah sipil maupun nikah Gereja. Seorang yang terbaptis dalam Gereja Katolik memiliki Surat Baptis dan namanya tercatat di dalam Buku Baptis Parokinya. Seorang imam seperti saya yang memimpin Perayaan Ekaristi ini memiliki Sertifikat Tahbisan Imam yang ditandatangani oleh Uskup yang yang menahbiskan saya. Seorang yang hendak bepergian ke luar negeri memiliki Pasport dan Visa. Sebaliknya orang yang tidak memiliki syarat-syarat di atas, dia akan digolongkan ke dalam penduduk ilegal.

Penduduk Surga pun  memiliki persyaratan tertentu. Namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Syarat nama tercatat di dalam Buku Kehidupan adalah kesetiaan dalam suka dan duka kepada Tuhan Yesus. Kitab Masmur 69 : 29 mengatakan bahwa orang yang setia kepada Tuhan namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Kitab Keluaran 32 : 32 - 33 mengatakan bahwa orang yang tidak setia dan tenggelam dalam dosa, namanya terhapus dari Kitab Kehidupan.  

Kita semua terlibat aktif di dalam Kegiatan Spiritual  dengan satu tujuan yaitu menabung perbuatan baik berdasarkan kehendak Allah yang menjadi manusia di dalam nama Tuhan Yesus, agar nama tercatat di dalam Kitab Kehidupan, sebagai bukti legal untuk masuk ke dalam Rumah Bapa di Surga dan menjadi Keluarga Allah.  Mengapa setia kepada Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam wilayah penduduk Surga, menjadi penduduk anggota keluarga Rumah Bapa di Surga?

Yohanes 14 : 6 mengatakan bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yesus adalah jalan dari dunia ke Surga. Kita tidak pernah melihat satu  jalan fisik dari terminal dunia langsung menuju Surga. Kita tidak pernah melihat satu bandara dunia yang mendaratkan sebuah pesawat khusus dan istimewa yang secara langsung menerbangkan seorang dengan take off dari bandara di atas dunia langsung landing di bandara Surga. Kita juga tidak melihat satu kapal laut yang melayarkan seorang manusia secara langsung dari satu pelabuhan di atas planet bumi ini menuju kepada pelabuah surga. Kita juga tidak pernah melihat seorang yang dibawa oleh Kreta Api dari stasiun di atas bumi ini menuju stasiun  di Surga. Kalau dari atas Bumi ini berjalan menuju Surga tidak melewati jalan darat, laut dan udara, maka jalan apa yang dilewati? Jalan utama yang dilewati dari dunia ke Surga adalah Jalan Tuhan Yesus. Mengapa Jalan Tuhan Yesus adalah jalan ke Rumah Bapa di Surga? Yesus adalah jalan utama ke Surga (Yoh 14:6). Dalam nama Yesus ada Keselamatan (Kis 4:12).  

Yesus adalah Jalan Ke Surga. Yesus berasal dari  Kerahiman Allah Bapa di Surga menuju dunia melewati Rahim Bunda Maria yang mengandung dan melahirkanNya ke dunia kemudian hidup dan berkarya menyelamatkan semua manusia langgar batas yang percaya kepadaNya. Puncak karya keselamatan adalah dengan memberikan seluruh diriNya kepada keselamatan semua orang langgar batas yang percaya kepadaNya. Yesus hidup, berkarya dalam Sabda dan mujizat, diterima tetapi ada yang membenci. Puncak kebencian kepadaNya adalah menyalibkanNya di kayu salib, wafat dan dimakamkan ke dalam Rahim Bumi atau Rahim Ibu Pertiwi. Yesus tinggal di dalam Rahim Bumi selama Tiga Hari, kemudian bangkit pada Hari Ketiga, lalu mengadakan penampakan secara berkali-kali kepada Para MuridNya untuk menyembuhkan kembali luka bathin yang hebat yang dialami para Rasul karena kematian tragis Yesus Guru mereka. Kemudian pada hari yang empat puluh, Yesus naik ke Surga kembali ke Kerahiman Allah Bapa di Surga.

Jalan Yesus ke Surga adalah Jalan model terbaik bagi kita berjalan menuju Surga. Kita pun melewati JalanNya sebagai jalan kita ke Surga. Kita dari Kerahiman Allah Bapa di Surga, ke dunia dalam Rahim Biologis ibu kita, yang mengandung dan melahirkan kita. Kita hidup dan berkarya untuk melayani sesama agar sesama mengalami kehadiran kita yang membawa berkat bukan menyalibkan sesama. Kemudian pada titik Batas yaitu Kematian, kita masuk ke dalam Rahim Ibu sebelum masuk ke dalam Kerahiman Allah di Surga.  

Kita mengharapkan usia panjang dan abadi di atas bumi ini.  Kita berencana menyogok Tuhan untuk membeli kehidupan pada Allah Sang Pemilik kehidupan di atas bumi ini. Tetapi Tuhan tidak mau disogok untuk terus menerus memberikan kehidupan selamanya kepada kita di atas planet bumi ini dengan berbagai alasan manusiawi. Kalau Tuhan bisa disogok maka yang hidup di dunia ini hanyalah orang-orang yang kaya dan berduit. Tuhan menampakan keadilanNya dalam Kematian setiap orang baik kaya maupun miskin. ***


                                                      Yoh 14: 1-6
Why 20 : 11 – 15

Perayaan Ekaristi dengan Intensi Keselamatan Abadi bagi Ibu Dayati dan Bapak Pius Wuryanto, di Rumah Keluarga Bapak Agustinus Widyatmoko, Lingkungan St. Agustinus dengan Ketua Lingkungan :  F. Ellen I, Wilayah  VI St. Agustinus dengan Ketua Wilayah : L.Widiastuti, Paroki St. Stefanus Surabaya dengan Pastor Kepala Paroki : RD.ST.KHOLIK KURNIADI, PR. Senin 6 Mei 2013 Pukul 19.30  WIB - 20.30 WIB.

http://youtu.be/6Qeeul-4ElQ

Minggu, Mei 05, 2013

Homili Minggu Paskah VI 5 Mei 2013




PERSOALAN HIDUP: Hindari vs Hadapi
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
Introduksi

Fokus permenungan kita pada hari Minggu Paskah VI ini adalah Roh Kudus Penolong Kita. Biasanya untuk orang memakai kata Parakleetos  untuk menyebut Roh Kudus. Para artinya dekat. Kleetos artinya menolong. Parakleetos artinya yang dekat yang menolong.
Kita ketika mengahadapi berbagai persoalan, kesulitan, Roh Kudus Sang Penolong Sejati hadir secara nyata di dalam diri sesame di sekitar kita yang setia dan tulus menolong kita untuk mengeluarkan kita dari kesulitan-kesulitan atau persoalan-persoalan yang meliliti kita. Kita mengucapkan terimakasih kepada Roh Kudus Penolong kita yang hadir di dalam diri sesame kita, dan kita berdoa bagi mereka yang menghadirkan Roh Kudus Penolong lewat bantuan dan pertolongan kita. Mereka itu adalah para pendidik, para formator, para pendoa, para donatur atau semua saja yang senantiasa menolong kita, sehingga kita mengalami kesulitan dan dibantu mencari solusi yang tepat sehingga kita hidup dalam damai SejahteraNya.

Homili

Hari Jumat Pertama tanggal 3 Mei 2013  yang lalu, saya meminjam Buku Psikologi Klinis, Menyembuhkan Luka Batin selama bebera saat dan saya membaca beberapa alinea yang sangat menarik dan menyentuh saya. Bukua itu memberikan pemahaman kepada pembaca tentang persolan hidup yang senantiasa mewarnai perjalanan hidup setiap anak manusia. Persolan itu bisa datag dari luar diri manusia. Persolana itu juga bisa datang dari dalam diri manusia. Persoalan itu bisa sifatnya persoalan pribadi. Persoalan itu juga bisa sifatnya persoalan bersama. Orang yang mengalami persoalan pribadi ataupun persoalan bersama, bisa saja melahirkan dua sikap ini. Orang bisa saja menghindari persoalan pribadi dan persoalan bersama. Tetapi orang juga bisa secara tegas dan pasti menghadapi persoalan pribadi ataupun persoalan bersama.
          Buku itu menawarkan kepada setiap pebaca bahwa yang ideal adalah ketika ada persoalan, orang berani mengahadapi persoalannya. Maka tepat apa yang dikatakan oleh  Misionaris SVD di Pulau Dewata, P. Simon Buis SVD: “Difficulties Exist   to be Overcome”. Artinya Kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada untuk diselesaikan. Kesulitan ada untuk dicari solusinya.
          Bacaan Pertama hari ini menampilkan kehidupan Gereja Perdana sebagai Gereja yang balita, mengalami beraneka persoalan internal, antara anggota Gereja Kristen Perdana yang berasal dari latarbelakang berbangsa Yahudi dengan orang-orang yang berlatarbelakang berbangsa  Yunani atau berasal dari bangsa-bangsa lain. Orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa Yahudi, masih sangat berpegang teguh pada Hukum Musa, yang mengatakan bahwa Hanya Orang bersunat yang diselamatkan. Orang tidak bersunat tidak diselamatkan. Warta orang Yahudi kepada orang Yunani yang sama-sama sudah tinggal di dalam satu Perahu Gereja Kristiani itu, tentu saja melahirkan “Rasa Tersinggung” orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang tidak bersunat. Tensi konflik di dalam komunitas Gereja perdana pun tentu saja semakin lama semakin meningkat.
          Mengahadapi persoalan internal Gereja Perdana itu, Para Rasul berdoa memohon bimbingan dan Pertolongan Roh Kudus sebagai Roh Penolong, agar membantu mereka dalam usaha menyelesaikan kesulitan internal yang sedang melanda komunitas Gereja Perdana sebagai umat Kristiani yang sangat balita. Karya Roh Kudus menjadi nyata dan hadir di dalam usaha para rasul dan para penatua dalam usaha mereka menyelesaikan konflik Gereja Perdana itu. Mereka bersama Roh Kudus Penolong, memutuskan bahwa : Keselamatan Allah itu Universal untuk semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat.
          Para Rasul dan Para Penatua mensosilisasikan mensosialisasikan keputusan baru itu untuk memurnikan iman kepada Roh Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan  kepada semua orang tanpa membeda-bedakan, di dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah yang mewarnai dan menghiasi kehidupan jemaat Kristiani Gereja Perdana.
          Para Rasul dan Para Penatua adalah unggul dalam memanajemen konflik dalam komunitas Gereja Perdana, menjadi model bagi kehidupan komunitas kita dimana saja kita berada dan kita hidup. Mereka ketika ada konflik dan mengalami konflik dalam komunitas, melihat itu sebagai persoalan bersama. Maka mereka duduk bersama dan dalam bimbingan Roh Kudus Penolong, memutuskan solusi bersama, untuk kebaikan bersama. Kita pun mengikuti contoh baik pengalaman para rasul dan para penatua  dalam memanajemen konflik itu,  di dalam kehidupan komunitas kita masing-masing. Seperti para Rasul dan Para Penatua yang menghadapi konflik internal komunitas Gereja Perdana, demikian kita juga kita semestinya tidak menghindari persoalan pribadi atapun persoalan bersama, tetapi berani dan tegas menghadapi persoalan untuk mencari akar persoalan, agar temukan solusi pada akarnya.

Homily Minggu Paskah VI
5 Mei 2013 di Soverdi Surabaya
Kis 15 : 1-2.22-29
Mzm 67
Wyh 21 : 10 – 14.22-23
Yoh 14:23 – 29

http://youtu.be/oOItN-Zcxsw

PERSOALAN HIDUP: Hadapi vs Hindari




PERSOALAN HIDUP: Hindari vs Hadapi
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
Introduksi

Fokus permenungan kita pada hari Minggu Paskah VI ini adalah Roh Kudus Penolong Kita. Biasanya untuk orang memakai kata Parakleetos  untuk menyebut Roh Kudus. Para artinya dekat. Kleetos artinya menolong. Parakleetos artinya yang dekat yang menolong.
Kita ketika mengahadapi berbagai persoalan, kesulitan, Roh Kudus Sang Penolong Sejati hadir secara nyata di dalam diri sesame di sekitar kita yang setia dan tulus menolong kita untuk mengeluarkan kita dari kesulitan-kesulitan atau persoalan-persoalan yang meliliti kita. Kita mengucapkan terimakasih kepada Roh Kudus Penolong kita yang hadir di dalam diri sesame kita, dan kita berdoa bagi mereka yang menghadirkan Roh Kudus Penolong lewat bantuan dan pertolongan kita. Mereka itu adalah para pendidik, para formator, para pendoa, para donatur atau semua saja yang senantiasa menolong kita, sehingga kita mengalami kesulitan dan dibantu mencari solusi yang tepat sehingga kita hidup dalam damai SejahteraNya.

Homili

Hari Jumat Pertama tanggal 3 Mei 2013  yang lalu, saya meminjam Buku Psikologi Klinis, Menyembuhkan Luka Batin selama bebera saat dan saya membaca beberapa alinea yang sangat menarik dan menyentuh saya. Bukua itu memberikan pemahaman kepada pembaca tentang persolan hidup yang senantiasa mewarnai perjalanan hidup setiap anak manusia. Persolan itu bisa datag dari luar diri manusia. Persolana itu juga bisa datang dari dalam diri manusia. Persoalan itu bisa sifatnya persoalan pribadi. Persoalan itu juga bisa sifatnya persoalan bersama. Orang yang mengalami persoalan pribadi ataupun persoalan bersama, bisa saja melahirkan dua sikap ini. Orang bisa saja menghindari persoalan pribadi dan persoalan bersama. Tetapi orang juga bisa secara tegas dan pasti menghadapi persoalan pribadi ataupun persoalan bersama.
          Buku itu menawarkan kepada setiap pebaca bahwa yang ideal adalah ketika ada persoalan, orang berani mengahadapi persoalannya. Maka tepat apa yang dikatakan oleh  Misionaris SVD di Pulau Dewata, P. Simon Buis SVD: “Difficulties Exist   to be Overcome”. Artinya Kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada untuk diselesaikan. Kesulitan ada untuk dicari solusinya.
          Bacaan Pertama hari ini menampilkan kehidupan Gereja Perdana sebagai Gereja yang balita, mengalami beraneka persoalan internal, antara anggota Gereja Kristen Perdana yang berasal dari latarbelakang berbangsa Yahudi dengan orang-orang yang berlatarbelakang berbangsa  Yunani atau berasal dari bangsa-bangsa lain. Orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa Yahudi, masih sangat berpegang teguh pada Hukum Musa, yang mengatakan bahwa Hanya Orang bersunat yang diselamatkan. Orang tidak bersunat tidak diselamatkan. Warta orang Yahudi kepada orang Yunani yang sama-sama sudah tinggal di dalam satu Perahu Gereja Kristiani itu, tentu saja melahirkan “Rasa Tersinggung” orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang tidak bersunat. Tensi konflik di dalam komunitas Gereja perdana pun tentu saja semakin lama semakin meningkat.
          Mengahadapi persoalan internal Gereja Perdana itu, Para Rasul berdoa memohon bimbingan dan Pertolongan Roh Kudus sebagai Roh Penolong, agar membantu mereka dalam usaha menyelesaikan kesulitan internal yang sedang melanda komunitas Gereja Perdana sebagai umat Kristiani yang sangat balita. Karya Roh Kudus menjadi nyata dan hadir di dalam usaha para rasul dan para penatua dalam usaha mereka menyelesaikan konflik Gereja Perdana itu. Mereka bersama Roh Kudus Penolong, memutuskan bahwa : Keselamatan Allah itu Universal untuk semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat.
          Para Rasul dan Para Penatua mensosilisasikan mensosialisasikan keputusan baru itu untuk memurnikan iman kepada Roh Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan  kepada semua orang tanpa membeda-bedakan, di dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah yang mewarnai dan menghiasi kehidupan jemaat Kristiani Gereja Perdana.
          Para Rasul dan Para Penatua adalah unggul dalam memanajemen konflik dalam komunitas Gereja Perdana, menjadi model bagi kehidupan komunitas kita dimana saja kita berada dan kita hidup. Mereka ketika ada konflik dan mengalami konflik dalam komunitas, melihat itu sebagai persoalan bersama. Maka mereka duduk bersama dan dalam bimbingan Roh Kudus Penolong, memutuskan solusi bersama, untuk kebaikan bersama. Kita pun mengikuti contoh baik pengalaman para rasul dan para penatua  dalam memanajemen konflik itu,  di dalam kehidupan komunitas kita masing-masing. Seperti para Rasul dan Para Penatua yang menghadapi konflik internal komunitas Gereja Perdana, demikian kita juga kita semestinya tidak menghindari persoalan pribadi atapun persoalan bersama, tetapi berani dan tegas menghadapi persoalan untuk mencari akar persoalan, agar temukan solusi pada akarnya.

Homily Minggu Paskah VI
5 Mei 2013 di Soverdi Surabaya
Kis 15 : 1-2.22-29
Mzm 67
Wyh 21 : 10 – 14.22-23
Yoh 14:23 – 29

http://youtu.be/oOItN-Zcxsw