Rabu, Mei 08, 2013

Homili Rabu 8 Mei 2013



WARTA KRISTUS : Inkulturatif analitis vs  Normatif
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Tanggal 23 Oktober 1962, sepuluh hari sesudah pembukaan Konsili Vatikan II, salah satu uskup misionaris dari Indonesia, Mgr. van Bekkum SVD, uskup Ruteng, mengusulkan agar dalam liturgi dan pewartaan, digunakan bahasa setempat, cara berpikir setempat, agar umat dapat menghayati misteri keselamatan yang dirayakan, dan pewartaan yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa para misionaris SVD di NTT bermisi di NTT mulai dari cara berpikir setempat. Buah-buahnya sangat positif. Banyak orang yang menerima pewartaan para misionaris. Putera dan Puteri NTT kini menjadi misionaris hampir di seluruh dunia.

Bacaan I hari ini menampilkan Paulus bermisi di Athena dengan cara berpikir setempat. Ada dua (2) golongan yang ada di Athena, yaitu golongan Epikurus yang menekankan bahwa kehidupan ini berjalan menuju kehancuran, kematian dan kepunahan. Sedangkan golongan Stoa mengutamakan bahwa kehidupan ini berjalan menuju kehidupan dalam sang ilahi. Paulus menggunakan cara berpikir Stoa dalam pewartaannya di Athena. Buah-buah pewartaannya ada dan sangat baik. Dionisius salah seorang anggota Majelis Areopagus menjadi pengikut Paulus. Juga Damaris seorang perempuan yang terbelenggu oleh budaya patriarchal Yunani, menjadi  pengikut Paulus. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus yang diwartakan Paulus secara inkulturatif, membawa keselamatan dan pembebasan bagi semua orang lintas batas. Roh Kebenaran menuntun Paulus mewartakan “SIAPA KEBENARAN” kepada orang Athena. Sang Kebenaran itu adalah Kristus yang telah bangkit membawa keselamatan kepada semua orang tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah mewarnai kehidupan yang mengalir dari Sang Kristus sumber kehidupan sejati.


Homili Rabu 8 Mei 2013
Kis 17 : 15.22-18:1
Mzm 148
Yoh 16:12 - 15

WARTA KRISTUS : Inkulturatif Analitis vs Normatif



WARTA KRISTUS : Inkulturatif analitis vs  Normatif
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Tanggal 23 Oktober 1962, sepuluh hari sesudah pembukaan Konsili Vatikan II, salah satu uskup misionaris dari Indonesia, Mgr. van Bekkum SVD, uskup Ruteng, mengusulkan agar dalam liturgi dan pewartaan, digunakan bahasa setempat, cara berpikir setempat, agar umat dapat menghayati misteri keselamatan yang dirayakan, dan pewartaan yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa para misionaris SVD di NTT bermisi di NTT mulai dari cara berpikir setempat. Buah-buahnya sangat positif. Banyak orang yang menerima pewartaan para misionaris. Putera dan Puteri NTT kini menjadi misionaris hampir di seluruh dunia.

Bacaan I hari ini menampilkan Paulus bermisi di Athena dengan cara berpikir setempat. Ada dua (2) golongan yang ada di Athena, yaitu golongan Epikurus yang menekankan bahwa kehidupan ini berjalan menuju kehancuran, kematian dan kepunahan. Sedangkan golongan Stoa mengutamakan bahwa kehidupan ini berjalan menuju kehidupan dalam sang ilahi. Paulus menggunakan cara berpikir Stoa dalam pewartaannya di Athena. Buah-buah pewartaannya ada dan sangat baik. Dionisius salah seorang anggota Majelis Areopagus menjadi pengikut Paulus. Juga Damaris seorang perempuan yang terbelenggu oleh budaya patriarchal Yunani, menjadi  pengikut Paulus. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus yang diwartakan Paulus secara inkulturatif, membawa keselamatan dan pembebasan bagi semua orang lintas batas. Roh Kebenaran menuntun Paulus mewartakan “SIAPA KEBENARAN” kepada orang Athena. Sang Kebenaran itu adalah Kristus yang telah bangkit membawa keselamatan kepada semua orang tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah mewarnai kehidupan yang mengalir dari Sang Kristus sumber kehidupan sejati.


Homili Rabu 8 Mei 2013
Kis 17 : 15.22-18:1
Mzm 148
Yoh 16:12 - 15

Selasa, Mei 07, 2013

SAKSI : Palsu vs Benar



SAKSI : Palsu vs Benar
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
                                                                                                        
Ada banyak persoalan mendasar yang ada dan terjadi di tanah air. Misalnya, Kasus kebakaran kantor Sekertaris Negara Republik Indonesia. Kasus Koruptor para pejabat di Negara Republi Indonesia. Kasus penembakan warga NTT di Penjara Jogjakarta. Persoalan-persoalan itu muncul dan mengalir seperti air yang mengalir tanpa memberikan solusi tuntas yang memberikan kepuasan kepada rakyat banyak.
Pertanyaan yang muncul adalah : Siapa yang memberikan kesaksian yang benar agar persoalan itu diselesaikan secara tuntas? Sangat dibutuhkan pemimpin yang berjiwa negarawan bukan politisi. Seorang negarawan senantiasa mengutamakan kepentingan bersama Negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam menghadapi persoalan, dia memberikan kesaksian yang benar, bukan kesaksian yang palsu. Sebaliknya seorang politisi tampil dengan warna “abu-abu”, hanya untuk kepentingan pribadinya. Dalam mengahdapi persoalan, dia memberikan kesaksian yang “abu-abu” atau kesaksian yang palsu.
Injil hari ini menampilkan Yesus yang member Roh Kebenaran kepada para muridNya untuk memberikan kesaksian yang benar dalam situasi aniayah maupun dalam situasi aman; bukan kesaksian palsu. Kesaksian palsu atau “abu-abu” berasal dari roh iblis atau roh setan. Sebaliknya kesaksian yang benar berasal dari Yesus, Bapa dan Roh Kudus.
Kita dipanggil untuk menjadi nabi. Seorang nabi setia dan komitmen member kesaksian yang benar dalam hidup panggilannya, bukan saksi palsu.


Homili Senin 6 Mei 2013
Kis 16 : 11 – 15
Mzm 149
Yoh 15: 26 – 16:4a

Homili Senin 6 Mei 2013



SAKSI : Palsu vs Benar
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
                                                                                                        
Ada banyak persoalan mendasar yang ada dan terjadi di tanah air. Misalnya, Kasus kebakaran kantor Sekertaris Negara Republik Indonesia. Kasus Koruptor para pejabat di Negara Republi Indonesia. Kasus penembakan warga NTT di Penjara Jogjakarta. Persoalan-persoalan itu muncul dan mengalir seperti air yang mengalir tanpa memberikan solusi tuntas yang memberikan kepuasan kepada rakyat banyak.
Pertanyaan yang muncul adalah : Siapa yang memberikan kesaksian yang benar agar persoalan itu diselesaikan secara tuntas? Sangat dibutuhkan pemimpin yang berjiwa negarawan bukan politisi. Seorang negarawan senantiasa mengutamakan kepentingan bersama Negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam menghadapi persoalan, dia memberikan kesaksian yang benar, bukan kesaksian yang palsu. Sebaliknya seorang politisi tampil dengan warna “abu-abu”, hanya untuk kepentingan pribadinya. Dalam mengahdapi persoalan, dia memberikan kesaksian yang “abu-abu” atau kesaksian yang palsu.
Injil hari ini menampilkan Yesus yang member Roh Kebenaran kepada para muridNya untuk memberikan kesaksian yang benar dalam situasi aniayah maupun dalam situasi aman; bukan kesaksian palsu. Kesaksian palsu atau “abu-abu” berasal dari roh iblis atau roh setan. Sebaliknya kesaksian yang benar berasal dari Yesus, Bapa dan Roh Kudus.
Kita dipanggil untuk menjadi nabi. Seorang nabi setia dan komitmen member kesaksian yang benar dalam hidup panggilannya, bukan saksi palsu.


Homili Senin 6 Mei 2013
Kis 16 : 11 – 15
Mzm 149
Yoh 15: 26 – 16:4a

Pemimpin : Regerasi vs Status Quo




PEMIMPIN : Regenerasi vs Status Quo
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
Opini Kompas 6 April 2013 menurunkan karikatur tentang kepemimpinan dalam Partai Demokrat. Karikatur itu melukiskan atau menggambarkan dua (2) kursi kekuasaan. Satu kursi berlabel lambing Partai Demokrat. Satu Kursi lagi berlambang Burung Garuda Pancasila. Menarik bahwa Kursi bergambar Lambang Burung Garuda Pancasila itu kosong sedangkan Kursi bergambar Lambang Partai Demokrat itu diduduki Sang Penguasa. Penguasa itu mengosongkan kursi yang bergambar Burung Garuda Pancasila  dan melayani Kursi Partai ketika tidak ada regenerasi yang baik dan benar dalam partai Demokrat. Selama dua periode penguasa menikmati masa jabatannya di Kursi bergambar Burung Garuda Pancasila,  mengabaikan regenerasi kader partai Demokrat. Pada akhir jabatannya di Kursi Bergambar Burung Garuda Republik Indonesia, penguasa sepertinya bingung untuk melanjutkan keberadaan partai Demokrat yang telah mengantar penguasa sampai duduk di Kursi bergambar Burung  Garuda Republik Indonesia itu.
Injil hari ini menampilkan “Regenerasi kepemimpinan” dalam Karya Misi Allah. Yesus bersabda kepada para murid-Nya: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika AKu pergi sebab jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Roh Penghibur kepadamu. Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi”. Yesus berkarya selama 3 tahun. Periode berikut Ia serahkan kepada yang lain, kepada Roh Kudus untuk melanjutkan karya misi Allah untuk menyelamatkan semua orang lintas batas, yang percaya kepadaNya.
Yesus adalah model pemimpin yang sejati bagi kita. Dia adalah pemimpin yang visioner, memiliki rencana regenerasi yang jelas dalam menjutkan karya misi Allah.
Paulus dan Silas adalah dua misionaris yang teguh dan kokoh beriman kepada Yesus yang telah bangkit, sebagai pemimpin yang sejati. Mereka focus pada pembangunan rohani, bukan pembangunan fisik. Pengalaman misi di Antiokia meneguhkan bahwa mereka menaruh perhatian yang besar pada pembangunan rohani baik ke dalam diri maupun dalam misi keluar. Kekokohan bangunan rohani secara ke dalam terbukti dengan : Berdoa sepanjang malam dalam penjara dan doa itu melahirkan Gempa Bumi yang dahsyat yang membuka ikatan belenggu mereka, dan pintu-pintu penjara terbuka.
Menyaksikan peristiwa iman itu, kepala penjara dan seisi keluarga di rumahnya bertobat, percaya kepada Kristus yang telah bangkit, yang diwartakan Paulus dan Silas.

Homili Selasa 7 Mei 2013
Kis 16 : 22 – 34
Mzm 138
Yoh 16 : 5 - 11