Saya menyampaikan beberapa hal yang mendorong saya untuk menulis buku KEMBALI KE AKAR. Pertama, saya termotivasi menulis tentang Budaya asal saya karena sepanjang saya belajar di pendidikan formal dari SD sampai Seminari Tinggi saya belajar tentang budaya orang lain dan saya tidak pernah belajar tentang budaya asal saya. Saya memberanikan diri memulai sesuatu yang baru. Memulai sesuatu yang baru seperti seorang petani yang membuka lahan baru dengan sebuah perjuangan yang luar biasa, untuk mendapat sebuah hasil yang baik bagi diri dan tentu secara sosial bagi anak-cucu. Hanya lewat menulis, anak cucu sesudah kita tahu tentang adat dan budaya kita sendiri. Kita sendiri harus menulis tentang diri sendiri dan kita sendiri harus tahu tentang diri kita sendiri agar orang luar tidak menipu kita dengan pandangan mereka.
Hal kedua yang mendorong saya untuk menulis KEMBALI KE AKAR adalah agar saya yang pastor ini mati dikenang karena sebuah hasil karya. Pastor tidak punya isteri dan tidak punya anak. Mati akan tidak dikenang kalau tidak mempunyai hasil karya BUKU yang resmi.
Hal ketiga yang membuat saya terdorong untuk untuk menulis tentang budaya saya adalah anak-anak muda yang kuliah di Jawa mengalami krisis identitas. Budaya asalnya tidak berakar dan budaya Jawa pun tahu setengah-setengah akhirnya mereka hidup terbawa arus zaman yang tidak tahu tujuannya kemana.
1. https://bunaqaitoun.blogspot.com/2020/07/fenomena-nomena-nama-monewalu-di-suku.html?m=1
BalasHapus2. https://bunaqaitoun.blogspot.com/2020/07/multi-aspek-adat-bula-hoon-suku-bunaq.html?m=1
3. https://bunaqaitoun.blogspot.com/2020/07/menilik-kecerdasan-majemuk-suku-bunaq.html?m=1
4. https://bunaqaitoun.blogspot.com/2020/07/sebuah-warisan-kecerdasan-leluhur.html?m=1
5. https://bunaqaitoun.blogspot.com/2020/07/air-terjun-uluk-til-adalah-tempat-mandi.html?m=1