Jumat, Mei 17, 2013

Homili Minggu Komunikasi Dunia 12 Mei 2013




KOMUNIKASI : Memecahbelah vs  Menyatukan
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Komunikasi itu menyatukan. Misalnya komunikasi antara seorang laki-laki dengan perempuan yang berpacaran, membantu mereka berdua untuk memutuskan satu pilihan kehidupan bersama sebagai suami isteri. Kita ini lahir dari komunikasi yang menyatukan antara ayah dengan ibu. Komunikasi sosial meneyebarkan informasi-informasi yang menyatukan semua orang yang berasal dari aneka suku dan bahasa, dalam Negara Indonesia yang berbhineka Tunggal ika. Para pendiri Negara Indonesia, berkomunikasi satu dengan yang lainnya, dan menghasilkan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para imam mengkomunikasikan Sabda Allah yang menyatukan dan menyelamatkan di Mimbar di dalam setiap Perayaan Ekaristi atau ibadat Sabda lainnya. Seorang Dokter dan Perawat berkomunikasi dengan orang sakit yang dilayani berdasarkan pola psikologi orang sakit, sehingga orang sakit merasakan komunikasi yang menyatukan dan memberikan keteduhan di hati orang sakit. Internet menyatukan bermacam-macam manusia dari aneka  suku dan budaya serta, di dalam alun-alun dunia maya.

Komunikasi itu bisa juga memecahbelah sesama manusia. Misalnya seorang suami yang mengaku segala dosa perselingkuhannya kepada isteri yang tidak siap menerima pengakuannya itu, menimbulkan semakin sakit hati, bahkan mengakibatkan perceraian. Seorang suami yang mengalami ketagihan berkomunikasi dengan film porno, mengakibatkan perceraian dengan isterinya. Komunikasi antara para teroris memnghancurkan sesame dan alam sekitar.

Hari ini adalah Hari Minggu Komunikasi sedunia. Paus menyampaikan tiga (3) hal pokok dalam Hari Minggu Komunikasi Sedunia ini. Pertama, Injil dan dunia. Dunia adalah tempat pewartaan Injil. Dunia itu meliputi dunia real dan dunia maya. Dunia itu perlu diisi dengan Nilai-nilai Injil yang bersifat universal untuk menyelamatkan semua orang lintas batas.  Pewartaan kepada Injil di seluruh dunia agar penerima pewartaan berjalan dari jalan yang menyesatkan dalam dunia ini menuju jalan-jalan Tuhan yang menyelamatkan.

Kedua, Komunikasi dan Injil. Komunikasi itu menghubungkan satu dengan yang lainnya. Komunikasi itu bisa membawa hal-hal yang menyalibkan sesame tetapi juga bisa membawa warta yang membangkitkan sesame. Injil adalah pokok warta yang hanya menyelamatkan semua orang lintas batas. Injil harus diwartakan dalam dunia nyata dan riel agar sinar Matahari Injil tetap menyinari di siang hari dan sinar Bulan dan Bintang Injil tetap bersinar di malam Gelap.

Ketiga, Pembangunan dan Injil. Pembangunan dunia maya dan nyata senantiasa diwarnai oleh kejahatan dan kebaikan. Pembangunan dunia maya oleh para pembangun di pusat dunia internet, kantor pusat internet, menawarkan berita yang transparan kepada public. Dunia maya memberikan berita terbaik sekaligus terburuk, sebagai awal bertumbuhnya relativisme. Menghadapi dunia maya yang menyuarakan dan mewartakan relativisme kebenaran itu, Injil tampil pasti sebagai keharusan memberikan kebenaran universal dan mendalam untuk menyelamatkan semua orang dari segi usia, latarbelakang dan maupun golongan. Orang Kristen Katolik tidak menjadi obyek relativisme. Tetapi harus menjadi Subyek atas warta Relativisme kebenaran dan kebaikan. Orang Kristus harus tegas menggunakan kebebasannya memilih Inji sebagai nilai utama yang menyelamatkan semua orang dalam seluruh hidup dan kesaksian hidupnya.
     Kita adalah generasi internet dan generasi computer. Internet adalah medan maya yang tercipta dari medan dunia nyata. Semua ide, peristiwa, yang baik dan benar, yang baik dan jahat yang terjadi di dalam dunia nyata, disebarluaskan melalui dunia maya internet, tanpa seleksi oleh kantor pusat internet. Dalam dunia maya orang bisa menyembunyikan indentitas asli dunia nyata, dalam menyebarkan berita-berita yang menghancurkan dan menyalibkan sesama manusia dan dunia. Kita sebagai orang Katolik diciptakan dielngkapi dengan kebebasan yang semestinya kita gunakan untuk memilih yang terbaik dan terbenar yang bersumber pada Injil yang menyelamatkan bukan menyalibkan ataupun menghancurkan sesama.


Homili Minggu Komunikasi Dunia
Minggu Paskah VII 12 Mei 2013
Kis 7 : 55 -60
Mzm. 97
Why 22 : 12 – 14. 16-17.20
Yoh 17 : 20 – 26
















Rabu, Mei 15, 2013

ORANG HEBAT : "Superior vs Humble"



ORANG HEBAT : “Superior vs Humble”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Majalah hidup 5 Mei 2013, halaman 50, menurunkan sebuah tulisan yang berisi tentang :”Keluarga Hebat Gereja Hebat”.  Kehebatan itu dapat membawa keluarga atau Gereja semakin “humble” tetapi juga bisa semakin “superior”.  Kesombongan dapat membuat orang merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan lupa untuk terus belajar  termasuk belajar dari sesama dan alam sekitar. Sebaliknya kerendahan hati adalah awal yang baik untuk terus membuka diri untuk membentuk diri dan dibentuk ke arah yang lebih baik dan benar. Kemalasan adalah awal yang menutup jalan bagi diri untuk mengembangkan dirinya.  Kerajinan adalah awal yang baik untuk terus mengembangkan diri lintas batas, pulau dan daerah. Ciri orang yang terus beajar adalah menanamkan habitus membaca dalam dirinya.

Bacaan-bacaan Suci hari ini berbicara tentang orang-orang yang hebat yang rendah hati, bukan orang – orang hebat yang  sombong.  Ciri orang hebat yang sombong adalah tidak meminta sesama untuk membantu dirinya ketika dia mengalami persoalan di dalam hidupnya. Sebaliknya orang hebat yang rendah hati adalah orang yang meminta tolong kepada Tuhan dan sesame untuk formasi dirinya. Yesus bersabda : “Mintalah maka akan menerima, supaya penuhlah  sukacitamu”. Apolos adalah orang hebat yang rendah hati. Ia pandai berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Tetapi  ia terbuka pada bimbingan, arahan, pendidikan  tentang : “SIAPA ITU YESUS” di rumah Priskila dan Akwila. Formasi iman  Apolos itu berhasil.  Apolos orang Yahudi itu kemudian beriman kepada Yesus adalah Mesias. Ia mewartakan Tuhan Yesus yang telah bangkit dan membela imannya kepada Yesus adalah  Mesias, secara ilmiah didukung oleh sumber-sumber  atau data-data kitab Suci.

Homili Sabtu 11 Mei 2013
Kis 18 : 23 – 28
Mzm 47 : 2-3.8-9.10
Yoh 16 : 23b-28

Homili Sabtu 11 Mei 2013

ORANG HEBAT : “Superior vs Humble”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Majalah hidup 5 Mei 2013, halaman 50, menurunkan sebuah tulisan yang berisi tentang :”Keluarga Hebat Gereja Hebat”.  Kehebatan itu dapat membawa keluarga atau Gereja semakin “humble” tetapi juga bisa semakin “superior”.  Kesombongan dapat membuat orang merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan lupa untuk terus belajar  termasuk belajar dari sesama dan alam sekitar. Sebaliknya kerendahan hati adalah awal yang baik untuk terus membuka diri untuk membentuk diri dan dibentuk ke arah yang lebih baik dan benar. Kemalasan adalah awal yang menutup jalan bagi diri untuk mengembangkan dirinya.  Kerajinan adalah awal yang baik untuk terus mengembangkan diri lintas batas, pulau dan daerah. Ciri orang yang terus beajar adalah menanamkan habitus membaca dalam dirinya.

Bacaan-bacaan Suci hari ini berbicara tentang orang-orang yang hebat yang rendah hati, bukan orang – orang hebat yang  sombong.  Ciri orang hebat yang sombong adalah tidak meminta sesama untuk membantu dirinya ketika dia mengalami persoalan di dalam hidupnya. Sebaliknya orang hebat yang rendah hati adalah orang yang meminta tolong kepada Tuhan dan sesame untuk formasi dirinya. Yesus bersabda : “Mintalah maka akan menerima, supaya penuhlah  sukacitamu”. Apolos adalah orang hebat yang rendah hati. Ia pandai berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Tetapi  ia terbuka pada bimbingan, arahan, pendidikan  tentang : “SIAPA ITU YESUS” di rumah Priskila dan Akwila. Formasi iman  Apolos itu berhasil.  Apolos orang Yahudi itu kemudian beriman kepada Yesus adalah Mesias. Ia mewartakan Tuhan Yesus yang telah bangkit dan membela imannya kepada Yesus adalah  Mesias, secara ilmiah didukung oleh sumber-sumber  atau data-data kitab Suci.

Homili Sabtu 11 Mei 2013
Kis 18 : 23 – 28
Mzm 47 : 2-3.8-9.10
Yoh 16 : 23b-28

ORANG HEBAT : "Superior ata Humble"



ORANG HEBAT : “Superior vs Humble”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Majalah hidup 5 Mei 2013, halaman 50, menurunkan sebuah tulisan yang berisi tentang :”Keluarga Hebat Gereja Hebat”.  Kehebatan itu dapat membawa keluarga atau Gereja semakin “humble” tetapi juga bisa semakin “superior”.  Kesombongan dapat membuat orang merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan lupa untuk terus belajar  termasuk belajar dari sesama dan alam sekitar. Sebaliknya kerendahan hati adalah awal yang baik untuk terus membuka diri untuk membentuk diri dan dibentuk ke arah yang lebih baik dan benar. Kemalasan adalah awal yang menutup jalan bagi diri untuk mengembangkan dirinya.  Kerajinan adalah awal yang baik untuk terus mengembangkan diri lintas batas, pulau dan daerah. Ciri orang yang terus beajar adalah menanamkan habitus membaca dalam dirinya.

Bacaan-bacaan Suci hari ini berbicara tentang orang-orang yang hebat yang rendah hati, bukan orang – orang hebat yang  sombong.  Ciri orang hebat yang sombong adalah tidak meminta sesama untuk membantu dirinya ketika dia mengalami persoalan di dalam hidupnya. Sebaliknya orang hebat yang rendah hati adalah orang yang meminta tolong kepada Tuhan dan sesame untuk formasi dirinya. Yesus bersabda : “Mintalah maka akan menerima, supaya penuhlah  sukacitamu”. Apolos adalah orang hebat yang rendah hati. Ia pandai berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Tetapi  ia terbuka pada bimbingan, arahan, pendidikan  tentang : “SIAPA ITU YESUS” di rumah Priskila dan Akwila. Formasi iman  Apolos itu berhasil.  Apolos orang Yahudi itu kemudian beriman kepada Yesus adalah Mesias. Ia mewartakan Tuhan Yesus yang telah bangkit dan membela imannya kepada Yesus adalah  Mesias, secara ilmiah didukung oleh sumber-sumber  atau data-data kitab Suci.

Homili Sabtu 11 Mei 2013
Kis 18 : 23 – 28
Mzm 47 : 2-3.8-9.10
Yoh 16 : 23b-28

Selasa, Mei 14, 2013

JALAN MENUJU SEMPURNA : Instan vs Proses




JALAN HIDUP MENUJU SEMPURNA : Instan vs Proses

*P. BENEDIKTUS BERE MALI SVD*


Formasi Iman Umat Lingkungan Yohanes 3, Wilayah Yohanes, Paroki Roh Kudus, Keuskupan Surabaya. Ketua Lingkungan : Bpk A. Surjadarma T. Ketua Wilayah : Bpk Eko Nugroho. Pastor Paroki : P. I Kadek Adi Subrata SVD (IKAS). Tempat Rumah Bpk Tony Gozali. Pelaksanaan : Senin 13 Mei 2013.

Dunia modern yang diwarnai oleh informasi dan teknologi ini dapat membawa manusia berjalan meninggalkan jalan yang normal menuju berjalan di dalam jalan yang instan. Misalnya:  Mas Google adalah pelayan yang siap sedia dua puluh empat jam melayani setiap pelanggannya. Dia melayani kebutuhan yang paling baik dan paling jahat dalam membentuk diri pelanggan atau menghancurkan sang pelanggan. Mas Google akan masuk daerah-daerah privacy kalau diri pelanggan mulai membuka pintu pikiran dan hati serta dirinya. Mas google akan masuk ke dalam bagian-bagian yang sangat rahasia dan bertamu di dalam latop, ipad, BB, samsung, komputer dan sebagainya. Internet memberikan segala sesuatu yang instan bagi manusia.

Mentalitas instan pun semakin hari semakin terbentuk dalam diri generasi abad ini. Pengaruhnya bukan hanya dalam dunia awam tetapi juga sampai dalam dunia kaum berjubah biarawan dan biarawati. Ketika tantangan ada dalam dunia pelayanan, orang segera menghindarinya bukan menghadapi persoalannya. Pada hal dalam dunia normal "kesulitan ada untuk diatasi". Kesulitan ada bukan untuk dihindari tetapi kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada dihadapi akarnya untuk mencari solusi pada akarnya.

Perjalanan informasi begitu cepat dari satu benua ke benua yang lain, dari satu belahan dunia yang  satu kepada belahan dunia yang lain, dari satu orang yang paling jahat atau paling baik kepada sesama yang lain. Orang jahat menyebarkan berita yang jahat kepada dunia melalui dunia internet. Orang baik dan benar menyebarkan berita yang baik dan benar kepada orang lain.

Setiap berita, kata, sabda ada rohnya, ada jiwanya, ada pesannya, ada rohnya, yang dapat mengubah orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Berita baik dan benar yang memuat roh yang baik dan benar dapat mempengaruhi orang kepada yang baik dan benar yang dibangun di dalam dirinya. Berita yang jahat memiliki roh kejahatan yang masuk ke dalam diri manusia dan mendiami rumah hati manusia dan lalu membimbing manusia kepada yang dapat menghancurkan dirinya.

Manusia diciptakan dilengkapi oleh kebebasan. Manusia memasuki dunia internet bisa membuka pintu berita yang jahat yang menghancurkan, tetapi bisa juga membuka pintu berita yang baik dan benar yang membangun dan mempengaruhi diri secara baik dan benar. Manusia adalah subyek atas internet karena internet diciptakan oleh manusia bukan internet menciptakan manusia. Tetapi ketika manusia bisa menjadi obyek internet ketika internet memporak-porandakan integritas manusia dengan berita-berita jahat dari dunia internet menghancurkan diri manusia, atau manusia menjadi ketagihan mengakses situs-situs yang tidak layak untuk diakses bagi kematangan dan kedewasaan dirinya.

Jalan hidup menuju suata tempat  bisa ditempuh dalam waktu yang cepat. Misalnya pesawat bisa menerbangkan manusia dari satu bandara ke bandara lain, baik dalam tingkat lokal, domestik, nasional, maupun internasional, antara negara, dan antara benua. Atau kreta api supereksekutif dapat mengantar manusia dari satu stasiun ke stasiun yang lain dalam waktu yang singkat. Kendaraan baik sepeda motor, maupun mobil dapat mengantara manusia dari satu terminal menuju ke terminal yang lain.

Tetapi sampai hari ini, besok dan selamanya, kita belum menemukan satu model baru internet berupa facebook dari Allah yang menjadi media komunikasi langsung dari kita manusia dengan Allah. Kita belum menemukan Yahoo Masenger yang dapat membangun komunikasi langsung antara Allah di Surga dengan kita manusia di dunia. Kita belum menemukan satu BB yang dapat membuat kita BBM dengan Allah di Surga. Kita juga belum menemukan satu alat transportasi yang paling canggih yang menerbangkan kita secara langsung dari dunia menuju Surga. Kita tidak pernah menemukan dan tidak akan menemukan satu pesawat yang take off dari bandara di atas bumi ini menuju landing di bandara di surga.

Jalan menuju Surga tidak pernah  melewati jalan instan. Jalan ke surga melewati jalan proses. Jalan itu adalah Jalan Yesus. Yohanes 14:6 mengatakan Yesus adalah jalan ke Surga. Jalan itu unik. Jalan itu adalah jalan normal. Jalan itu adalah jalan proses. Yesus datang ke dunia melalui proses yang dikehendaki oleh Tuhan yang mengutusNya ke dunia. Yesus berasal dari kerahiman Allah di Surga menuju Bumi bukan melalui pesawat yang menerbangkanNya dari bandara langsung menuju bandara bumi. Yesus berangkat dari Surga tempat kerahiman Allah melewati terminal rahim ibu Maria menuju bumi. Yesus hidup dan berkarya, menderita, wafat, dimakamkan ke dalam rahim bumi, dan pada hari ketiga bangkit, lalu selama 40 hari menampakan diri kepada para muridNya secara berulang-ulang meneguhkan iman dan kepercayaan mereka kepadaNya sebagai Tuhan yang membawa kemenangan atas kuasa maut dan kematian, serta membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas yang menerimaNya. Setelah 40 hari, Kristus naik ke surga, kembali kepada Bapa, menyiapkan tempat bagi kita, dan pada hari pentekosta mengirimkan Roh Kudus, Roh Allah, Roh Allah Bapa ke dunia, menyertai kita, menyertai Gereja Sepanjang Masa, untuk menuntun dan mengarahkan kita dan gereja  berjalan dari dunia menuju ke Surga melewati jalan-jalan yang telah dilalui Tuhan Yesus dari dunia ke Surga, untuk kita dan Gereja Bersatu kembali di dalam Kerahiman Allah sebagai asal pertama kita dari sana ke dunia dan kembali menuju ke kerahiman Allah di Surga sebagai asal sekaligus tujuan perjalanan hidup kita, dalam Yesus jalan keselamatan kita. Kisah Para Rasul 4:12 mengatakan “Dalam Nama Yesus ada Keselamatan”.