Minggu, Mei 19, 2013

Homili Sabtu 18 Mei 2013

SAKSI PALSU vs SAKSI ASLI
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Koran-koran beberapa Minggu terakhir ini berbicara tentang calon-calon pemimpin baik Legislatif, eksekutif maupun Yudikatif yang berasal dari latarbelakang politisi, sementara banyak orang lebih mengaharapkan calon pemimpin yang berasal dari latarbelakang negarawan untuk menjadi pemimpin pada masa yang akan datang.
Pertanyaan bagi kita adalah apa perbedaan antara calon pemimpin yang berasal dari latarbelakang politisi dengan yang berasal dari latarbelakang negarawan? Atau apa perbedaan antara pemimpin yang negarawan dengan seorang pemimpin yang politisi?
Perbedaan antara seorang negarawan dengan politisi sebetulnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Seorang pemimpin yang tergolong ke dalam sebagai negarawan, senantiasa berjalan di atas jelan kebenaran, keadilan, kedamaian, kebaikan dan kebenaran, untuk kesejahteraan dan keselamatan bersama atau kesejahteraan seluruh rakyat yang dipimpinnya. Sorang negarawan ketika menghadapi dan menyelesaikan persoalan, dia selalu memberikan kesaksian yang benar sehingga solusi persoalan itu pada akar persoalan. Sedangkan seorang politisi senantiasa diwarnai oleh pengutamaan kepentingan pribadi, golongan. Seorang politisi ketika memberikan kesaksian terhadap persoalan yang ada dan sedang terjadi, selalu diwarnai oleh sikapnya yang “abu-abu”atau bahkan bisa jadi memberikan kesaksian yang palsu atas persoalan yang sedang terjadi hanya untuk menyelamatkan kelompoknya dengan mengorbankan kepentingan bersama atau kebaikan bersama.
    Bacaan-bacaan suci hari ini menampilkan kesaksian Kesaksian Petrus, Yohanes, Paulus dan Tuhan Yesus. Yesus selalu memberikan kesaksian yang benar. Paulus juga memberikan kesaksian yang benar. Yohanes memberikan kesaksian yang benar. Petrus lebih cenderung sibuk mencampuri urusan orang lain. Karena Petrus sibuk dengan urusan Yohanes dan Urusan Yesus, Yesus menegur dia, Paulus jangan sibuk dengan urusan orang lain.
    Yesus adalah Nabi Sejati. Paulus dan Yohanes menampilkan diri sebagai nabi. Mereka berdua memberikan kesaksian tentang Yesus adalah Nabi yang sejati. Paulus memberikan kesaksian yang benar tentang Kebangkitan Kristus yang diwartakan sampai di Roma. Ketika di kalangan Yahudi, ia dihadapkan di depan Mahkamah Agama Yahudi untuk dihukum karena pewartaan tentang Kebangkitan Tuhan Yesus. Kesaksian di depan Sanhedrin itu membuat para Sanhedrin tidak menemukan kesalahan untuk dihukum mati. Paulus memberikan kesakasian tentang kebangkitan Tuhan dengan menggunakan pemikiran Mahkamah Agama Yahudi yang berasal dari kelompok Farisi. Orang Farisi mengakui adanya kebangkitan orang mati dan adanya malaikat-malaikat. Itu artinya kelompok Mahkamah Agama Yahudi sendiri menerima kebangkitan Tuhan Yesus yang diwartakan Paulus. Tidak ada alasan Sanhedrin menghukum Paulus yang mewartakan Kebangkitan Tuhan Yesus.
    Sanhedrin terus mencari waktu yang tepat untuk menjatuhkan hukuman mati atas Paulus. Lantas Paulus Naik Banding ke Kaisar di Roma. Ketika berada di Roma, Paulus memanggil para penatua orang Yahudi dan memberikan kesaksian yang benar atas pewartaannya tentang Kebangkitan Kristus yang dia wartakan.
    Paulus secara tulus mengatakan kepada para tua-tua Yahudi yang ada di Roma, bahwa dia naik banding ke Kaisar di Roma bukan untuk mengkhianati Adat Istiadat Bangsa Yahudi, tetapi dia memberikan kesaksian tentang harapan bangsa Yahudi akan kedatangan Mesias yang mengalami kepenuhan di dalam diri Tuhan Yesus yang telah wafat dan kemudian mengalami kebangkitan yang diwartakannya.
    Paulus memberikan kesaksian yang benar kapan dan dimanapun. Ini tandanya bahwa Paulus dipenuhi oleh Roh Kudus yaitu Roh Kebangkitan Tuhan Yesus. Dia memberikan kesaksian tentang Kebangkitan Kristus dengan tulus dan ikhlas. Paulus pun tahu persis, bahwa kesaksian yang benar di depan Kaisar di Roma, membuat Kaisar tidak akan menemukan kesalahan untuk menjatuhkan hukuman atas dirinya. Paulus di depan Kaisar akan bersaksi dengan menggunakan cara berpikir Roma atau Kaisar yang berlaku di dalam menjatuhkan hukuman atas orang yang dituduh bersalah. Paulus menguasai pemikiran Roma, bahwa hanya orang yang melanggar kemanusiaan universal yang menerima hukuman. Bagi Paulus, pewartaan tentang Kebangkitan Tuhan Yesus itu tidak melanggar hukum Roma. Hukum Roma mengakui kebebasan setiap manusia untuk mengekspresikan diri sejauh tidak melanggar hukum Roma yang intinya tidak melanggar kemnausiaan sebagai nilai universal yang menjadi jiwa seluruh peraturan Kaisar.
    Yohanes pun memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias yang diharapkan Bangsa Yahudi. Kesaksiannya itu ditulis di dalam Injil Yohanes, Kesaksiannya itu benar. Yohanes dan Paulus memberikan kesaksian yang asli tentang Yesus sebagai Mesias yang dinantikan bangsa Yahudi. Paulus dan Yohanes tidak memberikan kesaksian yang palsu. Keduanya adalah nabi. Mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Itulah ciri orang yang hidup di dalam Roh Kudus, Roh Kristus, Roh Allah sendiri. Orang yang hidup di dalam Roh Kudus senantiasi memberikan kesaksian benar dan tulus. Pemazmur bekata bahwa orang yang tulus melihat wajah Allah.
    Kita semua adalah orang-orang yang dipanggil menjadi nabi. Sebagai nabi, kita memberikan kesaksian yang benar dan kesaksian kita lahir dari ketulusan hati kita. Pemazmur berkata, orang yang tulus melihat wajah Allah. Ketulusan ada dalam diri kita berarti ada Allah Roh Kudus di dalam diri kita, dan Roh  Kudus menuntun kita kepada jalan yang benar, berpikir secara benar, berkata-kata dan  bertindak secara benar dan tulus.  Amin.
     

Homili Minggu Pentakosta 19 Mei 2013



PENTAKOSTA: “Monumen  vs Movement”
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

Manusia adalah makhluk multidimensi. Dari sekian banyak dimensi tipe manusia, saya membutuhkan dua (2) tipe manusia pada kesempatan ini yaitu tipe manusia monument dan tipe manusia movement.
Tipe manusia monument lebih menekankan pembangunan fisik dan di setiap bangunan itu ada prasasti tempat terlukis nama dan tanda tangannya untuk mengabadikan diri, egonya yang mengandung benih-benih kesombongannya.Sedangkan tipe manusia movement lebih menekankan gerakan-gerakan kreatif inovatif dalam membangun sumber daya manusia untuk regenerasi dan seterusnya.  
Manusia yang menekankan monument tampak dalam Kejadian 11:1-9. Kitab ini berbicara tetang menara Babel yang lahir dari kesombongan manusia Babel di hadapan Tuhan. Kesombongan itulah kemudian membawa perpecahan di antara mereka. Sebaliknya manusia Pentakosta adalah pribadi-pribadi  yang movement, yaitu manusia yang menekankan gerakan dan gerakan itu berasal dari Roh Kudus, Roh Allah, Roh Kristus yang menyatukan dan menyelamatkan semua orang lintas batas yang percaya kepadaNya.  Manusia Pentakosta adalah manusia yang hidup di dalam Roh Kudus. Ciri-ciri orang yang mengalami kepenuhan Roh Kudus adalah :

1. Berbahasa Kasih bukan berbahasa Sombong. Ketika Roh Kudus turun atas para murid yang sedang berkumpul, bersatu, bersekutu dalam namaNya, mereka berbahasa kasih yang bersifat universal lintas batas, karena bahasa kasih yang disampaikan para murid itu dimengerti oleh semua suku bangsa. Sebaliknya bahasa kesombongan manusia Babel membawa perpecahan antara sesame manusia.
2. Orang yang hidup di dalam Roh Kudus senantiasa tampil sebagai Nabi. Dia memberikan kesaksian yang benar dan tulus. Dia mengatakan yang benar adalah benar, yang salah adalah salah. Dia tidak tampil “abu-abu” yang dilakukan politisi di dalam dunia politik, dibandingkan dengan seorang Negarawan yang tampil asli, tanpa kepalsuan.
3. Orang yang hidup di dalam Roh Kudus, tampilkan diri atau kehadirannya membangkitkan sesame, membangkitkan komunitas, dengan melaksanakan kearifan-kearifan hidup bersama, kearifan-kearifan hidup berkomunitas yaitu setia berdoa bersama dan doa pribadi dalam komunitas, yang berpuncak di dalam Perayaan Ekaristi Kudus. Setia mengutamakan kebersamaan dalam makan bersama komunitas, mengutamakan kebersamaan dan persaudaraan di dalam rekreasi bersama komunitas, mengutamakan kerja bersama dalam karya pelayanan kepada Tuhan dan Sesama. Kehadiran seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, kehadirannya bukan “me-mandeg-an” kehidupan bersama, kehidupan berkomunitas.

Setiap kita telah menerima Roh Kudus dalam Sakramen Baptis, Sakramen Krisma, dan Sakramen Imamat, maka kita tidak ada alas an untuk tidak hidup di dalam Roh Kudus, yang konkretkan di dalam menghidupi kearifan hidup berkomunitas. Sistem komunitas sangat bagus. Yang perlu dibuat bagus adalah kedisplinan diri kita, dari kita, oleh kita dan untuk kita. Setia melaksanakan kearifan – kearifan kehidupan berkomunitas itu adalah kekuatan kita di dalam menjalani panggilan hidup kita sebagai imam, biarawan dan biarawati, maupun sebagai umat awam.

Homili Pentakosta 19 Mei 2013
Di Soverdi Surabaya (Pagi)
Dan di Lansia Griya St. Yosef (Sore)
Kis 2:1-11
Mzm 104
Rom 8 : 8 – 17
Yoh 14 : 15 – 16.23b-26

INTRODUKSI :

Hari ini adalah Hari Raya Pentakosta, yang berarti Roh Kudus Turun atas para murid yang bersekutu dalam namaNya. Pentakosta berarti Roh Kudus turun atas semua orang lintas batas yang percaya kepadaNya.
    Burung Merpati adalah simbol Roh Kudus. Mengapa Burung Merpati? Karena Burung Merpati juga simbol ketulusan. Menerima Roh Kudus berarti menerima Rahmat Ketulusan dari Roh Kudus.
    Kita tidak hanya menerima Roh Kudus dalam Baptis, Krisma dan Imamat. Tetapi kita juga setelah enerima Rahmat Ketulusan dari Roh Kudus, terpanggil Setia Hidup di dalam Roh Kudus, yang diungkapkan dalam memberikan pelayanan kepada Tuhan dan sesama manusia secara tulus.

Jumat, Mei 17, 2013

Homili Jumat 17 Mei 2013

Melayani dalam Suka & Duka
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Apa perbedaan pelayanan antara Paulus dan Petrus berdasarkan Bacaan-Bacaan Hari ini? Perbedaan pelayanan Paulus dengan Petrus sebetulnya terletak di dalam penjelasan ini. Paulus sekali mengikuti Yesus setia melayani Yesus dalam suka maupun dalam keadaan duka. Sedangkan Petrus setelah mengikuti Yesus dia  masih mengalami  dinamika di dalam tugas pelayanannya. Di saat senang dia setia melayani Yesus. Di saat duka, dia menyangkal Yesus.

Pengalaman panggilan Petrus yang mengalami jatuh bangun itu, diarahkan kembali oleh Tuhan Yesus dengan memberikan pertanyaan kepada Petrus setelah kebangkitanNya. Yesus bertanya kepada Petrus : “Apakah Engkau Mengasihi Aku?” Yesus bertanya tiga kali berturut-turut kepada Petrus dan pada pertanyaan yang ketiga, Petrus sadar bahwa dia telah menyangkal Yesus di saat duka. Kesadarannya itu membangkitkan kembali  dia untuk mengikuti Yesus dalam suka maupun duka.
    Saya setiap kali mendengar ayam berkokok saya ingat akan pengalaman panggilan Petrus dalam mengikuti Tuhan Yesus. Ayam berkokok mengarahkan pikiran saya akan Petrus yang menyangkal Yesus di saat Yesus dalam keadaan yang sulit. Ayam berkokok juga membangkitkan kesadaran saya bahwa setelah Petrus menyangkal, dia bertobat dengan berjalan dari penyangkalan menuju kesetiaannya kepada Tuhan Yesus dalam suka dan duka hidupnya.
Pengalaman Petrus dan Paulus dalam mengikuti Yesus, menjadi bahan bagi permenungan kita di dalam jalan panggilan Tuhan yang sedang kita lalui. Kita dapat mengidentifikasikan diri di dalam perjalanan panggilan kita. Apakah kita lebih menyerupai tokoh Paulus yang sekali memgikuti Yesus selamanya setiap kepadaNya dalam suka maupun duka. Artinya Paulus mengikuti Yesus tanpa “ada apanya” tetapi tulus dan iklas mengikutiNya. Atau apakah kita lebih menyerupai tokoh Petrus yang mengalamijatuh dan bangun dalam mengikuti Panggilan Tuhan Yesus? Kalau kita lebih menyerupai Petrus berarti kita perlu membangun kembali komitmen kita untuk setia kepada Yesus dalam suka maupun duka hidup kita. Kita perlu terus belajar dan terus berjuang di atas jalan dari rumah dinamisme panggilan Petrus menuju Rumah Panggilan Paulus yang sekali mengikuti Yesus setia selamanya kepada Yesus baik dalam suka maupun dalam duka.

Homili Jumat 17 Mei 2013
Kis 25 : 13 – 21
Mzm 103 : 1-2.11-12.19-20ab
Yoh 21 : 15 – 19


"TEOLOGI SAPU LIDI SAPU BERSIH"



"TEOLOGI SAPULIDI SAPU BERSIH"


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Internet adalah satu media yang dapat menyatukan kita manusia dengan sesama kita di tempat yang lain, secara efektif dan efisien. Misalnya kita bisa satu dalam komunikasi dengan sesama yang jauh dalam waktu yang singkat dengan biaya yang murah, melalui mailing list, face book, skype, YM, BBM, dan sebagainya.
Pusat Kantor Google dan Facebook ada di Silicon Valley. Kota Silicon Valley ini adalah tempat orang-orang yang professional dalam aneka disiplin ilmu. Mereka yang hebat dalam bidang-bidang itu, berkolaborasi dalam mengadakan inovasi baru dalam dunia Google dan Facebook agar senantiasa diminati oleh banyak orang di seluruh dunia. Menarik bahwa Kota Silicon Valley adalah model kota dimana orang – orang hebat dalam berbagai disiplin ilmu, orang-orang hebat yang memiliki bakat, kemampuan, talenta dan keahliannya masing-masing, lalu berkolaborasi, bersinergi untuk memajukan dunia, untuk memperbaharuai dunia melalui Google dan Facebook. Kota Silicon Valley adalah kota yang menyatukan semua orang yang pintar, orang hebat, orang yang berpotensi, orang yang bertalenta, dan menariknya orang-orang yang hebat itu juga mau, rela, berkolaborasi dalam mengadakan inovasi dan kreasi untuk kemajuan dunia dalam Google dan Facebook dan computer.
Bacaan –Bacaan suci hari ini menampilkan tema persatuan. Yesus berdoa bagi para murid dan orang yang percaya kepadaNya yang berasal dari berbagai latarbelakang budaya, suku dan tempat asal agar mereka bersatu dalam namaNya dan bersatu dengan yang lain dalam komunitas iman kepada Yesus untuk menyelamatkan semua orang bukan menghancurkan sesama.
Yesus berdoa mohon persatuan bagi para murid dan orang-orang yang berasal dari aneka suku dan budaya, yang percaya kepadaNya, karena pengikut Yesus yang beraneka itu seperti pisau bermata dua. Mereka bisa menjadi kekuatan yang menyatukan. Tetapi mereka itu bisa juga dapat menjadi kekuatan yang menghancurkan.
Yesus berdoa memohon persatuan kepada Bapa di Surga agar mereka menggunakan kebebasan mereka untuk kesatuan dalam hal-hal yang baik dan benar untuk keselamatan bukan untuk penyaliban sesama. Yesus berdoa bagi para muridNya dan orang-orang yang percaya kepadaNya agar mereka bersatu seperti persatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus, yang bertujuan hanya untuk menyelamatkan dunia dan semua manusia lintas batas, yang percaya kepadaNya.

Bacaan pertama menampilkan Paulus sebagai tokoh ideal bagi kita.  Dia memiliki persatuan yang kuat dengan Tuhan sebagai kekuatannya dalam seluruh perjalanannya sebagai pelayan Tuhan.  Dia sungguh bersatu dengan Roh Kudus, Roh Allah, Roh Kristus yang Bangkit.  Ada lima hal yang menunjukkan bahwa Paulus dipenuhi oleh Roh Kudus dan sungguh bersatu dengan Roh Kudus.

Paulus memberikan contoh kepada kita bahwa dia tampil sebagai nabi. Ketika dia berada di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, untuk diadili karena pewartaan kebangkitan Kristus. Dia berani bersaksi tentang pewartaan tentang kebangkitan Tuhan Yesus, dengan menggunakan pemikiran Mahkamah Agama Yahudi yang berasal dari kaum Farisi, yang mengakui kebangkitan orang mati dan adanya malaikat-malaikat.
Hal ini menunjukan bahwa Paulus memiliki arah yang jelas dalam karya pelayanannya. Arahnya adalah Kerajaan Allah bukan yang lain. Artinya visi Paulus sama dengan Visi Yesus yang telah bangkit yang diwartakannya.

Paulus memiliki motivasi dari dalam dirinya hanya untuk mewartakan Kristus yang telah bangkit di dalam seluruh karya pelayanannya.

Paulus selalu belajar cara berpikir baru sesuai konteks dimana dia berada. Contohnya jelas dalam bacaan hari ini. Ketika dia berhadapan dengan Mahkamah Agama, untuk diadili karena mewartakan Yesus yang bangkit, Paulus menggunakan cara berpikir Mahkamah Agama Yahudi yang berasal dari Golongan Farisi yang mengakui kebangkitan orang mati dan adanya malaikat, sebagai satu pola pikir yang mengantar anggota Mahkamah Agama Yahudi untuk mengakui Kebangkitan Kristus yang dia wartakan.

Paulus adalah orang yang kreatif dan inovatif dalam mewartakan Kebangkitan Kristus secara kontekstual sehingga para pendengar merasa tersentuh dan tergerak melaksananakan apa yang didengarnya dan mengimani Kristus yang telah bangkit yang diwartakannya. Ketika di Athena dia wartakan Kristus Yang Bangkit dengan pemikiran Yunani khususnya pemikiran Stoa yang menyatakan bahwa hidup ini berjalan menuju persatuan dengan yang ilahi yaitu Yesus Kristus yang telah bangkit. Ketika dia memberikan kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus di depan Mahkamah Agama Yahudi yang hendak mengadilinya, dia menggunakan pemikiran orang Farisi yang juga anggota Mahkamah Agama Yahudi. Orang Farisi mengakui adanya kebangkitan dan adanya malaikat.
Hal ini menunjukkan bahwa betapa besarnya pengaruh persatuan dengan Allah membawa pembaharuan dalam diri Paulus dan dalam pewartaannya kepada manusia lintas batas. Persatuan dengan Allah senantiasa membawa kesatuan bagi sesama.  Persatuan antara para ahli dalam aneka disiplin ilmu yang mengadakan inovasi digital di kota Silicon Valley, membawa perubahan bagi seluruh dunia dalam inovasi digital.
Saya mengakhiri renungan ini dengan mengajak kita belajar dari ilmu Sapu Lidi. Seperti Lidi yang terpisah tidak mempunyai kekuatan untuk menyapu bersih sampah, demikian juga kita manusia kalau kita berjuang sendiri dalam kerja dan karya pelayanan hasilnya sangat minim. Sebaliknya seperti sapu lidi yang diikat satu dapat membersihkan sampah dengan lebih baik, demikian juga persatuan kita yang berasal dari latarbelakang ilmu, budaya, asal, talen yang berbeda-beda, kalau disatukan untuk kebaikan maka akan mendapat hasil yang sangat diandalkan. 
Kita belajar dari Kota Silicon Valley di Amerika Serikat, sebagai kota yang menciptakan kolaborasi antara berbagai orang dengan latarbelakang ilmu pengetahuan dalam revolusi inovasi digital. Kolaborasi antara para ahli untuk sesuatu yang lebih baik untuk semua orang. Demikian juga Paroki Roh Kudus yang sangat potensial ini, akan semakin kreatif dan inovatif sesuai konteks Paroki Roh Kudus, kalau semua potensi umat paroki Roh Kudus ini disatukan, berkolaborasi untuk menjadi Paroki Roh Kudus kreatif dan inovatif dalam menyebarkan Injil dan Kerajaan Allah.  Collaboration for Greater Good


Kis 22:30;23:6-11
Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11,R:1
Yoh 17:20-26
Novena Roh Kudus Hari Ke Tujuh
Di Paroki Roh Kudus


Introduksi :

Kita semua pasti merasa dikuatkan dan mengalami sukacita dalan hati ketika orang lain mendoakan kita, terutama ketika kita berada dalam situasi yang sulit, konflik yang kita alami, atau karena sakit, ataupun soal-soal lain yang kita hadapi. Kita mengalami kekuatan dalam menghadapi berbagai keulitan hidup kalau kita didoakan Uskup, Pastor Paroki, orang tua, sesama teman dan tetangga, terutama ketika kita benar-benar membutuhkan kekuatan Tuhan dalam doa dari sesama kita. 

Bacaan Injil Novena kepada Roh Kudus hari ketujuh ini, menampilkan Tuhan Yesus berdoa bagi para muridNya dan bagi kita semua yang percaya kepadaNya agar kita semua bersatu dalam nama Yesus, agar kita hidup bersatu dalam komunitas keluarga, komunitas lingkungan, komunitas wilayah dan komunitas paroki. Yesus mendoakan kita agar kita dalam komunitas tidak membawa perpecahan tetapi persatuan untuk kemajuan bersama.  Yesus berdoa bagi kita agar kita bersatu seperti Yesus bersatu dengan Bapa di Surga dan Roh Kudus untuk menyatukan, bukan untuk memecahbelah.  Yesus berdoa bagi kita agar semua potensi, kemampuan, talenta, yang kita miliki, berkolaborasi untuk membangun Persatuan Komunitas Paroki Roh Kudus. Yesus berdoa agar kita bersatu dengan Tuhan dan bersatu dengan sesama untuk kebaikan bersama.