Senin, April 29, 2013

Homili Senin 29 April 2013



SUKSES : Lewat Jalan Benar atau Salah
*P. Beny Mali, SVD*


Kita kenal beberapa tahun lalu ada beberapa penampakan Bunda  Maria. Orang yang menerima penampakan Bunda  Maria itu didatangi banyak orang, dan berdoa di depan Bunda Maria yang menampakan diri serta membawa banyak persembahan. Penerima penampakan itu menerima semua persembahan itu. Kemudian penampakan itu ada dan diadakan berdasarkan kehendan manusia bukan berdasarkan kehendak  Tuhan.
Injil hari ini berbicara tentang “Barangsiapa memegang perintah Tuhan dan melaksanakan di dalam hidup setiap hari, dia mengasihi Allah”. Paulus dan Barnabas ketika mengadakan mujizat penyembuhan atas seorang yang lumpuh sejak lahirnya, melahirkan kebangkitan pemahaman secara kontekstual atas orang-orang setempat di Listra. Mereka mengatakan bahwa Dewa Zeus dan Hermes telah menjadi nyata di dalam diri manusia Paulus dan Barnabas. Warta itu disambut secara positif oleh orang-orang Listra. Imam Dewa Zeus membawa aneka persembahan kepada Paulus dan Barnabas.
Mengahdapi pemahaman Imam Dewa Zeus dan masyarakat Listra yang memiliki kepercayaan kepada Dewa Zeus dan Hermes, Paulus dan Barnabas memberikan penjelasan yang baik dan benar kepada masyarakat Listra. Paulus dan Barnabas bukan memanfaatkan kesuksesan mereka dalam menyembuhkan orang lumpuh itu sebagai kesempatan untuk mendapatkan banyak persembahan baik berupa materi maupu apresisasi masyarakat setempat. Tetapi Paulus dan Barnabas menggunakan peristiwa itu sebagai kesempatan mewartakan kepasatian iman yang baik dan benar kepada Tuhan Yesus yang meraka wartakan, sebagaimana ada di dalam Injil. Paulus dan Barnabas mengatakan bahwa mereka adalah manusia biasa sama seperti sesama di Listra. Paulus dan Barnabas mewartakan Injil Tuhan Yesus yang telah bangkit, sebagai  Tuhan alam semesta beserta segala isinya.
Paulus dan Barnabas bukan orang yang memanfaatkan keberhasilan dalam bermisi dalam nama Yesus untuk menerima aneka persembahan untuk kepentingan dirinya sendiri. Prinsip mereka adalah “utamakan pelayanan dalamnama Tuhan Yesus maka yang lain akan ditambahkan pada mereka”. Paulus dan Barnabas tetap kokoh memegang “perintah Tuhan dan melaksanakannya dalam segala kesempatan, sebagai bukti mereka mencintai Tuhan Yesus”. Mereka menempatkan kebenaran Injil yang mengutamakan keselamatan semua orang daripada mengutamakan diri sendiri, keluarga atau golongan.
Homili Senin 29 April 2013di St. Maria Ursulin
Jl. Darmo Surabaya
Kis 14 : 5 - 18
Mzm 115 : 1-2.3-4.15-16
Yoh 14 : 21 - 26

Minggu, April 28, 2013

KASIH: Partikular atau Universal



KASIH : Partikular vs Universal
*P. Beny Mali, SVD*

Saya terinspirasi dengan Karikatur yang dimuat dalam Opini Jawa Pos halaman 4, Sabtu 27 April 2013. Saya mengamati Karikatur ini sungguh sangat menarik dan menyentuh hati saya ketika saya sedang menyiapkan Homili Hari Minggu Paskah kelima. Menarik saya karena ada dua pesan yang muncul di dalam benak saya dari karikatur ini. Dua hal itu adalah Karikatur ini merancang bangunan kasih partikular dalam Bhineka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini jelas dalam caleg-nya bukan berasal dari pribadi-pribadi yang bermutu tetapi didasarkan hubungan kekeluargaan karena didukung dengan kehidupan keuangan yang memadai. Kehidupan sejahtera dalam bidang keuangan itu tampak dalam ayah, anak, ibu sebagai caleg yang berbadan gemuk kokoh berdiri dalam kerapuhan Negara Keluarga Republik Indonesia. Bangunan Kasih Partikular itu menjadi halangan besar bagi jalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju pengalaman akan Kasih Universal yang mengalir dari wakil-wakil rakyat yang duduk di Gedung DPR RI Jakarta, Eksekutif dan Yudikatif yang sama duduk di pusat, kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Injil hari ini menampilkan Yesus adalah pembawa Kasih yang universal. Orang-orang Yahudi menyempitkan kasih itu dalam freim partikularisme keselamatan. Mereka sebagai bangsa terpilih Allah. Mereka merasa superior dari orang-orang non Yahudi sebagai kelas yang berada di luar pagar keselamatan partikular bangsa Yahudi. Orang non Yahudi dipandang sebagai orang yang hanya menonton keselamatan Allah yang orang Yahudi alami.
Kesombongan bangsa Yahudi itu berpuncak pada pembunuhan Yesus sebagai Allah Yahudi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia membawa keselamatan bagi semua orang langgar batas. Perbedaan pandangan antara bangsa Yahudi dengan Yesus itu melahirkan pembunuhan terhadap Yesus, dan dimakamkan lalu kemudian bangkit dari antara orang mati, menampkan diri kepada para muridNya lalu memberikan Roh KebangkitanNya kepada para MuridNya yang diutus meneruskan pewartaan KebangkitanNya sebagai puncak keselamatan universal mengubah keselamatan partikular bangsa Yahudi. Para muridNya mewartakan Keselamatan Universal Tuhan Yesus itu kepada bangsa Yahudi dan kepada semua bangsa langgar batas. Banyak orang yang percaya dan menjadi saksi keselamatan universal Tuhan Yesus yang lahir dari KasihNya yang sejati.
Yesus mengasihi secara total untuk menyelamatkan semua bangsa melintas batas. Kasih itulah yang diperintahkan kepada para muridNya agar mereka juga mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan, secara tulus dan ikhlas serta secara total kepada semua orang langgar aneka status sosial, asal, ras dan sebagainya.
Kasih dan Keselamatan universal inilah yang melahirkan Kekristenan di Anthiokia. Orang Kristen adalah pribadi-pribadi yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan universal menghapus keselamatan partikular bangsa Yahudi (bdk. Kis 11 : 26). Keselamatan universal Kristus itu menjadi nyata ketika para murid mewartakan Kristus yang bangkit kepada orang-orang Yahudi, kebanyakan mereka menolak, walaupun warta para murid itu dengan Kata dan mujizat dan saksi-saksi hidup dari mereka yang mengalami mujizat yang dilakukan para murid dalam nama Yesus yang telah bangkit (Kis 4 :12). Tetapi orang-orang bukan bangsa Yahudi, memiliki hati dan budi yang terbuka menerima pewartaan para muridNya tentang kebangkitanNya. Mereka menerima warta para muridNya tentang Kasih Keselamatan universal Kristus dalam sabda dan mujizat.
Hal itu membangkitkan iman, kepercayaan dan keyakinan yang kokoh kepada Kristus Yesus yang telah bangkit menyelamatkan semua orang langgar batas. Umat Kristem semakin hari semakin berkembang hingga hari ini. Ini adalah kasih Yesus yang universal yang menjadi nyata di dalam hidup kita. Paskah tetap membangkitkan banyak orang untuk menjadi Kristen. Orang Kristen pun menghadirkan paskah dengan membangkitkan banyak orang dari tempat yang jauh dari Kristus berjalan menuju Kristus dan tinggal di dalam Kristus Yesus yang menyelamatkan semua orang melintas batas.
Kita adalah orang Kristen. Kesejatian orang Kristen adalah mengalirkan Kasih yang menyelamatkan semua orang tanpa dibatasi status sosial, asal, suku, agama, dan golongan. Dalam nama Yesus semua orang adalah dari Allah, dan tinggal dalam Allah yang mengasihi semua tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah. Orang Kristen yang semakin lama semakin tidak serupa dengan Yesus yang membawa Kasih Universal, itu tandanya dia mengalami langka mundur dari keselamatan UniversalNya Perjanjian Baru kepada keselamatan partikularnya Perjanjian Lama.

Homili Minggu Paskah V 28 April 2013
Kis 14 : 21b-27
Mzm 145 : 8-9.10-11.12.13ab
Why 21:1-5a
Yoh 13 : 31-33a.34-35

Homili Minggu Paskah V 28 April 2013



KASIH : Partikular vs Universal
*P. Beny Mali, SVD*


Saya terinspirasi dengan Karikatur yang dimuat dalam Opini Jawa Pos halaman 4, Sabtu 27 April 2013. Saya mengamati Karikatur ini sungguh sangat menarik dan menyentuh hati saya ketika saya sedang menyiapkan Homili Hari Minggu Paskah kelima. Menarik saya karena ada dua pesan yang muncul di dalam benak saya dari karikatur ini. Dua hal itu adalah Karikatur ini merancang bangunan kasih partikular dalam Bhineka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini jelas dalam caleg-nya bukan berasal dari pribadi-pribadi yang bermutu tetapi didasarkan hubungan kekeluargaan karena didukung dengan kehidupan keuangan yang memadai. Kehidupan sejahtera dalam bidang keuangan itu tampak dalam ayah, anak, ibu sebagai caleg yang berbadan gemuk kokoh berdiri dalam kerapuhan Negara Keluarga Republik Indonesia. Bangunan Kasih Partikular itu menjadi halangan besar bagi jalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju pengalaman akan Kasih Universal yang mengalir dari wakil-wakil rakyat yang duduk di Gedung DPR RI Jakarta, Eksekutif dan Yudikatif yang sama duduk di pusat, kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Injil hari ini menampilkan Yesus adalah pembawa Kasih yang universal. Orang-orang Yahudi menyempitkan kasih itu dalam freim partikularisme keselamatan. Mereka sebagai bangsa terpilih Allah. Mereka merasa superior dari orang-orang non Yahudi sebagai kelas yang berada di luar pagar keselamatan partikular bangsa Yahudi. Orang non Yahudi dipandang sebagai orang yang hanya menonton keselamatan Allah yang orang Yahudi alami.
Kesombongan bangsa Yahudi itu berpuncak pada pembunuhan Yesus sebagai Allah Yahudi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia membawa keselamatan bagi semua orang langgar batas. Perbedaan pandangan antara bangsa Yahudi dengan Yesus itu melahirkan pembunuhan terhadap Yesus, dan dimakamkan lalu kemudian bangkit dari antara orang mati, menampkan diri kepada para muridNya lalu memberikan Roh KebangkitanNya kepada para MuridNya yang diutus meneruskan pewartaan KebangkitanNya sebagai puncak keselamatan universal mengubah keselamatan partikular bangsa Yahudi. Para muridNya mewartakan Keselamatan Universal Tuhan Yesus itu kepada bangsa Yahudi dan kepada semua bangsa langgar batas. Banyak orang yang percaya dan menjadi saksi keselamatan universal Tuhan Yesus yang lahir dari KasihNya yang sejati.
Yesus mengasihi secara total untuk menyelamatkan semua bangsa melintas batas. Kasih itulah yang diperintahkan kepada para muridNya agar mereka juga mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan, secara tulus dan ikhlas serta secara total kepada semua orang langgar aneka status sosial, asal, ras dan sebagainya.
Kasih dan Keselamatan universal inilah yang melahirkan Kekristenan di Anthiokia. Orang Kristen adalah pribadi-pribadi yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan universal menghapus keselamatan partikular bangsa Yahudi (bdk. Kis 11 : 26). Keselamatan universal Kristus itu menjadi nyata ketika para murid mewartakan Kristus yang bangkit kepada orang-orang Yahudi, kebanyakan mereka menolak, walaupun warta para murid itu dengan Kata dan mujizat dan saksi-saksi hidup dari mereka yang mengalami mujizat yang dilakukan para murid dalam nama Yesus yang telah bangkit (Kis 4 :12). Tetapi orang-orang bukan bangsa Yahudi, memiliki hati dan budi yang terbuka menerima pewartaan para muridNya tentang kebangkitanNya. Mereka menerima warta para muridNya tentang Kasih Keselamatan universal Kristus dalam sabda dan mujizat.
Hal itu membangkitkan iman, kepercayaan dan keyakinan yang kokoh kepada Kristus Yesus yang telah bangkit menyelamatkan semua orang langgar batas. Umat Kristem semakin hari semakin berkembang hingga hari ini. Ini adalah kasih Yesus yang universal yang menjadi nyata di dalam hidup kita. Paskah tetap membangkitkan banyak orang untuk menjadi Kristen. Orang Kristen pun menghadirkan paskah dengan membangkitkan banyak orang dari tempat yang jauh dari Kristus berjalan menuju Kristus dan tinggal di dalam Kristus Yesus yang menyelamatkan semua orang melintas batas.
Kita adalah orang Kristen. Kesejatian orang Kristen adalah mengalirkan Kasih yang menyelamatkan semua orang tanpa dibatasi status sosial, asal, suku, agama, dan golongan. Dalam nama Yesus semua orang adalah dari Allah, dan tinggal dalam Allah yang mengasihi semua tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah. Orang Kristen yang semakin lama semakin tidak serupa dengan Yesus yang membawa Kasih Universal, itu tandanya dia mengalami langka mundur dari keselamatan UniversalNya Perjanjian Baru kepada keselamatan partikularnya Perjanjian Lama.

Homili Minggu Paskah V 28 April 2013
Kis 14 : 21b-27
Mzm 145 : 8-9.10-11.12.13ab
Why 21:1-5a
Yoh 13 : 31-33a.34-35

Sabtu, April 27, 2013

Teologi Orang Sakit




Homili  SAKRAMEN ORANG SAKIT
Yak 5 : 14 – 16
Mat 8 : 5 – 8. 10.13

IMAN PERSONAL MENYELAMATKAN SESAMA
*P. Beny Mali, SVD*


Petani menyelamatkan kita dari kelaparan. Sopir mengantar kita dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pilot menerbangkan kita dengan pesawat dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pendidik mengantar kita menjadi orang yang berpendidikan. Misionaris mengantar kita menjadi pribadi yang beriman kepada Allah. Orang tua melahirkan kita, mendidik kita, mengantar kita menjadi orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan kita baik sebagai imam, biarawan, biarawati maupun sebagai orang yang menjalani hidup berkeluarga. Orang tua mendoakan kita anak-anaknya untuk keselamatan kita dalam perjalanan hidup kita, dalam pekerjaan kita, dalam perjuangan hidup kita. Kita pun mendokan orang tua kita agar diberi rahmat berkat dan perlindungan Tuhan di dalam setiap langkah hidup mereka. Singkatnya tiada seorang pun dapat hidup seorang diri. Setiap orang hidup bergantung dan tergantung pada sesame baik dalam hidup sosial, psikologis, fisik atau biologis, maupun spiritual.
Kehidupan iman pribadi memiliki aspek sosial. Kepercaya kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya. Keyakinan kepada Kristus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya.
Yakobus 5 : 14 – 16 mengatakan bahwa doa seorang imam dan orang beriman yang berkumpul mendoakan sesama yang sakit membawa pengampunan atas dosa-dosanya dan membawa keselamatan kepadanya. Doa-doa yang mengalir keluar dari sebuah hati yang jernih, tulus, suci dan murni, sungguh memiliki daya pengampunan dan penyelamatan bagi sesama yang didoakan, teristimewa bagi sesama yang sedang sakit, yang didoakan.
Injil Mateus  8 : 5 – 8. 10.13 berbicara tentang iman seorang perwira romawi kepada Kristus Yesus yang telah bangkit membawa keselamatan bagi hambanya yang terbaring sakit lumpuh. Perwira Romawi itu sebelumnya adalah orang kafir. Kemudian dia beriman kepada Yesus secara radikal. Imannya itu dia ungkapkan dalam permintaannya kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Dia mengatakan, Tuhan katakana sepatah kata saja, maka hamba saya akan sembuh. Yesus sangat heran karena Perwira Romawi itu percaya pada SabdaNya. “Bersabdalah Tuhan, maka hamba saya sembuh”.  Yesus pun bersabda  kepada perwira yang beriman akan SabdaNya itu : “Pulanglah, dan terjadilah padamu sesuai dengan imanmu”. Maka pada saat itu juga sembuhlah hamba perwira itu.
Kita setiap kali teman kita, anggota keluarga kita, sahabat kita sakit terutama dalam saat-saat kritis, kita memanggil imam memberikan sakramen orang sakit kepada yang sakit. Sakramen orang sakit adalah sebuah sakramen yang diterima oleh orang sakit sebagai pengampunan atas dosa-dosanya, sebagai pemurnian bathin, sekaligus sebagai persiapan rohani bagi perziarahan spiritual orang sakit fisik tetapi untuk sehat secara spiritual. Sakramen Orang Sakit adalah Sakramen yang menghantar orang sakit fisik untuk menuju sehat spiritual dalam kepasrahan total yang membebaskan dan memerdekakan dari segala pamrih duniawi. Sakramen Orang Sakit memberikan kekuatan rohani kepada orang sakit untuk hidup berpasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa pemilik kehidupan yang kekal.
Sakramen Orang Sakit diberikan kepada orang sakit dala doa bersama dan doa imam. Doa-doa itu lahir dari hati yang tulus bersumber iman dan kepercayaan kepada Kristus Yesus yang telah bangkit, membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas. (Kis 4:12 tentang hanya dalam nama Yesus ada Keselamatan) dan (Kis 11 : 26 tentang Kekristenan lahir atas dasar universalitas keselamatan Kristus Yesus yang telah bangkit).  Doa kita membawa pengampunan dan keselamatan bagi sesame yang kita doakan secara khusus pada kesempatan ini bagi orang sakit yang sedang kita doakan. Tuhan mendengarkan doa hamba perwira dengan menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Kita yakin dan percaya, pasti Tuhan mengabulkan doa kita bagi sesame yang sakit yang kita doakan ini.