Selasa, Mei 28, 2013

Homili Selasa 28 Mei 2013



“ETIKA : Protestan vs Katolik”
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

Menusia itu multidimensi. Dimensi yang ditemukan dalam diri manusia yang mau ditampilkan pada kesempatan ini adalah sisi ekonomi dan iman. Manusia hidup membutuhkan uang. Kehidupan iman manusia pun dalam pengembangannya membutuhkan uang. Calvin mengatakan teologi dan kapitalisme itu sekutu. Keduanya bagaikan dua sisi dalam satu koin. Persekutuan yang kuat antara kapitalisme dan teologi dalam kenyataan lebih maju daripada teologi lebih diutamakan daripada kapitalisme. Misalnya di Indonesia daerah-daerah yang menganut persekutuan iman dan ekonomi lebih maju daripada daerah-daerah yang mengutamakan iman dan menempatan ekonomi di urutan berikutnya. Calvin lebih dalam mengatakan bahwa kemakmuran dan keselamatan itu berjalan seiring dan sejalan. Kemakmuran di dunia adalah keselamatan di dunia berjalan menuju kemakmuran dan keselamatan di Surga. Janji keselamatan Allah itu sama di dunia dan di surga, kini dan akan datang.
Pernyataan di atas menurunkan pertanyaan bagi permenungan kita. Apa perbedaan mendasar antara etika protestan dengan etika katolik. Etika protestan mengatakan bahwa kemakmuran di dunia adalah keselamatan yang menjadi nyata dari janji Allah akan keselamatan di surga. Dengan kata lain kemakmuran dan keselamatan di dunia adalah sebuah berkat dari percikan kemakmuran dan keselamatan dari langit yang telah menjadi nyata dalam perjalanan menunju kemakmuran dan keselamatan sempurna di surga yang merupakan wilayah urusan Tuhan Allah. Sedangkan etika katolik adalah utamakan Kerajaan Allah di dunia maka kemakmuran dan keselamatan dengan sendirinya akan datang dan akan mengalami kepenuhannya di Surga sesuai dengan janji Tuhan.
Bacaan Pertama menampilkan Menyuap Tuhan. Jikalau Tuhan itu bisa disuap maka pandangan Calvin yang menekankan Teologi dan Kapitalisme adalah sekutu, akan memiliki dunia dan Surga. Tuhan menerima suap kapitalis maka iman adalah milik kaum kapitalis. Orang yang memiliki kapital yang dapat mengembangkan imannya. Orang miskin dan papa akan berjalan tertatih-tatih mengembangkan imannya bahkan tidak berdaya untuk mengembangkan imannya. Tetapi Tuhan tidak menerima suap dengan cara apapun. Tuhan menutupi pintuNya bagi para penyuap. Tuhan membuka pintuNya hanya bagi orang yang tulus dan ikhlas datang kepadaNya, tanpa pamrih. Tuhan menghendaki agar semua orang menjadi kaya rohani dan kepada mereka itulah yang diterima di dalam rumahNya.
Bacaan Injil menampilkan pergulatan bathin para murid yang telah meninggalkan segala harta materi duniawi dan mengikuti Yesus sebagai pokok harta surgawi. Para murid telah mengutamakan Kerajaan Allah sebagai harta surgawi yang akan mengalami kepenuhan di Surga sesuai janjiNya. Janji itu adalah orang yang ikut Yesus tanpa kelekatan pada apapun yang bersifat duniawi akan mengalami kehidupan yang kekal.
Kita barangkali melihat pengalaman misi kita di kota dengan di desa atau pedalaman Kalimantan, dalam konteks etika katolik dan etika protestan ini, memberikan banyak inspirasi. Saya mempunyai Pengalaman pastoral di Salah Satu Paroki di Perbatasan Malaysia di Kalimantan Barat. Saya mengalami banyak kesulitan untuk melayani umat yang jauh dari pusat Paroki karena persoalan kapital, uang transportasi sungai yang begitu mahal. Umat di tempat yang jauh dari pusat paroki, dikunjungi sekali setahun. Pendalaman iman umat menuju mutu dan kuantitas pun berjalan tertatih-tatih. Sebaliknya di kota metropolitan, pembinaan iman menuju iman yang bermutu dapat dilaksanakan secara lancar karena ada banyak kemudahan baik tenaga, uang, maupun transportasi. Dalam konteks ini, pendapat yang mengatakan bahwa uang dan misi itu seperti dua sisi dari satu koin itu perlu dikembangkan dalam freim yang baik, benar, jujur, transparan. Dalam penggunaan keuangan kita menumbuhkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Yang menjadi pertanyan selanjutnya adalah : apakah kita yang di kota sudah solider dengan teman-teman kita yang bermisi di daerah pedalaman Kalimantan, sehingga ada keadilan penyebaran keuangan dan misi di kota dan desa?



Homili Selasa 28 Mei 2013
Sir 35 : 1 -12
Mzm 50
Mrk 10 : 28 - 31

Senin, Mei 27, 2013

BERSIHKAN SALURAN BAGI RAHMAT BELASKASIHAN TUHAN



SALURAN RAHMAT BELASKASIH TUHAN : Kotor vs Bersih
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

Belas kasih Allah itu mengalir seperti sungai kepada hati manusia. Selama hati manusia rendah hati dan bersih maka Rahmat belas kasih Allah itu mengalir lancar ke dalam diri manusia. Sebaliknya ketika manusia berdosa durjana maka saluran itu menjadi kotor bahkan kotoran yang bertumpuk-tumpuk akan menyumbat aliran rahmat belaskasihan Allah itu, sehingga hidup pribadi manusia menjadi merana.
Pemuda yang kaya raya akan harta duniawi berharap untuk mengalami dan memiliki juga harta surga yaitu hidup kekal dalam nama Tuhan Yesus. Pemuda itu berpikir bahwa kaya harta dunia adalah jaminan kaya harta surga. Pola pemikiran ini adalah pola yang berlaku di dalam bangsa Yahudi. Sukses dan kaya harta dunia adalah berkat dari Tuhan, maka pasti masuk ke dalam kehidupan yang kekal. Orang yang gagal dan miskin di dunia adalah sebuah kehilangan berkat Tuhan atas diri mereka.
Pemuda kaya itu dengan pola pikir budaya bangsa Yahudi demikian datang kepada Yesus untuk memperoleh harta surga yaitu masuk ke dalam kehidupan yang kekal. Tuhan Yesus tahu suasana hatinya. Dia mau memperoleh kehidupan yang kekal tetapi masih melekat pada harta duniawi tanpa memberikan bantuan kepada sesama di sekitar yang sangat miskin dan sangat membutuhkan pertolongan kepadanya tetapi dosa menutup tangan, mata dan hatinya kepada mereka. Maka ketika si pemuda kaya itu meminta pada Yesus tentang syarat memperoleh kehidupan kekal, Yesus memberitahukan kepadanya bahwa hanya satu yang kurang di dalam dirimu untuk memperoleh kehidupan yang kekal yaitu: menjual harta duniawi dan hasil jualan itu berikan kepada orang-orang miskin yang ada di sekitarnya.
Syarat itu sangat konkret untuk dilaksanakan. Tetapi pemuda yang kaya raya itu merasa sulit untuk melaksanakan hal itu untuk meraih harapannya untuk memperoleh hidup kekal. Pemuda kaya itu kembali ke tempatnya dengan hati yang sangat sedih karena hartanya banyak sekali. Kesedihan itu lahir dari materialisme yang telah menjadi “tuhan”nya di dalam kehidupannya, yang membuat dia menutup pintu menuju kehidupan yang kekal yang nuraninya harapkan.
Saluran rahmat Tuhan tersendat ke dalam diri Pemuda kaya itu karena dosa materialisme yang menyumbat aliran rahmat itu di dalam dirinya. Butuh waktu dan proses bagi pemuda itu untuk membersihkan saluran rahmat yang telah tersumbat oleh sampah materialisme agar aliran rahmat kehidupan kekal yang diharapkannya dapat terealisir.  Pemuda kaya itu perlu bertobat, artinya berjalan meninggalkan materialisme menuju kehidupan yang penuh dalam Nama Tuhan sumber keselamatan.



Homili Senin 27 Mei 2013
Sir 17 : 24 – 29
Mzm 32
Mrk 10 : 17 - 27

Homili Senin 27 Mei 2013



SALURAN RAHMAT BELASKASIH TUHAN : Kotor vs Bersih
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

Belas kasih Allah itu mengalir seperti sungai kepada hati manusia. Selama hati manusia rendah hati dan bersih maka Rahmat belas kasih Allah itu mengalir lancar ke dalam diri manusia. Sebaliknya ketika manusia berdosa durjana maka saluran itu menjadi kotor bahkan kotoran yang bertumpuk-tumpuk akan menyumbat aliran rahmat belaskasihan Allah itu, sehingga hidup pribadi manusia menjadi merana.
Pemuda yang kaya raya akan harta duniawi berharap untuk mengalami dan memiliki juga harta surga yaitu hidup kekal dalam nama Tuhan Yesus. Pemuda itu berpikir bahwa kaya harta dunia adalah jaminan kaya harta surga. Pola pemikiran ini adalah pola yang berlaku di dalam bangsa Yahudi. Sukses dan kaya harta dunia adalah berkat dari Tuhan, maka pasti masuk ke dalam kehidupan yang kekal. Orang yang gagal dan miskin di dunia adalah sebuah kehilangan berkat Tuhan atas diri mereka.
Pemuda kaya itu dengan pola pikir budaya bangsa Yahudi demikian datang kepada Yesus untuk memperoleh harta surga yaitu masuk ke dalam kehidupan yang kekal. Tuhan Yesus tahu suasana hatinya. Dia mau memperoleh kehidupan yang kekal tetapi masih melekat pada harta duniawi tanpa memberikan bantuan kepada sesama di sekitar yang sangat miskin dan sangat membutuhkan pertolongan kepadanya tetapi dosa menutup tangan, mata dan hatinya kepada mereka. Maka ketika si pemuda kaya itu meminta pada Yesus tentang syarat memperoleh kehidupan kekal, Yesus memberitahukan kepadanya bahwa hanya satu yang kurang di dalam dirimu untuk memperoleh kehidupan yang kekal yaitu: menjual harta duniawi dan hasil jualan itu berikan kepada orang-orang miskin yang ada di sekitarnya.
Syarat itu sangat konkret untuk dilaksanakan. Tetapi pemuda yang kaya raya itu merasa sulit untuk melaksanakan hal itu untuk meraih harapannya untuk memperoleh hidup kekal. Pemuda kaya itu kembali ke tempatnya dengan hati yang sangat sedih karena hartanya banyak sekali. Kesedihan itu lahir dari materialisme yang telah menjadi “tuhan”nya di dalam kehidupannya, yang membuat dia menutup pintu menuju kehidupan yang kekal yang nuraninya harapkan.
Saluran rahmat Tuhan tersendat ke dalam diri Pemuda kaya itu karena dosa materialisme yang menyumbat aliran rahmat itu di dalam dirinya. Butuh waktu dan proses bagi pemuda itu untuk membersihkan saluran rahmat yang telah tersumbat oleh sampah materialisme agar aliran rahmat kehidupan kekal yang diharapkannya dapat terealisir.  Pemuda kaya itu perlu bertobat, artinya berjalan meninggalkan materialisme menuju kehidupan yang penuh dalam Nama Tuhan sumber keselamatan.



Homili Senin 27 Mei 2013
Sir 17 : 24 – 29
Mzm 32
Mrk 10 : 17 - 27

Sabtu, Mei 25, 2013

BERSAHABAT : Palsu versus Sejati



SAHABAT : Palsu vs Sejati
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

Manusia adalah makhluk multidimensional. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengenal siapa sebetulnya manusia itu adalah “persahabatan manusia” yang dibangun dan dimilikinya. Sahabat bagi manusia itu bermuka dua, dalam arti manusia bisa menjadi sahabat palsu bagi sesamanya atau manusia bisa menjadi sahabat palsu bagi sesamanya.
Sahabat palsu adalah orang yang membangun relasi dengan sesama selama sesama memberikan sumbangan atau kontribusi, artinya persahabatan yang dibangun di atas dasar “ada apanya”. Sedangkan sahabat sejati adalah orang yang membangun relasi dengan sesama dalam segala kondisi baik dalam suka maupun duka, baik dalam sehat maupun dalam keadaan sakit, artinya persahabatan yang berlangsung berdasarkan “apa adanya” tanpa pamrih tertentu.
Kitab Sirak menampilkan sahabat yang sejati yaitu orang yang setia pada sesama dalam segala suka maupum duka yang dialaminya dalam persahatan itu. Orang yang tidak meninggalkan persahabatan dengan sesama ketika sahabat itu dalam keadaan serba kecukupan ataupun dalam keadaan yang “kere”. Seorang sahabat sejati itu selalu hadir di samping sahabatnya tanpa pamrih, tanpa ada apanya tetapi hadir apa adanya.
Seorang sahabat sejati berkekuatan pada keterikatannya kepada Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus sahabat sejati bagi kita. Yesus hadir dalam penyerahan seluruh diriNya decara utuh bagi kita manusia untuk menebus kita. Puncak Yesus menyerahkan diri bagi kita adalah menderita dan wafat di kayu salib sampai mati, dimakamkan dan bangkit pada hari ketiga. Seorang sahabat sejati menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya.
Perceraian antara suami dengan isteri terjadi karena tidak ada persahabatan sejati dalam kehidupan keluarga suami dengan isteri bersama anak-anaknya. Yang ada adalah sahabat palsu. Suami atau isteri atau anak hadir di samping sesama dalam keluarga selama kehadiran sesama memberikan keuntungan kepada dirinya. Ketika diri harus memberikan apa yang dimililikinya bagi sesama, diri tidak rela dan meninggalkan sesamanya mengalami aneka kesulitan dan persoalannya.
Perceraian terjadi karena masing-masing mengutamakan egoisme. Masing-masing orang tidak mengutamakan kita dalam keluarga. Masing-masing orang mengutamakan aku-isme dan engkau-isme. Unsur ke-kita-an dilupakan. Ketika akuisme dan engkauisme adalah utama maka disitulah perceraian lahir dan ada. Sebaliknya ketika masing-masing orang di dalam kehidupan komunitas mengutamakan unsur “kita” unsur “kekitaan” maka itulah kekuatan persatuan dalam komunitas keluarga.
Model sahabat sejati yang mengutamakan prinsip kebersamaan atau unsur “ke-kita-an” dalam komunitas keluarga adalah komunitas Allah Tritunggal Maha Kudus. Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah SATU dalam kualitas bukan dalam kuantitas. Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Satu Visi dan Misi yaitu untuk kebaikan, kebenaran, keselamatan bersama.
Menjadi sahabat sejati berarti : deritamu, deritaku, derita kita bersama. Menjadi sahabat sejati berarti: sukacitaku, sukacitamu, sukacita kita bersama.  Menjadi sahabat sejati berarti : cintaku, cintamu, cinta kita bersama.

Homili Jumat 24 Mei 2013
Sir 17 : 1 – 15
Mzm 103
Mrk 10 : 13 - 16

Homili Jumat 24 Mei 2013



SAHABAT : Palsu vs Sejati
*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

Manusia adalah makhluk multidimensional. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengenal siapa sebetulnya manusia itu adalah “persahabatan manusia” yang dibangun dan dimilikinya. Sahabat bagi manusia itu bermuka dua, dalam arti manusia bisa menjadi sahabat palsu bagi sesamanya atau manusia bisa menjadi sahabat palsu bagi sesamanya.
Sahabat palsu adalah orang yang membangun relasi dengan sesama selama sesama memberikan sumbangan atau kontribusi, artinya persahabatan yang dibangun di atas dasar “ada apanya”. Sedangkan sahabat sejati adalah orang yang membangun relasi dengan sesama dalam segala kondisi baik dalam suka maupun duka, baik dalam sehat maupun dalam keadaan sakit, artinya persahabatan yang berlangsung berdasarkan “apa adanya” tanpa pamrih tertentu.
Kitab Sirak menampilkan sahabat yang sejati yaitu orang yang setia pada sesama dalam segala suka maupum duka yang dialaminya dalam persahatan itu. Orang yang tidak meninggalkan persahabatan dengan sesama ketika sahabat itu dalam keadaan serba kecukupan ataupun dalam keadaan yang “kere”. Seorang sahabat sejati itu selalu hadir di samping sahabatnya tanpa pamrih, tanpa ada apanya tetapi hadir apa adanya.
Seorang sahabat sejati berkekuatan pada keterikatannya kepada Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus sahabat sejati bagi kita. Yesus hadir dalam penyerahan seluruh diriNya decara utuh bagi kita manusia untuk menebus kita. Puncak Yesus menyerahkan diri bagi kita adalah menderita dan wafat di kayu salib sampai mati, dimakamkan dan bangkit pada hari ketiga. Seorang sahabat sejati menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya.
Perceraian antara suami dengan isteri terjadi karena tidak ada persahabatan sejati dalam kehidupan keluarga suami dengan isteri bersama anak-anaknya. Yang ada adalah sahabat palsu. Suami atau isteri atau anak hadir di samping sesama dalam keluarga selama kehadiran sesama memberikan keuntungan kepada dirinya. Ketika diri harus memberikan apa yang dimililikinya bagi sesama, diri tidak rela dan meninggalkan sesamanya mengalami aneka kesulitan dan persoalannya.
Perceraian terjadi karena masing-masing mengutamakan egoisme. Masing-masing orang tidak mengutamakan kita dalam keluarga. Masing-masing orang mengutamakan aku-isme dan engkau-isme. Unsur ke-kita-an dilupakan. Ketika akuisme dan engkauisme adalah utama maka disitulah perceraian lahir dan ada. Sebaliknya ketika masing-masing orang di dalam kehidupan komunitas mengutamakan unsur “kita” unsur “kekitaan” maka itulah kekuatan persatuan dalam komunitas keluarga.
Model sahabat sejati yang mengutamakan prinsip kebersamaan atau unsur “ke-kita-an” dalam komunitas keluarga adalah komunitas Allah Tritunggal Maha Kudus. Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah SATU dalam kualitas bukan dalam kuantitas. Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Satu Visi dan Misi yaitu untuk kebaikan, kebenaran, keselamatan bersama.
Menjadi sahabat sejati berarti : deritamu, deritaku, derita kita bersama. Menjadi sahabat sejati berarti: sukacitaku, sukacitamu, sukacita kita bersama.  Menjadi sahabat sejati berarti : cintaku, cintamu, cinta kita bersama.

Homili Jumat 24 Mei 2013
Sir 17 : 1 – 15
Mzm 103
Mrk 10 : 13 - 16