“CREDO
ERGO SUM”
*P.Benediktus
Bere Mali, SVD*
Manusia
adalah mahluk multidimensi. Rene Descartes mendekati manusia dengan prinsipnya “Cogito
Ergo Sum” yang berarti saya (manusia) berpikir maka saya (manusia) ada”. Sebaliknya St. Anselmus mendekati manusia
dengan prinsipnya yang terkenal adalah “Credo ergo sum”, artinya saya (manusia)
percaya, maka saya (manusia) ada. Dari kedua pemahaman tersebut, keduanya
mempunyai alasan masing-masing untuk mengembangkan argumentasinya. Cogito ergo
sum mengumatakam otak atau budi atau kepala dalam diri manusia. Sebaliknya
Credo ergo sum menempatkan iman, kepercayaan, pada posisi sentral. Bagi saya,
kedua pemahaman tentang manusia itu saling melengkapi tidak saling bertentangan
untuk semakin dalam mengenal dan memahami manusia yang memiliki beraneka
dimensi.
Bartimeus
datang kepada Yesus adalah Mesias, Putera Daud. Dia memohon kepadaNya untuk
disembuhkan dari kebutaannya. Dia melihat dan mengalami sendiri betapa besar
kasih Tuhan Yesus kepadanya. Ketika banyak orang melarang Bartimeus mengakui
Yesus sebagai Mesias Putera Daud dan memohon kesembuhan kepadaNya, justru Yesus
mempersilahkan Bartimeus datang kepadaNya. Bartimeus melihat Yesus sebagai
Tuhan yang mau berdialog dengan manusia bukan Tuhan yang membatasi dialog
dengan manusia. Dialog itu mendalam. Yesus meminta kepada Bartimeus tentang
kebutuhan mendasar dia datang kepadaNya, bukan keinginannya. Bartimeus
menyampaikan intisari kebutuhan dasar yaitu untuk disembuhkan dari sakit butanya.
Kebutuhan
Bartimeus itu didengarkan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melihat usaha dan upaya
Bartimeus untuk disembuhkan. Bartimeus teriak mengakui Yesus adalah Mesias
Putera Daud. Imannya itu memberikan kesembuhan kepadanya. Yesus bersabda : “Pergilah
Bartimeus, Imanmu telah menyelamatkan engkau”. Pada saat itu juga sembuhlah
Bartimeus. Mujizat penyembuhan lahir dari iman. Bukan Mujizat melahirkan
iman bagi Bartimeus.
Dua tahun
lalu terjadi penampakan Bunda Maria di perbatasan Timor Leste dengan Indonesia.
Bunda Maria menampakkan diri di sebuah gua seorang perempuan janda. Perempuan
itu mewartakan hal itu dari mulut ke mulut sampai akhirnya lautan manusia
datang ke gua itu berdoa Rosario di depan penampakan Maria itu. Pada hal
sebelumnya daerah itu jarang berdoa Rosario. Suatu ketika kaum berjubah pun
datang ke tempat penampakan itu. Mereka masuk ke Gua dan mengambil patung itu
lalu menelitinya. Ternyata di balik patung itu ada harga patung dan penjual
patung itu. Kaum berjubah itu langsung tanya pada ibu janda itu, dan ternyata
benar dia beli patung itu dan menempatkan di gua dekat rumahnya lalu bakar
lilin berdoa lalu ceriterakan secara lisan bahwa terjadi penampakan Bunda
Maria.
Semua
masyarakat dan umat mendapat penjelasan dari kaum berjubah tentang penampakan
Maria itu bahwa penampakan itu tidak benar karena Patung Maria itu dibeli di salah satu tokoh Rohani dan buktinya ada di
balik Patung Maria itu tertulis penjual patung dan harga patung tersebut. Setelah mendapat penjelasan itu, umat pun dengan aneka
perasaan marah, jengkel pada ibu itu, lantas doa Rosario pun mulai memudar.
Iman umat
bisa dinilai dari peristiwa ini. Umat mengharapkan mujizat penampakan Bunda
Maria melahirkan Iman dan kepercayaan kepada Tuhan, bukan Iman yang melahirkan
mujizat. Dalam dunia seperti ini iman kepada Tuhan dapat dijelaskan dengan
Budi. Iman dan Budi adalah dua sisi dari satu koin kehidupan rohani kita.
Homili
Kamis 30 Mei 2013
Sir 42:
15-25
Mzm 33
Mrk
10:46-52