Wajah-nya Mirip Wajah-Nya
*P. Benediktus Bere Mali SVD*
Saya
selalu menyimpan foto Bapa dan mama di dompet. Saya ketika kangen sama orang
tua saya membuka dompet lalu melihat foto wajah mama dan bapa. Semakin sering
melihat wajah Bapa dan mama semakin saya menemukan bahwa wajah Bapa dan Mama
semakin mirip. Saya sampai suatu saat mengatakan dalam hati bahwa wajah bapa
dan mama mirip sekali. Bahkan saya mengatakan kepada mama dan bapa seperti
kakak dan adik bukan sebagai orang asing yang berbeda satu dengan yang lain.
Pada
tanggal 1-3 April 2011 ada pertemuan di sebuah tempat rumah retret di Jawa
Timur, Keuskupan Malang. Dalam pertemuan itu ada satu pokok pembicaraan itu
yang sangat menyentuh saya. Tema pembicaraan itu adalah mengenal sesama melalui
wajah. Pembicaran itu bermuara dari psikologi wajah menuju teologi wajah.
Psikologi
wajah berkata bahwa semakin lama hidup dalam kebersamaan dalam aneka ilmu yang
mengitari manusia semakin mirip tampilan wajah-wajah yang hidup bersama.
Semakin tulus hidup orang-orang dalam sebuah kebersamaan komunitas atau
kelompok semakin mirip wajah-wajah
manusia yang hidup di dalam ketulusan di dalam komunitas atau kelompok itu. Sebaliknya
semakin beda dalam segala lini kehidupan setiap individu yang hidup di dalam
sebuah kebersamaan dalam sebuah komunitas, semakin beda tampilan wajah-wajah
individu yang hidup di dalam kebersamaan itu. Semakin rukun individu-individu
yang ada di dalam sebuah kelompok, keluarga, komunitas, semakin mirip
wajah-wajah dari setiap individu yang ada di dalam sebuah komunitas keluarga
atau komunitas biara atau dalam sebuah Gereja. Semakin setiap individu hidup
mengabaikan agenda bersama dan tujuan bersama dan mengutamakan tujuan pribadi
atau golongan, sehingga melahirkan aneka konflik dalam berbagai bidang
kehidupan, semakin beda wajah-wajah setiap individu yang hidup di dalam sebuah
komunitas keluarga atau komunitas biara atau komunitas Gereja Katolik.
Injil
hari ini berbicara tentang Kesamaan wajah Yesus, wajah Bapa dan wajah Roh
Kudus. Wajah Trinitas sama, dari kekal sampai kekal dalam komunitas Allah
Tritunggal Maha Kudus. Kesamaan itu dalam pola pikir, cara berkata dan cara
kerja yang mempunyai satu tujuan yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas.
Para
Rasul adalah orang yang dekat dan tinggal bersama dengan Yesus secara utuh dalam iman
yang kokoh kepada Yesus Kristus Yang Telah Bangkit. Wajah mereka semakin dekat
dengan wajah Yesus maka semakin mirip wajah mereka dengan Wajah Yesus. Selalu
mereka tinggal di dalam kedekatan iman kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit,
semakin mereka mirip dengan wajah Tuhan Yesus. Artinya bahwa kedekatan dengan
Yesus secara tulus dan ikhlas dalam iman itu membentuk kemiripian dalam pola
pikir, cara berkata, dan cara bekerja untuk
tujuan menyelamatkan semua orang langgar batas. Pewartaan dan mujizat para
murid mirip dengan sabda dan tanda yang telah dilakukan Yesus selama hidup
bersama dengan mereka secara fisik. Paskah selalu menghadirkan Roh Kebangkitan Kristus di dalam diri para
murid yang mewartakan kebangkitanNya kepada segala bangsa dan mengadakan
mujizat-mujizat dalan nama Yesus yang
telah bangkit. Mereka yang mengalami mujizat semakin percaya kepada Kristus
yang telah bangkit dan memberikan kesaksian
iman kepada sesame tentang pengalaman kebangkitan yang dialami di dalam
mujizat itu.
Kita
setiap hari berdoa dan mengikuti Ekaristi Kudus. Doa pribadi dan doa bersama secaa tulus dan
penuh cinta, adalah ungkapan kedekatan kita yang sangat mendalam dengan Wajah
Tuhan Yesus yang telah bangkit menyelamatkan kita dan semua orang melintas batas.
Semakin dalam hubungan iman yang tulus kepada wajah Tuhan Yesus, maka semakin
mirip cara berpikir kita, cara berkata-kata kita dan cara bertindak kita sesuai
Yesus yang datang ke dunia hanya untuk menyelamatkan semua orang melintas batas
bukan menghakimi sesama.
Seorang imam semakin dalam merayakan Ekaristi maka semakin
mirip atau hidupnya seperti Yesus. Sebaliknya seorang imam yang semakin jauh
dari Ekaristi semakin jauh kemiripan wajahnya dengan WajahNya. Seorang yang
setia berdoa kepada Tuhan, wajahnya seperti wajah Allah. Contoh pengalaman
Stefanus ketika dirajam. Sebaliknya orang yang berdoa rame-rame dan keluar dari
tempat ibadah membakar kediaman orang lain atau membakar sesama secara bengis
itu kontradiksi antara doa dengan perilakunya. Artinya wajah fisiknya berdoa
tetapi wajah hatinya asing dengan wajah Allah.
Homili Rabu 24 April 2013 di Paroki Roh Kudus Rungkut
Surabaya
Kis 12 : 24 – 13 : 5a
Mzm 67 : 2 – 3.5.6.8
Yoh 12 : 44 – 50
***
Homili
Rabu 24 April 2013 di Paroki Roh Kudus Rungkut Surabaya
Kis
12 : 24 – 13 : 5a
Mzm
67 : 2 – 3.5.6.8
Yoh
12 : 44 – 50
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar