Rabu, Mei 01, 2013

"RANTING ANGGUR : Berbuah atau Mandul"



 “RANTING ANGGUR :
Berbuah atau Mandul”
*P. Beny Mali, SVD*

Kehidupan bersama entah dalam komunitas keluarga ataupun kehidupan komunitas hidup membiara, diwarnai dengan beraneka tingkatan relasi antara sesama. Ada relasi yang kelihatan secara fisik eksternal “kompak” tetapi secara internal, hatinya asing satu terhadap yang lain. Ada relasi yang kelihatan secara keluar tidak “kompak” tetapi secara ke dalam, hatinya dekat satu sama lain. Ada relasi yang kompak secara lahir maupun bathin antara sesama yang hidup bersama dalam komunitas keluarga maupun di dalam komunitas hidup membiara.  Ada relasi yang tidak kompak secara lahir maupun secara spiritual. Dari keempat model relasi yang disebutkan di atas, Relasi yang paling ideal adalah Relasi yang dibangun di atas dasar Kekompakan antara anggota komunitas keluarga maupun komunitas hidup membiara, baik dalam misi ad intra maupun dalam misi ad extra.
Yesus membangun Relasi dengan para muridNya dalam komunitasNya, berdasarkan kesatuan yang mendalam secara lahir saat Yesus masih hidup bersama dengan mereka secara manusiawi, dan secara spiritual setelah Yesus kembali ke Rumah Bapa. Relasi Yesus dengan Para Murid itu seperti kesatuan antara Pokok Anggur dengan Ranting-Rantingnya yang menghasilkan banyak buah. Sebaliknya terputusnya kesatuan Ranting dengan Pokok Anggur, maka ranting akan kering dan tidak menghasilkan buah anggur. Demikian juga Relasi Yesus dengan Para MuridNya. Yesus adalah pokok Anggur yang benar. Para murid adalah ranting-rantingNya. Kesatuan antara Yesus dengan Para MuridNya dalam misi ad intra dan misi Ad Extra, menghasilkan buah keselamatan yang berlipatganda baik secara kedalam mapun secara keluar. Sebaliknya Perpisahan atau terputusnya kesatuan antara para murid sebagai ranting dengan Yesus sebagai pokok anggur yang benar, ranting akan berubah menjadi sumber yang kering bagi diri sendiri dan bagi sesama yang dilayani.
Komunitas 12 Rasul dengan Yesus sebagai Pemimpin Komunitas, Tuhan Yesus senantiasa memberikan aliran kehidupan secara spiritual kepada para muridNya sebagai ranting-ranting yang diharapkan dapat menghasilkan banyak buah keselamatan bagi diri mereka sendiri maupun bagi sesama yang mereka layani. Tetapi dalam kenyataan, 11 MuridNya senantiasa hidup dan tinggal dalam aliran kehidupan yang dialirkan Tuhan Yesus sebagai pokok anggur yang benar kepadanya, sedangkan Yudas Iskariot memilih sebagai ranting yang memutuskan diri dari kesatuan dari Yesus sebagai sumber hidup yang mengalirkan sumber hidup yang sejati kepadanya. Keterpisahannya dengan Yesus bukan menghasilkan buah anggur keselamatan tetapi kesesatan dan menjadi sumber yang kering bagi dirinya dan bagi sesamanya. Akhir hidup Yudas Iskariot sungguh mengerikan sebagai buah-buah asam dari kelepaspisahannya dengan Yesus sebagai pokok anggur yang benar. Itulah buah-buah dari tinggal di luar dari Yesus bukan senantiasa tinggal di dalam Yesus.
Kita adalah Murid Yesus dalam kehidupan iman dan kepercayaan kita. Yesus adalah pokok anggur keselamatan bagi kita. Kita adalah ranting-rantingNya. Kita menjadi ranting-ranting yang menghasilkan buah-buah keselamatan atau sumber keselamatan yang menyegarkan sesama yang kita layani atau hidup bersama kita di dalam komunitas tempat tinggal kita, kalau kita senantiasa mengikat persatuan yang kokoh dengan Yesus sebagai sumber keselamatan yang selalu menyegarkan dan tidak pernah kering bagi kita dan bagi semua orang yang setia percaya kepadaNya. Yesus sebagai sumber yang menyegarkan senantiasa ada dan hadir dalam firmanNya dan Ekaristi yang kita rayakan setiap hari.
Kealpaan kita dalam doa yang berpuncak di dalam Ekaristi adalah awal perpisahan kita dengan sumber keselamatan yang tidak pernah kering, menuju diri pengikut Yesus yang memiliki sumber yang kering dalam tugas dan karya pelayanan kita. Kalau sumber spiritual kita kering, orang menjauh dari sumber yang kering.  Kita tidak mau sumber rohani kita kering. Kita berharap sumber kita selalu bersih  dan menyegarkan. Untuk itu sumber yang sejati adalah Kristus yang selalu hadir dalam FirmanNya dan Ekaristi, setiap hari mengundang kita untuk menghadiri perjamuan Ekaristi supaya setiap hari kita menimbah kekuatan dari Kristus Sang Sumber Spiritualitas yang selalu menyegarkan dan membangkitkan.***

Homili Rabu 1 Mei 2013
Kis 15 : 1 – 6
Mzm 122 : 1 -2.4-4a.4b-5
Yoh 15 : 1 - 8

Homili Selasa 30 April 2013



 ORANG LAIN : Neraka  atau Surga
*P. Beny Mali, SVD*


Kita melihat judul buku di atas, pasti ada berbagai perasaan yang muncul di dalam pikiram kita. Saya setelah melihat judul buku di atas, ada dua hal yang muncul di dalam pikiran saya. Manusia itu bisa jadi menjadi neraka bagi diri sesama. Manusia itu bisa jadi berkat atau surge bagi sesama.
Filsuf Jean Paul Sartre mengemukakan bahwa sesama adalah neraka bagi sesamanya yang lain. Ia mengatakan bahwa sesama adalah neraka bagi sesama yang lain muncul dari dua latarbelakang yang mewarnai pemikirannya. Kehidupan masa kecilnya yang merasa terasing oleh pergaulannya dengan teman-teman sebayanya, kondisi keluarganya yang tertutup dalam membangun relasi keomunikasi dengan sesama sekitar. Kekejaman perang dunia kedua (1939-1945) yang membawa penderitaan dan kematian yang menunjukan kehadiran neraka yang nyata di dalam pengalaman hidup Jean Paul Sartre.
 Pengalaman saya berbeda dengan pengalaman Jean Paul Sartre. Ketika saya pertama kali datang di Pulau Jawa pada tahun 1995, turun di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, saya bertemu dengan Mas Sipri yang tampil bukan menjadi neraka bagi saya tetapi menjadi Surga bagi saya. Mas Sipri itu membantu saya menunjukkan kendaraan dari Pelabuhan Perak ke Terminal Bungrasi. Kemudian Saudari Elsy Safran dan Saudara Vinsen menyusul menyambut kami dari Pelabuhan Perak sampai ke Novisiat Batu – Malang tempat tujuan kami. Saudara Sipri, Vinsen dan Saudari Elsy Safran sungguh menjadi pembawa damai bagi saya saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Jawa pada tahun 1995.
Injil hari ini berbicara tentang “Damia Sejahtera”. Yesus hadir sebagai pembawa Damai Sejahtera Bagi Para MuridNya. Yesus adalah Pembawa Surga bagi dunia dan membawa atau mengantar semua orang di dunia menuju Surga (Yoh 14 : 6). Yesus adalah jalan keselamatan bagi semua lintas batas yang percaya kepadaNya (Kis 4:12).  Paulus dan Barnabas mewartakan Kristus sang penyelamat bagi semua orang baik Yahudi maupun Yunani.  Ketika kelompok Sanhedrin masih terus menindas umat kristiani perdana yang percaya kepada Kristus, Paulus dan Barnabas membawa damai dan kekuatn serta peneguhan kepada mereka agar tetap setia kepada Tuhan di jalan menuju Kerajaan Surga pusat kedamaian abadi yang sedang menanti, yang di temukan di atas jalan bersama Tuhan Yesus dalam sukan maupun duka, dalam kemerdekaan maupun dalam penindasan.
Kita adalah orang beriman yang percaya kepada Yesus sebagai pemawa damai sejati. Kehadiran kita bukan menjadi beban bagi sesame tetapi membawa berkat bagi sesama. Kehadiran kita bukan menyalibkan sesama melainkan membangkitkan sesama. Kehadiran kita bukan menjadi neraka bagi sesame meliankan menjadi surga bagi sesame.

Homili Selasa, 30 April 2013
Kis 14 : 19 – 28
Mzm 145 : 10 – 11. 12 -13ab.21
Yoh 14 : 27 – 31a

sesamamu : Surga atau Neraka

 ORANG LAIN : Neraka  atau Surga
*P. Beny Mali, SVD*


Kita melihat judul buku di atas, pasti ada berbagai perasaan yang muncul di dalam pikiram kita. Saya setelah melihat judul buku di atas, ada dua hal yang muncul di dalam pikiran saya. Manusia itu bisa jadi menjadi neraka bagi diri sesama. Manusia itu bisa jadi berkat atau surge bagi sesama.
Filsuf Jean Paul Sartre mengemukakan bahwa sesama adalah neraka bagi sesamanya yang lain. Ia mengatakan bahwa sesama adalah neraka bagi sesama yang lain muncul dari dua latarbelakang yang mewarnai pemikirannya. Kehidupan masa kecilnya yang merasa terasing oleh pergaulannya dengan teman-teman sebayanya, kondisi keluarganya yang tertutup dalam membangun relasi keomunikasi dengan sesama sekitar. Kekejaman perang dunia kedua (1939-1945) yang membawa penderitaan dan kematian yang menunjukan kehadiran neraka yang nyata di dalam pengalaman hidup Jean Paul Sartre.
 Pengalaman saya berbeda dengan pengalaman Jean Paul Sartre. Ketika saya pertama kali datang di Pulau Jawa pada tahun 1995, turun di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, saya bertemu dengan Mas Sipri yang tampil bukan menjadi neraka bagi saya tetapi menjadi Surga bagi saya. Mas Sipri itu membantu saya menunjukkan kendaraan dari Pelabuhan Perak ke Terminal Bungrasi. Kemudian Saudari Elsy Safran dan Saudara Vinsen menyusul menyambut kami dari Pelabuhan Perak sampai ke Novisiat Batu – Malang tempat tujuan kami. Saudara Sipri, Vinsen dan Saudari Elsy Safran sungguh menjadi pembawa damai bagi saya saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Jawa pada tahun 1995.
Injil hari ini berbicara tentang “Damia Sejahtera”. Yesus hadir sebagai pembawa Damai Sejahtera Bagi Para MuridNya. Yesus adalah Pembawa Surga bagi dunia dan membawa atau mengantar semua orang di dunia menuju Surga (Yoh 14 : 6). Yesus adalah jalan keselamatan bagi semua lintas batas yang percaya kepadaNya (Kis 4:12).  Paulus dan Barnabas mewartakan Kristus sang penyelamat bagi semua orang baik Yahudi maupun Yunani.  Ketika kelompok Sanhedrin masih terus menindas umat kristiani perdana yang percaya kepada Kristus, Paulus dan Barnabas membawa damai dan kekuatn serta peneguhan kepada mereka agar tetap setia kepada Tuhan di jalan menuju Kerajaan Surga pusat kedamaian abadi yang sedang menanti, yang di temukan di atas jalan bersama Tuhan Yesus dalam sukan maupun duka, dalam kemerdekaan maupun dalam penindasan.
Kita adalah orang beriman yang percaya kepada Yesus sebagai pemawa damai sejati. Kehadiran kita bukan menjadi beban bagi sesame tetapi membawa berkat bagi sesama. Kehadiran kita bukan menyalibkan sesama melainkan membangkitkan sesama. Kehadiran kita bukan menjadi neraka bagi sesame meliankan menjadi surga bagi sesame.

Homili Selasa, 30 April 2013
Kis 14 : 19 – 28
Mzm 145 : 10 – 11. 12 -13ab.21
Yoh 14 : 27 – 31a


Senin, April 29, 2013

Homili Senin 29 April 2013



SUKSES : Lewat Jalan Benar atau Salah
*P. Beny Mali, SVD*


Kita kenal beberapa tahun lalu ada beberapa penampakan Bunda  Maria. Orang yang menerima penampakan Bunda  Maria itu didatangi banyak orang, dan berdoa di depan Bunda Maria yang menampakan diri serta membawa banyak persembahan. Penerima penampakan itu menerima semua persembahan itu. Kemudian penampakan itu ada dan diadakan berdasarkan kehendan manusia bukan berdasarkan kehendak  Tuhan.
Injil hari ini berbicara tentang “Barangsiapa memegang perintah Tuhan dan melaksanakan di dalam hidup setiap hari, dia mengasihi Allah”. Paulus dan Barnabas ketika mengadakan mujizat penyembuhan atas seorang yang lumpuh sejak lahirnya, melahirkan kebangkitan pemahaman secara kontekstual atas orang-orang setempat di Listra. Mereka mengatakan bahwa Dewa Zeus dan Hermes telah menjadi nyata di dalam diri manusia Paulus dan Barnabas. Warta itu disambut secara positif oleh orang-orang Listra. Imam Dewa Zeus membawa aneka persembahan kepada Paulus dan Barnabas.
Mengahdapi pemahaman Imam Dewa Zeus dan masyarakat Listra yang memiliki kepercayaan kepada Dewa Zeus dan Hermes, Paulus dan Barnabas memberikan penjelasan yang baik dan benar kepada masyarakat Listra. Paulus dan Barnabas bukan memanfaatkan kesuksesan mereka dalam menyembuhkan orang lumpuh itu sebagai kesempatan untuk mendapatkan banyak persembahan baik berupa materi maupu apresisasi masyarakat setempat. Tetapi Paulus dan Barnabas menggunakan peristiwa itu sebagai kesempatan mewartakan kepasatian iman yang baik dan benar kepada Tuhan Yesus yang meraka wartakan, sebagaimana ada di dalam Injil. Paulus dan Barnabas mengatakan bahwa mereka adalah manusia biasa sama seperti sesama di Listra. Paulus dan Barnabas mewartakan Injil Tuhan Yesus yang telah bangkit, sebagai  Tuhan alam semesta beserta segala isinya.
Paulus dan Barnabas bukan orang yang memanfaatkan keberhasilan dalam bermisi dalam nama Yesus untuk menerima aneka persembahan untuk kepentingan dirinya sendiri. Prinsip mereka adalah “utamakan pelayanan dalamnama Tuhan Yesus maka yang lain akan ditambahkan pada mereka”. Paulus dan Barnabas tetap kokoh memegang “perintah Tuhan dan melaksanakannya dalam segala kesempatan, sebagai bukti mereka mencintai Tuhan Yesus”. Mereka menempatkan kebenaran Injil yang mengutamakan keselamatan semua orang daripada mengutamakan diri sendiri, keluarga atau golongan.
Homili Senin 29 April 2013di St. Maria Ursulin
Jl. Darmo Surabaya
Kis 14 : 5 - 18
Mzm 115 : 1-2.3-4.15-16
Yoh 14 : 21 - 26

Minggu, April 28, 2013

KASIH: Partikular atau Universal



KASIH : Partikular vs Universal
*P. Beny Mali, SVD*

Saya terinspirasi dengan Karikatur yang dimuat dalam Opini Jawa Pos halaman 4, Sabtu 27 April 2013. Saya mengamati Karikatur ini sungguh sangat menarik dan menyentuh hati saya ketika saya sedang menyiapkan Homili Hari Minggu Paskah kelima. Menarik saya karena ada dua pesan yang muncul di dalam benak saya dari karikatur ini. Dua hal itu adalah Karikatur ini merancang bangunan kasih partikular dalam Bhineka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini jelas dalam caleg-nya bukan berasal dari pribadi-pribadi yang bermutu tetapi didasarkan hubungan kekeluargaan karena didukung dengan kehidupan keuangan yang memadai. Kehidupan sejahtera dalam bidang keuangan itu tampak dalam ayah, anak, ibu sebagai caleg yang berbadan gemuk kokoh berdiri dalam kerapuhan Negara Keluarga Republik Indonesia. Bangunan Kasih Partikular itu menjadi halangan besar bagi jalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju pengalaman akan Kasih Universal yang mengalir dari wakil-wakil rakyat yang duduk di Gedung DPR RI Jakarta, Eksekutif dan Yudikatif yang sama duduk di pusat, kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Injil hari ini menampilkan Yesus adalah pembawa Kasih yang universal. Orang-orang Yahudi menyempitkan kasih itu dalam freim partikularisme keselamatan. Mereka sebagai bangsa terpilih Allah. Mereka merasa superior dari orang-orang non Yahudi sebagai kelas yang berada di luar pagar keselamatan partikular bangsa Yahudi. Orang non Yahudi dipandang sebagai orang yang hanya menonton keselamatan Allah yang orang Yahudi alami.
Kesombongan bangsa Yahudi itu berpuncak pada pembunuhan Yesus sebagai Allah Yahudi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia membawa keselamatan bagi semua orang langgar batas. Perbedaan pandangan antara bangsa Yahudi dengan Yesus itu melahirkan pembunuhan terhadap Yesus, dan dimakamkan lalu kemudian bangkit dari antara orang mati, menampkan diri kepada para muridNya lalu memberikan Roh KebangkitanNya kepada para MuridNya yang diutus meneruskan pewartaan KebangkitanNya sebagai puncak keselamatan universal mengubah keselamatan partikular bangsa Yahudi. Para muridNya mewartakan Keselamatan Universal Tuhan Yesus itu kepada bangsa Yahudi dan kepada semua bangsa langgar batas. Banyak orang yang percaya dan menjadi saksi keselamatan universal Tuhan Yesus yang lahir dari KasihNya yang sejati.
Yesus mengasihi secara total untuk menyelamatkan semua bangsa melintas batas. Kasih itulah yang diperintahkan kepada para muridNya agar mereka juga mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan, secara tulus dan ikhlas serta secara total kepada semua orang langgar aneka status sosial, asal, ras dan sebagainya.
Kasih dan Keselamatan universal inilah yang melahirkan Kekristenan di Anthiokia. Orang Kristen adalah pribadi-pribadi yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan universal menghapus keselamatan partikular bangsa Yahudi (bdk. Kis 11 : 26). Keselamatan universal Kristus itu menjadi nyata ketika para murid mewartakan Kristus yang bangkit kepada orang-orang Yahudi, kebanyakan mereka menolak, walaupun warta para murid itu dengan Kata dan mujizat dan saksi-saksi hidup dari mereka yang mengalami mujizat yang dilakukan para murid dalam nama Yesus yang telah bangkit (Kis 4 :12). Tetapi orang-orang bukan bangsa Yahudi, memiliki hati dan budi yang terbuka menerima pewartaan para muridNya tentang kebangkitanNya. Mereka menerima warta para muridNya tentang Kasih Keselamatan universal Kristus dalam sabda dan mujizat.
Hal itu membangkitkan iman, kepercayaan dan keyakinan yang kokoh kepada Kristus Yesus yang telah bangkit menyelamatkan semua orang langgar batas. Umat Kristem semakin hari semakin berkembang hingga hari ini. Ini adalah kasih Yesus yang universal yang menjadi nyata di dalam hidup kita. Paskah tetap membangkitkan banyak orang untuk menjadi Kristen. Orang Kristen pun menghadirkan paskah dengan membangkitkan banyak orang dari tempat yang jauh dari Kristus berjalan menuju Kristus dan tinggal di dalam Kristus Yesus yang menyelamatkan semua orang melintas batas.
Kita adalah orang Kristen. Kesejatian orang Kristen adalah mengalirkan Kasih yang menyelamatkan semua orang tanpa dibatasi status sosial, asal, suku, agama, dan golongan. Dalam nama Yesus semua orang adalah dari Allah, dan tinggal dalam Allah yang mengasihi semua tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah. Orang Kristen yang semakin lama semakin tidak serupa dengan Yesus yang membawa Kasih Universal, itu tandanya dia mengalami langka mundur dari keselamatan UniversalNya Perjanjian Baru kepada keselamatan partikularnya Perjanjian Lama.

Homili Minggu Paskah V 28 April 2013
Kis 14 : 21b-27
Mzm 145 : 8-9.10-11.12.13ab
Why 21:1-5a
Yoh 13 : 31-33a.34-35