“AKU MENJADI GARAM
SECARA PROPORSIONAL”
Ef 5 : 1 - 20
Mat 5 : 13 – 6
Misa Syukuran Wisuda,
Sabtu 10 Nopember 2012,
di
Akademi Analis Kesehatan Surabaya
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)
Garam adalah satu unsur penting di dalam hidup kita.
Ketika mendengar kata garam, saya langsung arahkan pikiran saya pada sayuran
dan lauk yang dikonsumsi. Ketika garamnya proporsional dalam sayur-sayuran dan
lauk yang dikonsumsi, maka pasti rasanya sangat enak.
Tetapi ketika terjadi kelebihan garam, atau
kekurangan garam, maka ketika makanan itu dikonsumsi, pasti yang terungkap
adalah keluhan pada pelayan restoran, misalnya kalau makannya di restoran, atau
keluhan pada yang memasak di dapur kalau makannya di rumah.
Yesus hari ini berkata kepada para muridNya supaya
mereka menjadi Garam. Maksudnya mereka menjadi garam secara proporsional di
dalam kehidupan bersama baik di dalam komunitas mereka, komunitas masyarakat, dan
dimana saja mereka berada, baik secara team maupun secara personal.
Menjadi garam secara proporsional berarti para murid
membuat hidup bersama itu enak suasananya, bahagia, damai, penuh sukacita, dan saling
menyokong dalam hal yang baik dan benar satu terhadap yang lain. Mereka membawa
khabar sukacita bagi sesama, secara internal di dalam komunitas mereka maupun
secara eskternal di dalam komunitas masyarakat yang mereka layani dan jumpai.
Yesus menekankan hal itu di dalam hidup dan karya
pelayanan para murid, karena harapan itu adalah harapan umum. Nilai menjadi
garam yang membuat suasana enak dalam kehidupan bersama, adalah kesukaan dan
harapan semua orang melintas batas.
Artinya apa? Artinya bahwa ketika para murid hadir
seperti garam yang mengenakan suasana yang dirasakan banyak orang melintas
batas, kehadiran mereka menjadi berarti dan menarik simpati banyak orang. Kalau
banyak orang yang merasa tertarik dengan kehadiran para murid, dengan
sendirinya, karya pewartaan khabar sukacita Injil, akan disambut secara
positif. Dengan demikian para murid pun mendapat banyak sahabat melintas batas.
Kehadiran mereka adalah pewartaan Injil yang hidup karena mereka memberikan
kesaksian yang baik dan benar dan sangat menarik simpati banyak orang melintas
batas.
Kita adalah para murid Yesus pada zaman ini. Kata-kata
Injil selalu aktual sepanjang masa bagi kita. Kita pun harus menjadi garam secara
proporsional di dalam kehidupan kita. Kita harus menjadi garam yang mengenakan
suasana kehidupan bersama, di tempat kos, di kampus, di tempat kerja, di mana
saja kita berada.
Saya mengatakan ini adalah sebuah keharusan karena
ini adalah cara kita memiliki banyak sahabat, ini adalah cara kita mendapat
penghargaan dan apresiasi dari sesama. Ini adalah kunci keberhasilan di dalam
tugas dan karya kita setiap hari.
Untuk itu kita harus membiasakan diri menjadi garam
yang proporsional di dalam kehidupan bersama di mana pun kita berada. Untuk
kita harus displin menjadikan diri kita sebagai garam yang secara proporsional
mengenakan di dalam kehidupan kita.
Kalau dulu kehardiran kita menjadi sesuatu yang asam
dan pahit bagi sesama, maka kini kita harus menjadi garam yang proporsional
bagi sesama kita yang kita jumpai dan hidup bersama dengan kita. Kalau dulu
kita menjadi kegelapan bagi orang tua yang bersusah payah membiayai kita
kuliah, maka kini kita harus menjadi terang bagi keluarga kita dengan kerja
yang baik dan benar, dan mendatangkan hasil yang cukup bagi diri kita dan orang
tua kita. Kalau dulu, kurang jujur dalam menggunakan keuangan yang diberikan
orang tua, maka kini adalah saatnya bagi kita untuk menggunakan keuangan dengan
jujur dan bertanggungjawab, di dalam kerja dan pelayanan kita. Kalau dulu kita
masih belum tekun dan displin menata diri bagi masa depan yang lebih baik, maka
kini adalah saatnya bagi kita untuk menata diri dengan penuh kedisiplinan. Setiap
usaha dan pengorbanan kita untuk kebaikan dan kebenaran pasti diberkati oleh
Tuhan.
Introduksi Misa
Syukur Wisuda :
Kita bersyukur
karena KASIH yang kita terima dari Tuhan yang kita imani setiap saat, setiap
waktu, setiap hari, di dalam seluruh waktu hidup kita. KASIH itu menjadi nyata
dalam keberhasilan yang kita peroleh dan miliki berkat KASIH Tuhan yang Tuhan
forward-kan di dalam diri sesama kita, di dalam diri teman-teman kita, orang
tua kita, keluarga kita, para dosen kita, siapa saja yang membentuk diri kita
menjadi pribadi yang berhasil di dalam hidup dan terutama di dalam studi. Kita
bersyukur karena sesama kita telah menjadi garam dan terang bagi kita. Kita
kini diutus untuk menjadi garan dan terang bagi sesama.