Minggu, November 11, 2012

KOTBAH MISA HARI MINGGU, 11 NOPEMBER 2012



TULUS MEMBERI

Mg Biasa XXXII : 1Raj 17:10-16; Ibr 9:24-28; Mrk 12: 38-44
Misa Harian, Minggu 11 Nopember 2012
Di Soverdi St. Arnoldus Surabaya


(Rm. Benediktus Bere Mali, SVD)


Kita hidup di antara aneka manusia dengan karakternya yang beraneka warna. Ada orang yang sangat bermurah hati, ada orang yang sangat pelit, ada orang yang sangat egois, ada orang yang menumpuk harta kekayaannya, ada orang yang tulus dalam memberikan kepada Tuhan dan sesama.

Di antara sekian banyak karakter manusia itu kita diingatkan kembali oleh Gereja pada hari ini dengan mengutamakan yang paling utama di dalam hidup. Hidup kita ini diberikan secara gratis atau cuma-cuma dari yang empunya hidup dan kehidupan, karena itu kita pun secara tulus penuh kasih memberikan hidup kepada sesama yang hidupnya terancam oleh maut dan kematian. Tuhan memberikan  semua yang kita miliki saat ini dalam keihlasan dan ketulusanNya.  Pemberian itu berupa fisik dan harta yang kita miliki. Tuhan menitipkan miliknya kepada kita untuk berbagi dengan sesama, secara tulus dan ikhlas pula. 

Pikir-pikir benar juga. Kita boleh kerja keras dua puluh empat jam, belajar keras dua puluh empat jam, tetapi tanpa campur tangan Tuhan, hasilnya nihil,  kerjanya sia-sia. Hanya karena Berkat Tuhan ada di dalam diri dan karya-karya kita, kita memperoleh hasil pekerjaan yang baik dan benar untuk memenuhi kebutuhan kita setiap hari, dan untuk berbagi dengan sesama yang berkekurangan, agar mereka juga senantiasa berkecukupan.


Sikap berbagi secara tulus, sikap memberikan secara tulus,  itu seperti apa? Walaupun tinggal satu saja yang kita miliki untuk mempertahankan hidup kita, pada saat yang sama, ada orang yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa untuk mempertahankan hidupnya, kita harus membagi dan atau memberikan yang satu itu untuk hidupnya.


Memberikan secara tulus ada unsur korbannya. Keyakian iman akan korban Tuhan Yesus memberikan segalanya secara Tulus kepada kita adalah dasar pemberian Tulus dari kita kepada sesama. Kita yakin bahwa memberi hidup kepada sesama adalah memberikan yang terbaik kepada Tuhan yang memberikan hidup kepada kita.


Saya sangat tersentuh oleh kisah berikut tentang memberikan hidup seorang ibu kepada anaknya, yang saya undu pada hari ini Minggu 11 Nopember 2012 di web ini :

Kisah Mengharukan :Kisah Ibu Buta dan Anaknya


Ibuku buta sebelah matanya, aku sangat malu dan sangat membencinya. Dia memasak dikantin sekolah untuk murid-murid dan guru-guru guna mencukupi kebutuhan dirinya dan diriku. Suatu hari saat aku masuk sekolah dia mendatangiku dan mengucap salam kepadaku. Aku begitu malu didepan teman-temanku, bagaimana dia bisa melakukan itu kepadaku dihadapan teman-temanku. Lalu aku abaikan dia dan melemparkan pandangan benci kepadanya sambil berlari.http://ladjunewsonline.blogspot.com
Besoknya salah seorang temanku mengejekku dengan berkata "heh ibumu hanya punya sebelah mata" Saat itu ingin mati aku rasanya, dan ingin ibuku itu hilang dan pergi dari kehidupanku. Lalu aku bertengkar dengan ibuku seraya mengatakan: "kalau ibu hanya menjadi bahan tertawaan teman-temanku mengapa ibu tak mati saja" Ibuku hanya diam dan tak menjawab makian yang aku tujukan kepadanya.Aku sama sekali tak memikirkan apa yang aku katakan kepadanya, karena saat itu aku sangat marah kepadanya karena memendam rasa malu. Dan aku juga tidak memperdulikan perasaannya terhadap makianku itu
Rasanya aku ingin keluar dari rumah ibuku. Jadi aku belajar dengan rajin agar aku dapat beasiswa keluar negeri dan meninggalkan ibuku yang buta itu.
Setelah lama berselang aku menikah, kubeli rumah dan aku hidup bahagia dengan mempunyai dua anak. Suatu waktu ibuku mengunjungiku, karena sudah bertahun-tahun dia tidak menemuiku dan tidak pernah bertemu dengan cucunya. Ketika dia memberi salam dan istriku membukakan pintu lalu anak-anakku menertawakannya kemudian takut karena melihat wajahnya yang hanya dengan satu mata. Lalu aku menemuinya diluar dan berteriak kepadanya: "betapa beraninya kamu kerumahku dan menakut-nakuti anak-anakku, pergi dari sini sekarang juga" Ibuku hanya menjawab: " Maaf saya salah alamat dan kemudian dia pun pergi"
Suatu waktu ada undangan reuni sekolah dikirimkan kerumahku. Jadi aku berbohong kepada istriku dan aku bilang ada dinas keluar kota kepadanya. Usai reuni aku mampir kekampungku hanya untuk sekedar rasa ingin tahu. Kemudian salah seorang tetanggaku mengatakan kepadaku bahwa ibuku telah meninggal dunia
Aku tak terharu ataupun meneteskan airmata. Lalu tetanggaku itu menyerahkan sepucuk surat dari ibuku untukku. Lalu aku pun membuka dan membacanya:
Anakku tersayang, aku memikirkanmu setiap saat. Maafkan aku telah datang kerumahmu dan menakut-nakuti anak-anakmu. Aku kerumahmu karena kangen dan ingin melihat cucuku. Walaupun kamu mengusirku tapi aku senang dapat melihatmu dan anak-anakmu. Dan aku sangat bergembira setelah aku dengar engkau mau datang reuni. Tapi sayangnya aku tidak bisa bangkit dari tempat tidurku untuk melihatmu. Anakku, maafkan aku yang telah membuatmu malu sewaktu kita masih bersama. Ketahuilah anakku, sewaktu kau masih kecil kau mengalami kecelakaan yang membuatmu kehilangan sebelah matamu. Sebagai seorang ibu aku tidak bisa mendiamkan kamu tumbuh hidup hanya dengan satu mata saja. Jadi aku donorkan mataku yang sebelah untukmu. Aku sangat bangga pada anakku yang telah memperlihatkanku dunia baru untukku ditempatku dengan mata itu.

Bersama dengan cintaku.
IBUMU

Sungguh sebuah penyesalan yang amat sangat apabila kita mendapati ibu kita meninggal tetapi kita belum berbuat baik ataupun memberikan keinginan yang di inginkan ibu kita.


Kisah ini ada persamaan dengan inti bacaan-bacaan suci pada hari ini. Isinya sama yaitu memberi dengan Tulus kepada sesama. Ibu yang buta karena  memberikan matanya kepada anaknya yang buta karena celaka. Kini anaknya memiliki mata yang lengkap. Pemberian Ibu itu lahir dari sikap berkorbannya tanpa mata sebelah atau hanya memiliki satu mata. Ibu itu memberi dengan tulus kepada anaknya tanpa mengharapkan balasan dari anaknya. Adalah Ibu yang luar biasa memberikan mata kasih, perhatian, pengorbanan kepada anaknya tanpa pamrih. Ibu itu memberi kesempurnaan mata kepada anaknya tanpa mengharapkan balasan dari anaknya.


Perempuan Sarfat pun sama. Ia memberikan makanan yang hanya tersedia untuk dirinya, kemudian rela berbagi dengan Elia yang meminta kepadanya. Pada hal Roti dan minyak yang dimiliki Perempuan Sarfat itu adalah  hanya untuk satu kali makan. Setelah makan yang terakhir, perempuan Sarfat itu tidak punya apa-apa lagi untuk mempertahankan hidupnya. Sangat menegangkan, bahwa justru pada saat itu, Perempuan Sarfat berbagi makanan dengan Elia yang membutuhkannya. Perempuan Sarfat berbagi dengan hati yang tulus dan ikhlas serta dihiasi pengorbanan yang luar biasa.


Perempuan Janda di dalam bacaan Injil juga memberikan persembahan kepada Tuhan dengan Tulus dan ikhlas. Pemberian itu lahir dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya. Mempersembahkan seluruh nafkahnya kepada Tuhan berarti memberikan hidupnya secara utuh kepada Tuhan, yang juga dihiasi kasih dan pengorbanan.


Bagi saya Ibu yang buta, Ibu Sarfat, Ibu Janda itu memiliki sebuah paradigma iman yang sama. Persamaan pandangan ketiga ibu itu adalah mereka yakin dan percaya bahwa semua yang mereka miliki berasal dari sang empunya segala sesuatu yaitu Allah sendiri.  Allah memberikan kepada mereka harta kekayaan, materi, fisik dan apapun yang ada pada mereka. Allah menitipkan semuanya itu kepada mereka agar mereka membagikannya dan memberikannya kepada sesama yang berkekurangan agar mereka juga berkecukupan. Pemberian itu tulus dari Allah kepada mereka dan mereka diutus untuk memberikan secara tulus kepada sesama yang membutuhkannya.


Pusat iman Kepada Tuhan Sang Pemberi adalah Yesus yang memberikan diriNya kepada kita untuk menyelamatkan semua orang. Tuhan memberikan seluruh diriNya secara utuh, dalam derita dan pengorbanan di Kayu Salib untuk kita memiliki keselamatan  yang lahir dari pemberian Tulus kepada kita. Kini Tuhan mengutus kita untuk memberi secara tulus kepada sesama yang membutuhkan pertolongan, bantuan, cinta dan perhatian kita, di dalam karya nyata setiap hari.


Kita barangkali di rumah kita, ada orang tua atau saudara atau nenek atau kakek yang sakit.  Biasanya orang sakit itu meminta yang aneh-aneh dan ganjil, di mata  kita manusia sehat atau belum sakit. Di saat itu bel atau lonceng atau waktu  ujian ketulusan melayani mereka dimulai. Pertanyaan pertama: apakah kita tulus melayani orang sakit di rumah kita?  Kalau kemarin kita belum tulus melayani mereka yang sakit yang membutuhkan yang aneh-aneh, maka hari ini kita harus memiliki ketulusan dalam melayani orang sakit.


Kita juga barangkali berhadapan dengan anak kita yang nakalnya luar biasa dan mendatangkan aneka persoalan dan kesulitan di dalam hidup kita. Apakah kita memberikan hati yang tulus dengan penuh cinta dan pengorbanan, menyelamatkan anak-anak di dalam keluarga. Kalau dulu kita kurang tulus, maka saat ini kita harus tulus melayani dan menyelamatkan keluarga kita.

Sabtu, November 10, 2012

MISA SYUKUR WISUDA, SABTU 10 NOPEMBER 2012



“AKU MENJADI GARAM
SECARA PROPORSIONAL”

Ef 5 : 1 - 20
Mat 5 : 13 – 6
Misa Syukuran Wisuda,
Sabtu 10 Nopember 2012,
di  Akademi Analis Kesehatan Surabaya

(P. Benediktus Bere Mali, SVD)


Garam adalah satu unsur penting di dalam hidup kita. Ketika mendengar kata garam, saya langsung arahkan pikiran saya pada sayuran dan lauk yang dikonsumsi. Ketika garamnya proporsional dalam sayur-sayuran dan lauk yang dikonsumsi, maka pasti rasanya sangat enak.


Tetapi ketika terjadi kelebihan garam, atau kekurangan garam, maka ketika makanan itu dikonsumsi, pasti yang terungkap adalah keluhan pada pelayan restoran, misalnya kalau makannya di restoran, atau keluhan pada yang memasak di dapur kalau makannya di rumah.


Yesus hari ini berkata kepada para muridNya supaya mereka menjadi Garam. Maksudnya mereka menjadi garam secara proporsional di dalam kehidupan bersama baik di dalam komunitas mereka, komunitas masyarakat, dan dimana saja mereka berada, baik secara team maupun secara personal.


Menjadi garam secara proporsional berarti para murid membuat hidup bersama itu enak suasananya, bahagia, damai, penuh sukacita, dan saling menyokong dalam hal yang baik dan benar satu terhadap yang lain. Mereka membawa khabar sukacita bagi sesama, secara internal di dalam komunitas mereka maupun secara eskternal di dalam komunitas masyarakat yang mereka layani dan jumpai.


Yesus menekankan hal itu di dalam hidup dan karya pelayanan para murid, karena harapan itu adalah harapan umum. Nilai menjadi garam yang membuat suasana enak dalam kehidupan bersama, adalah kesukaan dan harapan semua orang melintas batas. 


Artinya apa? Artinya bahwa ketika para murid hadir seperti garam yang mengenakan suasana yang dirasakan banyak orang melintas batas, kehadiran mereka menjadi berarti dan menarik simpati banyak orang. Kalau banyak orang yang merasa tertarik dengan kehadiran para murid, dengan sendirinya, karya pewartaan khabar sukacita Injil, akan disambut secara positif. Dengan demikian para murid pun mendapat banyak sahabat melintas batas. Kehadiran mereka adalah pewartaan Injil yang hidup karena mereka memberikan kesaksian yang baik dan benar dan sangat menarik simpati banyak orang melintas batas.


Kita adalah para murid Yesus pada zaman ini. Kata-kata Injil selalu aktual sepanjang masa bagi kita. Kita pun harus menjadi garam secara proporsional di dalam kehidupan kita. Kita harus menjadi garam yang mengenakan suasana kehidupan bersama, di tempat kos, di kampus, di tempat kerja, di mana saja kita berada.


Saya mengatakan ini adalah sebuah keharusan karena ini adalah cara kita memiliki banyak sahabat, ini adalah cara kita mendapat penghargaan dan apresiasi dari sesama. Ini adalah kunci keberhasilan di dalam tugas dan karya kita setiap hari. 


Untuk itu kita harus membiasakan diri menjadi garam yang proporsional di dalam kehidupan bersama di mana pun kita berada. Untuk kita harus displin menjadikan diri kita sebagai garam yang secara proporsional mengenakan di dalam kehidupan kita.


Kalau dulu kehardiran kita menjadi sesuatu yang asam dan pahit bagi sesama, maka kini kita harus menjadi garam yang proporsional bagi sesama kita yang kita jumpai dan hidup bersama dengan kita. Kalau dulu kita menjadi kegelapan bagi orang tua yang bersusah payah membiayai kita kuliah, maka kini kita harus menjadi terang bagi keluarga kita dengan kerja yang baik dan benar, dan mendatangkan hasil yang cukup bagi diri kita dan orang tua kita. Kalau dulu, kurang jujur dalam menggunakan keuangan yang diberikan orang tua, maka kini adalah saatnya bagi kita untuk menggunakan keuangan dengan jujur dan bertanggungjawab, di dalam kerja dan pelayanan kita. Kalau dulu kita masih belum tekun dan displin menata diri bagi masa depan yang lebih baik, maka kini adalah saatnya bagi kita untuk menata diri dengan penuh kedisiplinan. Setiap usaha dan pengorbanan kita untuk kebaikan dan kebenaran pasti diberkati oleh Tuhan.

Introduksi Misa Syukur Wisuda :

Kita bersyukur karena KASIH yang kita terima dari Tuhan yang kita imani setiap saat, setiap waktu, setiap hari, di dalam seluruh waktu hidup kita. KASIH itu menjadi nyata dalam keberhasilan yang kita peroleh dan miliki berkat KASIH Tuhan yang Tuhan forward-kan di dalam diri sesama kita, di dalam diri teman-teman kita, orang tua kita, keluarga kita, para dosen kita, siapa saja yang membentuk diri kita menjadi pribadi yang berhasil di dalam hidup dan terutama di dalam studi. Kita bersyukur karena sesama kita telah menjadi garam dan terang bagi kita. Kita kini diutus untuk menjadi garan dan terang bagi sesama.

Kotbah Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012 Hari Pahlawan



ALLAH MENGETAHUI HATIMU
Peringatan Wajib Santo Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Flp 4:10-19; Luk 16:9-15
Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012,
Di Soverdi Surabaya
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)

Manusia hidup dan berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua di dalam sebuah keluarga, sebuah komunitas, di dalam sebuah lingkungan, di dalam sebuah masyarakat yang mempunyai aturan yang mengatur hidup bersama, mengatur hidup sopan santun bersama, mengatur perilaku bersama dengan satu tujuan untuk menyelamatkan semua orang, untuk mendamaikan semua orang, untuk membahagiakan semua orang.

Ketika manusia menempatkan diri secara tepat di dalam keluarganya, komunitasnya, lingkungan masyarakatnya, ada apresiasi yang diterima, ada penghargaan yang disambut, ada sukacita yang didapat. Tetapi ketika manusia melanggar aturan yang ada, bahkan secara berulang-ulang atau bahkan secara keterlaluan melanggar dan tidak peduli pada aturan yang ada, akan dinilai sebagai pembangkang, dan dibanjiri berbagai cibiran dan kata-kata penolakan yang diterimanya.

Orang yang menerima penolakan karena tidak taat pada aturan bersama untuk kebaikan dan keselamatan bersama, seringkali membela diri terhadap teguran sesama sekitar di dalam keluarga, di dalam komunitas gereja, di dalama lingkungan masyarakat setempat. Orang yang ditegur karena salah, orang yang diarahkan kepada jalan yang benar karena telah berjalan di jalan yang salah, bahkan direspon dengan membenarkan diri di hadapan publik, atau tidak secara jujur dan tulus mengakui kesalahannya, sehingga sesama sekitar tidak dapat mengarahkannya dengan penuh belas kasih.

Di dalam Injil hari ini, menampilkan dua  hati yang mewarnai hidup manusia. Hati yang jujur mengakui kesalahan dalam hidup bersama dan hati yang tidak jujur atau membenarkan diri walau telah melakukan kesalahan dan dosa. Yesus menghendaki agar semua orang berlaku jujur dan tidak membenarkan diri atas kesalahan dan dosanya. Sebaliknya orang Farisi tidak jujur mengakui kesalahannya bahkan membela diri di hadapan publik. Yesus bersabda kepada orang-orang Farisi yang menjadi hamba-hamba mamon itu demikian:

"Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu."

Yesus menghendaki agar orang Farisi dan setiap pengikutnya mengutamakan harta rohani yang sifatnya kekal dibandingkan dengan harta duniawi yang sifatnya sementara. Harta duniawi tercipta untuk mencari dan menemukan harta surgawi yang memberikan keselamatan abadi. Harta surgawi itu ada dan ditemukan di dalam diri Yesus. Menemukan harta Surgawi berarti mendengarkan Sabda Yesus dan melaksanakan di dalam hidup karena Yesus adalah jalan keselamatan bagi para pengikutNya. Di dalam namaNya ditemukan keselamatan.

Dihadapan Tuhan yang Maha Tahu kita tidak bisa berbuat lain selain mengakui kesalahan dan dosa secara tulus dan jujur. Maka kalau dulu kita jarang menerima sakramen Rekonsiliasi maka inilah kesempatan bagi kita untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi agar hidup harmonis dan damai dengan Allah, dengan Sesama dan Alam Sekitar dan diri sendiri. Kalau dulu kita masih bermain topeng, kini kita mau berlaku tulus dan jujur di dalam kehidupan beriman kita kepada Tuhan Yesus.  

Hari ini adalah hari Pahlawan. Para pahlawan adalah para pejung keselamatan bagi bangsa dan Negara, bagi rakyat seluruhnya di tanah air Indonesia, bagi kemerdekaan rakyat Indonesia. Kita dapat menjadi pahlawan spiritual yaitu mengutamakan harta surgawi untuk menyelamatkan semua orang. Kita menjadi pahlawan rohani, dengan setia kepada Tuhan dan Sesama dalam hal-hal kecil yang menyelamatkan semua orang melintas batas. Sto. Leo Agung sudah menjadi Pahlawan Spiritual, sebagai pemimpin dan pengarah umat Katolik di seluruh dunia pada jalan keselamatan dalam jabatannya sebagai Paus selama hidupnya.

Kotbah Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012 Hari Pahlawan



ALLAH MENGETAHUI HATIMU
Peringatan Wajib Santo Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Flp 4:10-19; Luk 16:9-15
Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012,
Di Soverdi Surabaya
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)

Manusia hidup dan berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua di dalam sebuah keluarga, sebuah komunitas, di dalam sebuah lingkungan, di dalam sebuah masyarakat yang mempunyai aturan yang mengatur hidup bersama, mengatur hidup sopan santun bersama, mengatur perilaku bersama dengan satu tujuan untuk menyelamatkan semua orang, untuk mendamaikan semua orang, untuk membahagiakan semua orang.

Ketika manusia menempatkan diri secara tepat di dalam keluarganya, komunitasnya, lingkungan masyarakatnya, ada apresiasi yang diterima, ada penghargaan yang disambut, ada sukacita yang didapat. Tetapi ketika manusia melanggar aturan yang ada, bahkan secara berulang-ulang atau bahkan secara keterlaluan melanggar dan tidak peduli pada aturan yang ada, akan dinilai sebagai pembangkang, dan dibanjiri berbagai cibiran dan kata-kata penolakan yang diterimanya.

Orang yang menerima penolakan karena tidak taat pada aturan bersama untuk kebaikan dan keselamatan bersama, seringkali membela diri terhadap teguran sesama sekitar di dalam keluarga, di dalam komunitas gereja, di dalama lingkungan masyarakat setempat. Orang yang ditegur karena salah, orang yang diarahkan kepada jalan yang benar karena telah berjalan di jalan yang salah, bahkan direspon dengan membenarkan diri di hadapan publik, atau tidak secara jujur dan tulus mengakui kesalahannya, sehingga sesama sekitar tidak dapat mengarahkannya dengan penuh belas kasih.

Di dalam Injil hari ini, menampilkan dua  hati yang mewarnai hidup manusia. Hati yang jujur mengakui kesalahan dalam hidup bersama dan hati yang tidak jujur atau membenarkan diri walau telah melakukan kesalahan dan dosa. Yesus menghendaki agar semua orang berlaku jujur dan tidak membenarkan diri atas kesalahan dan dosanya. Sebaliknya orang Farisi tidak jujur mengakui kesalahannya bahkan membela diri di hadapan publik. Yesus bersabda kepada orang-orang Farisi yang menjadi hamba-hamba mamon itu demikian:

"Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu."

Yesus menghendaki agar orang Farisi dan setiap pengikutnya mengutamakan harta rohani yang sifatnya kekal dibandingkan dengan harta duniawi yang sifatnya sementara. Harta duniawi tercipta untuk mencari dan menemukan harta surgawi yang memberikan keselamatan abadi. Harta surgawi itu ada dan ditemukan di dalam diri Yesus. Menemukan harta Surgawi berarti mendengarkan Sabda Yesus dan melaksanakan di dalam hidup karena Yesus adalah jalan keselamatan bagi para pengikutNya. Di dalam namaNya ditemukan keselamatan.

Dihadapan Tuhan yang Maha Tahu kita tidak bisa berbuat lain selain mengakui kesalahan dan dosa secara tulus dan jujur. Maka kalau dulu kita jarang menerima sakramen Rekonsiliasi maka inilah kesempatan bagi kita untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi agar hidup harmonis dan damai dengan Allah, dengan Sesama dan Alam Sekitar dan diri sendiri. Kalau dulu kita masih bermain topeng, kini kita mau berlaku tulus dan jujur di dalam kehidupan beriman kita kepada Tuhan Yesus.  

Hari ini adalah hari Pahlawan. Para pahlawan adalah para pejung keselamatan bagi bangsa dan Negara, bagi rakyat seluruhnya di tanah air Indonesia, bagi kemerdekaan rakyat Indonesia. Kita dapat menjadi pahlawan spiritual yaitu mengutamakan harta surgawi untuk menyelamatkan semua orang. Kita menjadi pahlawan rohani, dengan setia kepada Tuhan dan Sesama dalam hal-hal kecil yang menyelamatkan semua orang melintas batas. Sto. Leo Agung sudah menjadi Pahlawan Spiritual, sebagai pemimpin dan pengarah umat Katolik di seluruh dunia pada jalan keselamatan dalam jabatannya sebagai Paus selama hidupnya.