Kamis, November 22, 2012

Kotbah Misa Harian, Jumat 23 November 2012



“MANIS DI MULUT
PAHIT DI PERUT”


Why 10: 8 – 11; Luk 19 : 45 – 48
Kotbah Misa Harian, Jumat 23 November 2012
Di Biara St. Maria Ursulin Dharmo Surabaya


P. Benediktus Bere Mali, SVD



Kita makan makanan setiap hari. Kita pasti selalu memilih makanan yang enak di mulut dan sehat untuk perut dan tubuh. Kita pasti akan menolak makanan yang terasa basi di mulut dan merusak kesehatan tubuh. Kita pasti menolak makanan yang tidak enak di mulut dan tidak mendukung kesehatan bagi tubuh.



Para imam dan ahli-ahli Taurat dan Pemuka bangsa Israel adalah orang-orang yang pintar berbicara tentang Kitab Suci. Tetapi belum tentu melaksanakan apa yang mereka katakan atau ajarkan tentang Kitab Suci. Perkataannya mengandung habitus baru tetapi perbuatannya habitus lama.  Apa contohnya?


Bait Allah tempat doa, mereka jadikan sebagai tempat berdagang. Tempat sembahyang, disulap jadi tempat bisnis. Ekonomi dikawinkan dengan kehidupan keagamaan bahkan bukan sekedar kawin saja tetapi lebih dari itu. Agama jadi alat untuk memperkaya diri. Bait Allah tempat berdoa dibalik menjadi tempat mencari keuntungan berdagang.  Fungsi saudagar dalam lingkup keagamaan menguasai peran spiritual dalam Bait Allah.


Yohanes di dalam Kitab Wahyu melukiskannya dengan bahasa yang sangat  indah. Yohanes mengambil Kitab itu dari tangan Malaikat dan memakannya. Rasanya manis seperti madu dalam mulutku, tetapi setelah kumakan, terasa pahit di dalam perut.  Apa artinya?


Manis di mulut pahit di perut berarti berbicara itu indah dan meyakinkan, tetapi pelaksanaannya sering mangalami kejanggalan bahkan tidak sejalan dengan perkataan yang memikat.  Perkataan dan tulisan itu bisa sempurna tanpa cacat tetapi perilaku penuh noda dan cacat.


Kalau demikian, apa yang diidealkan dalam hidup manusia pada zaman ini dan pada zaman yang akan datang? Orang mengidealkan sosok pemimpin yang memikat hati karena kata dan perilaku yang berbobot. Siapakah contohnya?


Yesus adalah Pribadi yang memikat massa yang mendengarkanNya dan bahkan lebih memikat hati massa yang ada pada zamannya dibandingkan dengan para pemuka agama dan ahli-ahli Taurat dan para Imam. Mengapa Yesus lebih memikat massa atau umat pada zamanNya?  Yesus berbicara dan melaksanakan secara utuh kata-kataNya tanpa cacat.  



Pada zaman ini banyak orang yang pintar berkata-kata, berbicara, tetapi sedikit yang berperilaku, bertindak dan berbuat.  Sangat terasa, bahwa banyak orang mencari dan berjuang menemukan sosok figur pemimpin rohani maupun sipil yang berbicara indah dan bertindak secara berkualitas untuk kepentingan keselamatan bersama melintas batas.


Bahasa Pemimpin Agama dan pemimpin sipil tidak akan rontok kalau ungkapan indah agamanya yang melintas batas dilaksanakan dalam hidup, bagi kepentingan dan keselamatan melintas batas. Bahasa agama dan bahasa sipil selalu berwibawa kalau kata-katanya indah diterapkan dalam perilaku hidup yang mengalir dari paradigma habitus baru. Maka dengan demikan, yang ada dan terjadi adalah paradigma manis di mulut enak di perut, bukan manis di mulut pahit di perut.




Rabu, November 21, 2012

Kotbah Misa Harian, Kamis 22 November 2012



TUHAN MENANGIS
Why 5:1-10;Luk 19:41-44
Kotbah Misa Harian, Kamis 22 November 2012
Biara St. Maria Ursulin Darmo Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD



Ada orang menangis karena berduka. Ada orang yang menangis karena sedih. Ada orang yang menangis karena menyesali kesalahan dan dosanya pada masa silam. Ada orang yang menangis karena kesalahan dan dosa bawahan. Ada orang yang menangis karena kejahatan bawahannya. Ada orang yang menangis karena kejahatan sesamanya.


Tuhan menangisi Yerusalem. Alasan utama Tuhan menangis adalah kejahatan dan dosa bangsa Yerusalem, yang mendatangkan penghancuran terhadap dirinya sendiri.  Mereka mengutamakan kehendaknya sendiri yang menghancurkan diri sendiri. Mereka meninggalkan kehendak Allah yang menyelamatkan kehidupan bersama. Mereka tidak taat kepada Tuhan.  Ketidaktaatannya menghancurkan dirinya sendiri.


Yerusalem itu adalah kita manusia. Dosa dan kejahatan manusia yang semakin banyak, mengundang Tuhan menangisi kita manusia. Kita tidak taat kepadaNya membuat Tuhan menangisi kita.


Yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah Tuhan berhenti pada menangisi kita manusia yang berdosa dan melakukan pemberontakan terhadapNya? Tuhan tidak saja menangisi para pendosa. Menangis saja tidak menyelesaikan masalah. Tuhan mengembalikan manusia dari jalan yang menyesatkan kepada jalan yang menyelamatkan dengan cara yang sangat istimewa. Bagaimana Tuhan menyelamatkan manusia yang telah jatuh dalam dosa yang menyesatkan?


Allah mengutus Yesus PuteraNya yang tunggal datang ke dunia.
Yesus diutus Bapa ke dunia sebagai Anak Domba Allah yang menumpahkan darah bagi tebusan dosa kita para pendosa. Dengan darahNya tertumpah di kayu salib, umat yang dikotori oleh lumpur dosa dibersihkan kembali. Dalam kebersihan bathin, manusia boleh mengambil bagian di dalam kebahagiaan surgawi. 


Sakramen Rekonsiliasi adalah kesempatan berahmat bagi kita manusia sepanjang zaman. Kita telah mengalami dosa dan itu dapat dibersihkan dengan menerima sakramen tobat secara teratur. Dengan demikian, kita selalu mempertajam kepekaan kita akan setia dan taat kepada Tuhan dalam semua waktu dan setiap kesempatan.


Apakah kita seperti bunyi iklan ini: dilihat taat, tidak dilihat melanggar? Apakah Tuhan tidak melihat kita ketika kita berbuat dosa di tempat yang tersembunyi atau tidak ada orang yang ada di sekitar kita?

Kotbah Misa Harian, Rabu 21 November 2012



BUNGAKAN SATU MINA
Why 4:1-11; Luk 19:11-28
Kotbah Misa Harian,
Rabu 21 November 2012
Di Soverdi Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Mina adalah modal untuk berusaha. Pengusaha yang baik dan benar adalah pemodal yang menggandakan bunga dari modal dasar usahanya. Pemodal juga memberikan modal kepada para pedagang untuk membungakan modalnya sehingga modal dasar itu berlipatganda.


Kerajaan Allah itu seperti seorang tuan atau majikan yang memiliki mina yang diberikan kepada hamba atau bawahannya sebagai pedagang untuk menggandakannya. Majikan atau tuan itu adalah Allah yang menjadi nyata di dalam diri Tuhan Yesus. Bawahan atau hamba adalah kita sebagai penerima mina. 


Menarik sekali bahwa setiap orang diberi satu mina.  Semua orang menerima satu mina dari Allah. Allah sungguh adil memberikan kepada setiap manusia tua muda besar kecil satu mina. Tuhan tidak membeda-bedakan berdasarkan usia, posisi atau jabatan dalam memberikan mina. Semua  menerima satu mina.


Kita sebagai penerima mina harus bermental pedagang. Seperti apakah orang yang bermental pedagang? Orang yang bermental pedagang adalah orang yang memiliki modal dan modalnya itu harus digandakan dalam usaha dagangan sehingga selalu bertambah, dari saat ke saat, dari waktu ke waktu.


Mina dimengerti sebagai perbuatan yang baik, benar, jujur, adil, bahagia dan sejahtera.  Allah memberikan Satu mina (yang baik dan benar, adil dan jujur, sejahtera dan bahagia) kepada setiap manusia tanpa membeda-bedakan. Dari waktu ke waktu dan dari hari ke hari harus mina itu digandakan agar selalu berlipat ganda.


Kita harus seperti orang yang menggandakan satu mina menjadi sepuluh mina dan  membungakan satu mina menjadi lima mina. Kita tidak boleh bermental orang yang menerima satu mina dan tidak buat apa-apa atau tidak ada usaha untuk membungakan satu mina itu. Kita harus kreatif membungakan satu uang mina yang Tuhan berikan kepada kita. Kita harus memberikan satu mina kepada teman yang dapat menjalankan uang itu untuk membungakannya. Kita tidak boleh bermental orang yang menerima satu mina dari Tuhan lalu menghabiskannya.


Ketika kita membungakan mina perbuatan baik dan benar maka Tuhan selalu memberikan rahmat berlimpah kepada kita. Ketika kita malas dan tidak membungakan perbuatan-perbuatan baik dan benar di dalam tugas dan karya pelayanan setiap saat, maka Tuhan akan membatalkan berkatNya dan bahkan mengambil mina yang kita terima dari Tuhan, dan bahkan apapun yang kita miliki diambilNya dan diberikan kepada orang kreatif menggandakan mina dari Tuhan. Artinya bahwa kemalasan kita membuat kita jatuh miskin dan melarat. Tepat Yesus bersabda :

“Setiap orang yang mempunyai, ia akan diberi;
 
tetapi siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil,

juga apa yang ada padanya.”




Apakah kita seperti St. Perawan Maria yang setia menggandakan satu mina yang Tuhan berikan kepadanya? Ia menggandakannya dengan menjadikan dirinya yang menerima, mengandung dan melahirkan sang penyelamat dunia yaitu Yesus Tuhan kita. Kita mengandung dan melahirkan keselamatan atau kehancuran?

Selasa, November 20, 2012

Kotbah Misa Harian, Selasa 20 November 2012



BERIMAN SUAM-SUAM KUKU

(Why 3:1-6.14-22; Luk 19:1-10)
Kotbah Misa Harian, Senin 20 November 2012
Di Soverdi Surabaya


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Suam-suam kuku berarti antara hangat dan dingin. Tidak panas juga tidak dingin. Antara ya dan tidak. Tidak tegas. Beriman suam suam kuku berarti beriman tanpa sebuah ketegasan di dalam pikiran, perkataan dan perilaku.


Ada dua tipe manusia beriman yang ditampilkan di dalam bacaan-bacaan suci pada hari ini. Tipe orang yang beriman suam-suam kuku dan tipe orang yang secara tegas dan radikal mengikuti Tuhan Yesus. Orang yang beriman suam-suam kuku namanya terhapuskan di dalam kitab Kehidupan, sedangkan orang yang bertobat dari iman yang suam-suam kuku, dan kemudian menjadi orang yang sangat tegas sekali, dalam mengikuti Tuhan Yesus, maka namanya terulis di dalam Kitab Kehidupan.


Kita beriman seperti suam-suam kuku atau bertobat dan tegas mengikuti Yesus? Di dalam kehidupan Gereja Katolik di setiap paroki, pada umumnya yang setia mengikuti misa harian, hanya orang-orang yang memiliki komitmen pribadi yang kuat. Banyak orang mau menghadiri Perayaan Ekaristi pagi secara rajin dan tertip sedangkan banyak orang yang mengatakan bahwa tidak punya waktu yang cukup untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Pada hal Tuhan memberikan waktu yang sama 24 jam sehari kepada semua orang baik yang rajin ke Gereja mengikuti Perayaan Ekaristi maupun yang malas ke Gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Yang utama adalah bagaimana kita hidup disiplin waktu mengatur waktu untuk Tuhan 30  menit sehari, bukan karena kita tidak mempunyai waktu.


Apakah aku tidak beriman suam-suam kuku seperti Zakhaeus?